Dosen Antropologi Budaya Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Manado, Pastor Paul Richard Renwarin : Mengenang Arwah Umat Beriman

485
Pastor Paul Richard Renwarin.
[sitaro.wordpress.com]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Tradisi memperingatai arwah pada tanggal 2 November dari Gereja universal diterima dengan senang hati dan diperkaya dengan pemberkatan kubur dari anggota umat

Masih seminggu lagi bulan Oktober akan lewat, saya sudah mendapatkan pesan lewat Whatsapp demikian; “Mulai 1 Nopember kita diminta mendoakan anggota keluarga yang sudah meninggal supaya mendapat indulgensi penuh. Harus didoakan mulai tanggal 1-8 November, Sampaikan pesan ini kepada keluarga-keluarga lain. Jangan lupa setiap hari sampai tanggal di atas. Terima kasih”.

Di kalangan orang Katolik, tanggal 2 November akrab dengan Misa Requiem untuk memperingati arwah umat beriman yang masih ada di Api Pencuci (purgatorium). Umat diajak untuk mendoakan para anggota Gereja, yang masih menderita agar mendapatkan belas kasih Allah. Doa bertujuan agar mereka segera digabungkan dalam persekutuan Para Kudus sebagai Gereja yang berbahagia.

Tradisi peringatan arwah pada tanggal 2 November ini awalnya berasal dari lingkungan para rahib di abad ke-VII. Ketika itu, para rahib mempersembahkan Misa pada hari sesudah Pentakosta untuk para anggota komunitas yang sudah meninggal. Di tahun 998 biara Benediktin di Cluny, Perancis mulai merayakan suatu perayaan untuk mengenangkan semua anggotanya yang sudah meninggal pada tanggal 2 November. Praktek ini menyebar ke biarabiara lain dan juga ke paroki-paroki yang dilayani imam-imam praja.

Pada abad ke-XIII, Roma menempatkan hari pesta ini ke dalam kalender tahunan bagi Gereja universal. Tanggal peringatan ini sama sehingga semua anggota Gereja yang sudah meninggal diperingati berturutan, sebagai bagian dari Persekutuan Para Kudus. Tanggal 1 November untuk para Kudus di surga. Sedangkan bagi mereka yang masih di Api Pencuci (arwah semua orang beriman) pada tanggal 2 November.

Di akhir abad ke-XV, para imam Dominikan di Spanyol memulai kebiasaan merayakan Misa tiga kali pada tanggal ini. Paus Benediktus XIV memberikan hak istimewa bagi para imam di Portugal, Spanyol, dan Amerika Latin untuk merayakan Misa pada tanggal itu. Kemudian Paus Benediktus keXV memperluas hak ini bagi semua imam di tahun 1915. Tradisi ini masih berlangsung sampai masa kini.

Di Indonesia, tradisi 2 November ini diterima oleh umat Katolik dengan senang hati. Misa pada hari ini tidak begitu dirasa sebagai mendesak atau wajib, apalagi pada waktu pagi di hari biasa, tetapi yang dipentingkan ialah pemberkatan kubur, khususnya kubur dari orang tua. Di daerah pedesaan di Indonesia Timur umat sangat menghargai apabila pastor merayakan Ekaristi di pekuburan dan sesudahnya memberkati kubur dari umat.

Mengapa di Indonesia pemberkatan kubur menjadi kegiatan yang diutamakan dalam tradisi 2 November ini? Hal ini wajar karena dalam budaya Nusantara, penghormatan kepada leluhur dan peringatan arwah sangat dominan. Contohnya tradisi berkunjung ke kubur pada tataran nasional: kegiatan mudik umat Islam yang sangat menyibukkan pada hari raya Idul Fitri ujung-ujungnya dimaksudkan untuk nyekar atau menaburkan bunga di kubur orang tua dan leluhur; begitu pula umat Kristen di Minahasa merasa wajib untuk berkunjung ke (dan membersihkan) kubur orang tua dan leluhurnya seputar Natal dan Tahun Baru.

Pada tingkat keluarga kunjungan ke kubur lazim dilaksanakan, bilamana keluarga atau salah seorang anggotanya punya hajat atau niat tertentu, dan ingin minta restu dari leluhur atau orang tua yang sudah meninggal, juga apabila ingin curhat atas pengalaman (terlebih yang menyedihkan). Malahan keluarga-keluarga yang sedang merantau meminta bantuan dari sanak familinya di daerah asalnya untuk mengupayakan pemberkatan kubur orang tua dan leluhurnya.

Selain itu, kebiasaan mendoakan arwah dengan memanjatkan doa indulgensi, seperti yang disebut di atas, semakin menjadi populer dan malahan bisa berlangsung sampai 9 hari seputar tanggal 2 November ini. Demikian tradisi memperingatai arwah pada tanggal 2 November dari Gereja universal diterima dengan senang hati dan malahan diperkaya dengan kegiatan pemberkatan kubur dari masing-masing anggota umat yang sudah berpulang. Tradisi Katolik ini pun sudah menarik perhatian dan mengundang tanya dari tetangga yaitu sesama saudara Kristen.

HIDUP NO.44 2018, 4 November 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here