Ibu Maria

366
3/5 - (2 votes)

Malam berikutnya, Ina mendapati ibunya lagi duduk menatap Bunda Maria. Sesekali ibu itu sesenggukan. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu mendaraskan doa Salam Maria. Ina pun tak kuasa menyaksikan air mata berlinang di pipi sang bunda.

Ia pun mengatur posisi duduknya persis seperti malam kemarin. Ia menandai diri dengan tanda salib dan berdoa. Merasakan pilu bundanya yang sudah berujung, Ina pun bangkit berdiri setelah melakukan tanda salib. Ia mengambil tempat duduk lebih awal sambil menunggu sang ibu.

“Bu, percaya sama Ina. Kita bisa bicara sama-sama ‘kan?” Ina menyambut sang ibu usai menutup doanya. “Ina, ibu sama sekali tidak kuat lagi.” Suara Ibu Maria dihiasi beban amat sangat. Ina anaknya bisa merasakan beban berat itu.

“Tidak mungkin, Bu. Ayolah.” Ina pun tak kuasa menahan tangis. Ia meneteskan air mata di dada bundanya. Keduanya menangis. Dua insan itu ditatap oleh Yesus yang sedang tergantung di salib dan Bunda Maria yang tersenyum simpul.

Ibu Maria mengangkat wajahnya, menguatkan raga lalu menarik nafas normal. Sesekali menyisir rambut anaknya.
“Sayang, bunda tidak akan kerja lagi di gereja. Tugas koster akan diganti orang baru. Ibu sendiri belum tahu siapa dia.” Ibu Maria berhenti sejenak kemudian melanjutkan, “Bagaimana masa depanmu?
Ibu tidak kuat lagi. Hanya kerja koster jadi harapan kita. Tapi, keputusan pastor bilang begitu.” Ibu Maria mengatur nafasnya.

“Mau cari kerja di mana lagi? Ibu juga sudah tua.”
Ina dan bundanya diam. Di antara keduanya hanya suara nafas berganti bersahutan. Ibu Maria merenungkan peristiwa pemberhentian yang dialami akan memperparah masa depan Ina. Hanya kerja kosterlah yang selama ini mereka andalkan.

Setelah ia diberhentikan, cita-cita anaknya akan pupus. Ibu Maria sendiri pun tidak punya siapa-siapa lagi. Sejak merantau bersama Rafael dari Timor-Timur, keduanya diterima di gereja. Waktu itu, Amu (Portu: Pastor) Rey yang meminta mereka membantu di gereja.

Namun kini setelah gereja baru dididirikan, pastor baru meminta koster yang baru pula. Ibu Maria diberhentikan dengan alasan mereka sudah lama mengabdi di gereja. Ibu Maria dan Ina lama kelamaan diselimuti sunyi nan panjang. Sejurus itu, mereka bangkit berdiri, berlutut sekali lagi lalu berbalik pergi dari gereja tanpa kata-kata.

 

Deodatus D. Parera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here