Peduli Transportasi Pastoral Pedalaman

104
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Ganas dan beratnya medan pastoral masih menjadi persoalan serius bagi paroki-paroki atau stasi-stasi di sejumlah keuskupan di Indonesia. Terutama keuskupan-keuskupan yang memiliki paroki-paroki atau stasi-stasi di pedalaman Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Menjadi perjuangan tersendiri bagi para pastor, katekis, atau siapa saja yang masuk dalam tim karya pastoral di masing-masing paroki.

Ada paroki atau stasi yang hanya bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua, perahu mesin (speedboad), atau bahkan harus berganti transportasi, dari roda dua ke perahu, dan dilanjutkan lagi dengan jalan kaki. Kepada majalah ini, seorang imam yang berpastoral di sebuah paroki pedalaman di Kalimantan mengaku, diperlukan waktu yang cukup lama untuk sekali turne. Kerapkali baru kembali ke pusat paroki sebulan atau dua bulan kemudian. Jumlah umat yang dilayani pun tergolong sedikit. Di sejumlah stasi kecil-kecil
terkadang hanya ada lima sampai sepuluh kepala keluarga. Mereka pun harus disambangi
satu per satu agar bisa melakukan ibadah di gereja yang amat sederhana.

Berpastoral di Kalimantan mungkin masih tergolong ‘kelas ringan’ bila dibandingkan dengan Kepulauan Maluku dan Papua. Di Papua sudah sejak lama, kegiatan misi (pastoral) harus dilakukan dengan menggunakan moda transportasi yang sangat mahal yaitu dengan pesawat udara. Mengapa? Transportasi darat di seluruh Papua memang masih jauh dari yang diharapkan. Baru belakangan ini, sejak Presiden Joko Widodo memerintah, pembangunan infrastruktur mengalami perkembangan yang cukup signifikan di seluruh daratan Papua. Ke depan, hal ini pasti akan berdampak pula bagi pelayanan pastoral di seluruh daratan Papua.

Maka, tak heran, sebelum hal itu terjadi, transportasi udara menjadi andalalan utama di kawasan Papua sampai saat ini. Kita bisa bayangkan, berapa biaya yang harus dihabiskan untuk sekali penerbangan. Setelah penerbangan, perjalanan pastoral masih harus dilanjutkan lagi melalui jalan darat. Syukur jika masih bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua atau perahu motor. Masih banyak wilayah yang harus dijangkau dengan jalan kaki berkilo-kilo meter dengan medan yang ganas. Para tenaga pastoral benar-benar berjibaku untuk sampai ke stasi yang dituju.

Beratnya medan pastoral di sejumlah keuskupan di Indonesia ini kiranya menjadi perhatian umat Katolik di Indonesia secara bersama-sama ke depan. Biaya yang perlu dikeluarkan untuk pelayanan pastoral ini tidaklah kecil. Apalagi kalau dibandingkan dengan biaya pelayanan pastoral di keuskupan-keuskupan di Pulau Jawa misalnya. Di Palau Jawa semua paroki dan stasi hampir bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat dengan medan yang ringan. Karena itu, media ini menghimbau, paroki-paroki yang sudah mapan hendaknya memberikan bantuan konkret bagi pelayanan pastoral di paroki-paroki pedalaman, khususnya untuk transportasi. Tentu saja, terobosan ini harus seizin otoritas keuskupan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here