KMK Phos Gnosis : Menjadi Pelita Kampus

347
KMK Phos Gnosis IISIP Jakarta.
[Dok. KMK Phos Gnosis]
4/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Di tengah kesibukkan kuliah mereka menyempatkan diri untuk berkumpul bersama sebagai keluarga mahasiswa Katolik. Mereka yakin dapat menjadi terang di kampus.

Mahasiswa yang kuliah di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta mengenal lorong itu sebagai “Lorong 21”. Dibanding lorong-lorong lain di kampus itu, Lorong 21 sedikit jauh dari kesan “akademis”. Tak semua aktivitas di lorong ini melulu kegiatan belajar-mengajar. Di sinilah tempat “mangkal” beberapa unit kegiatan mahasiswa di kampus yang terletak di daerah Lenteng Agung, Jakarta selatan itu.

Unit Kegiatan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Phos Gnosis menjadi salah satunya. Karena tak punya ruang khusus bagi aktivitas, KMK Phos Gnosis menjadikan Lorong 21 sebagai tempat untuk bertemu dan saling berbagi tentang iman dan kehidupan. Sebagai kumpulan mahasiswa Katolik yang kuliah di IISIP, mereka ingin menunjukkan identitas keimanan mereka di tengah kehidupan kampus.

Sebuah kutipan Kitab Suci, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Mat 8:20), boleh jadi cocok menggambarkan keakraban yang terjadi dalam KMK Phos Gnosis. Meski hanya duduk lesehan tanpa beralaskan tikar namun semangat mereka tidak pernah surut. Mereka terus berjibaku layaknya keluarga yang saling mendukung dalam suka maupun duka.

Organisasi dan Keluarga
Berdiri sejak 5 Desember 1953, Kampus IISIP baru memiliki UKM yang mewadahi mahasiswa Katolik pada pertengahan tahun 1999. Saat itu, beberapa mahasiswa Katolik mulai berkumpul. Sebagai orang yang seiman hati mereka tergugah. Mereka seakan terpanggil untuk membentuk sebuah wadah yang merangkul mahasiswa Katolik di kampus mereka. Akhirnya niat ini terealisasi dengan terbentuknya KMK Phos Gnosis pada 6 Oktober di tahun yang sama.

Sebagai kelompok mahasiswa Katolik, kegiatan KMK Phos Gnosis tentu berbasis rohani. Mereka menitikberatkan pada nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan. Dalam kiprahnya, UKM ini telah terlibat baik kegiatan di kampus mapun di laur kampus.

Salah satu mantan Ketua KMK PG, Marionus Oswin Natalino Garu menjelaskan UKM ini memiliki dua sisi, pertama sebagai organisasi dan kedua sebagai keluarga. Kedua sisi ini sering kali samar sehingga dapat menimbulkan pemaknaan yang keliru dalam dinamikanya. “Kata keluarga sendiri menjadi pembuka dari singkatan KMK. Makna ini menjadi pedoman setiap anggota dalam berinteraksi satu dengan yang lainnya,” ungkap Mario sapaannya.

Kedua spirit ini kadang sulit berjalan beriringan. Mario mengakui, saat menjalankan program, kerja kerap terjadi sisi keluarga menjadi luntur. Hal ini terjadi karena ada kecendrungan hanya melihat dari sisi organisasi saja. Ia menuturkan, anggota KMK Phos Gnosis terus berupaya menarik diri agar semangat kekeluargaan ini tidak ditinggalkan.

Bagi Mario, KMK Phos Gnosis adalah “keluarga kecil”. Layaknya keluarga, semua anggota dapat bergaul seperti kakak-adik. Hal ini sedikit banyak menjadi tambahan semangat bagi setiap anggota. Hal ini karena mereka adalah mahasiswa beberapa berasal dari dari luar pulau Jawa. Dengan adanya KMK Phos Gnosis, setidaknya mereka dapat saling memperhatikan layaknya anggota keluarga mereka sendiri. “Keluarga saya ada di Kalimantan, sangat jauh. Saya menganggap kehadiran teman-teman di KMK Phos Gnosis sebagai keluarga sendiri,” kata dia.

Lebih lanjut Mario mengatakan, “semangat kekeluargaan” ini dipupuk salah satunya dalam kegiatan inisiasi. Sejak awal bergabung, setiap anggota diingatkan untuk memperlakukan anggota yang lain sebagai keluarga yang seiman yakni iman Katolik.

Ada untuk Melayani
Bila dibandingkan dengan jumlah seluruh mahasiswa kampus IISIP Jakarta, jumlah anggota KMK Phos Gnosis sangat sedikit. Jumlah anggotanya tidak mencapai satu persen dari keseluruhan mahasiswa. Ketua KMK Phos Gnosis, Albertus Novan Windyatmoko menjelaskan, jumlah merupakan tantangan tersendiri bagi UKM yang ia nahkodai. Dengan jumlah yang terbatas, juga karena kesibukan setiap anggota, maka butuh kekuatan ekstra untuk mengerakkan organisasi.

Novan menambahkan, meski jumlah sedikit akan tetapi setiap anggota memiliki semangat untuk berkumpul bersama, untuk meluangkan waktu dan memberi kontribusi dengan caranya masing-masing. Setiap anggota diajak untuk bersama-sama berproses, saling mendukung sebagai kelompok yang kecil. “Jumlah tidaklah penting, tetapi bagaimana mampu berbuat sesuatu yang berguna dan bermanfaat.”

Sebagai kelompok mahasiswa yang bernaung di bawa nama Katolik, ini tentu menjadi tugas yang berat. KMK Phos Gnosis harus mampu menjadi teladan bagi UKM yang lain. Hal ini tentu ditunjukkan melaui kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan. “Kami berkomitmen, meski sedikit tapi kami punya peran besar dengan mencoba terjun dalam kegiatan kampus. Sejauh ini KMK Phos Gnosis mempunyai relasi yang baik dengan berbagai UKM dan menjadi mitra yang baik bagi kampus,” jabarnya.

KMK Phos Gnosis berusaha untuk tidak terkungkung dalam aktivitas pribadi. Kehadiran mereka harus menjadi nyata dalam tindakan. Untuk itu, KMK Phos Gnosis juga berusaha mengadakan kegiatan bakti sosial sebagai aksi nyata komunitas. Bakti sosial ini telah menjadi rutinitas yang dijalankan KMK Phos Gnosis sejak beberapa tahun lalu. Novan mencontohkan, KMK Phos Gnosis beberapa kali mengadakan kunjungan ke penjara. Di sana mereka menyapa narapidana yang beragama Katolik dengan membawa makanan dan membuat berbagai acara.

Selain itu, lanjut Novan, KMK Phos Gnosis mengunjungi beberapa panti asuhan dan juga panti jompo dengan menyumbangkan pakaian atau makanan. Saat bulan puasa tiba, KMK Phos Gnosis turut membagikan makanan dan minuman untuk berbuka puasa, terutama kepada anak-anak jalanan dan gelandangan. Dengan ini, Bulan Ramadan menjadi kesempatan untuk menjalin relasi antara KMK Phos Gnosis dengan kelompok-kelompok lintas agama.

Maria Dellasia Metykobela menjelaskan, setiap anggota diajak untuk memahami bahwa kegiatan KMK Phos Gnosis merupakan sebuah pelayanan. Setiap orang diajak menyadari, bahwa hidup pelayanan merupakan kekhasan sebagai orang Katolik. KMK Phos Gnosis pada dasarnya merupakan sebuah wadah pengembangan diri tidak hanya sebagai mahasiswa tetapi juga sebagai orang yang beriman Katolik.

KMK Phos Gnosis mengumpulkan setiap mahasiswa Katolik di kampus IISIP untuk meluangkan waktu di tengah kesibukan belajar. Sebagai keluarga, mereka diajak berkumpul bersama agar menjadi terang. “Setiap orang Katolik harus mampu menjadi pelita di mana pun berada. KMK PG meskipun jumlahnya yang kecil, tetapi kami selalu yakin untuk tetap menjadi terang di Kampus ini,” pungkasnya.

Willy Matrona

HIDUP NO.47 2018, 25 November 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here