Dua Piala Pesparani Berunsur Keindonesiaan, Keagamaan, dan Kebudayaan Lokal

373
Uskup Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC bersama pemahat dua patung-piala Pesparani, George William Tomarason. George adalah pemahat asal Desa Hative, Ambon yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat. [HIDUP/Yusti H.Wuarmanuk]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com Dua buah Piala yang akan diperebutkan di Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik telah tiba di Ambon, Sabtu,27/10. Kehadiran piala ini disambut dengan sukacita oleh panitia lokal. “Saya terharu melihat dua piala yang begitu indah. Saya bangga karena piala ini dibuat oleh seorang anak daerah dari Maluku, ungkap Uskup Manado Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC.

Hadirnya dua piala ini tak lepas dari perjuangan sang pemahat George William Tomarason-seorang pemahat asal Desa Hative, Ambon yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat.
Geroge sendiri mengatakan menyelesaikan patung ini dalam 12 hari menyelesaikan patung. Ia tak menyangka mendapatkan momen langkah membuat dua patung dari gold dan silver ini. Ia mengatakan ketika ditawarkan untuk membuat patung, ia hanya menepuk jidat karena diberi waktu yang sangat singkat. Panitia menghubunginya di saat waktu sangat singkat. “Tetapi ada panggilan untuk membuat karena yakin semua berkat Roh Kudus,” papar George.
Soal model piala ada beberapa unsur dalam piala ini. Pertama, ada lambang burung Garuda. Bila ditengok Garuda di patung tidak seperti Garuda kontemporer tetapi milenial untuk menjawab kebutuhan anak muda. Kedua ada patung Yesus tergantung di salib untuk menggambarkan iman kita sebagai orang Kristen.
Ketiga ada patung malaikat. Bukan malaikat yang meniup sangkakala tetapi bermain harpa, untuk mejelaskan Pesta Paduan Suara. Keempat ada unsur budaya lokal Amboina yaitu sayap Garuda ada bolong sebagai gambaran Maluku sebagai Provinsi Kepulauan Maluku ada siput sebagai khasanah khas Maluku.
“Pesan utama yang mau disampaikan adalah dua piala ini kiranya menggambarkan Maluku sebagai laboratorium keberagaman. Karena itu unsur-unsur lokal, keindonesiaan dan keagamaan,” ujar George.
Sementara itu merefleksikan piala yang akan diperebutkan itu, Mgr Mandagi mengatakan dalam piala ini ada salib sebagai lambang pengorbanan. Pesparani ini melambangkan pengorbanan yaitu orang-orang yang berkorban demi suksesnya Pesparani.
Kemudian soal malaikat dengan harpa Mgr Mandagi mengatakan kita perlu bergembira karena ini pesta iman kita. Ia menyebutkan orang yang tidak bergembira berarti yang hatinya dihinggapi setan sehingga dalam dirinya tidak ingin berdamai. “Setan-setan itulah yang membuat indahnya toleransi dan saling menghargai menjadi hancur,” pungkasnya.
Bagian lain refleksinya adalah soal burung Garuda. Mgr Mandagi mengatakan hal ini sesuai dengan semboyan bangsa kita dan tema Pesparani yaitu Membangun Persaudaraan Sejati. Karena kita hidup bersama maka perlu membangun hidup dalam persaudaraan. Jangan menyebarkan hoax, politik kotor bagi orang lain,” harap Mgr Mandagi.
Yusti H Wuarmanuk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here