Mario Botta dan Marianne Schlosser: Arsitek dan Teolog HAM

362
Bapa Suci bersama Mario Botta (kanan) dan Marianne Schlosser (kiri). [HIDUP/Yusti H. Wuarmanuk]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM –  RATZINGER Prize tahun ini benar-benar merefleksikan perhatian Gereja pada masalah hak asasi manusia (HAM). Dua penerima Ratzinger Award, Mario Botta dan Marianne Schlosser memiliki kontribusi memfasilitasi sarana dan prasarana penunjang iman baik secara eksternal maupun internal. 

Penghargaan yang diberikan tepat pada peringatan 70 tahun deklarasi HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa ini seakan mengatakan bahwa kedua orang ini membantu menjelaskan bagaimana Gereja menanggapi tantangan baru yang dihadapi HAM.

Paus Fransiskus secara langsung menyerahkan penghargaan ini kepada Mario dan Marianne di Vatikan, 17/11. Mario adalah seorang arsitek yang terkenal dengan nilai spiritual pada karya-karyanya. Buah arsitekturnya di antaranya adalah Évry Cathedral di pinggiran Kota Paris. Paus Fransiskus sendiri menilai bahwa karya Mario mampu menyiratkan nilai “etis” dan tidak hanya berhenti pada bentuk yang “estetis”.

“Mario Botta tidak hanya menciptakan ruang untuk digunakan menghabisakan waktu bersama Tuhan dalam doa dan dalam pikiran. Ia membangun rumah Tuhan bagi Tuhan dan semua orang,” ungkap Paus.

Botta lahir di Mendrisio, Swiss  pada 1 April 1943. Ia menyelesaikan pendidikan arsitektur di Università Iuav di Venezia, Italia. Di kota yang sama ia bekerja bersama dua arsitek Le Corbusier dan Louis Kahn yang akhirnya berpengaruh pada gaya arsitektur yang dikembangkan Botta.

Ia mengatakan, bahwa arsitektur sakral dan teologisnya telah membawanya lebih dekat, baik kepada imannya maupun profesinya. Menurutnya, selama 2.000 tahun dibangun ruang di mana orang dapat berdoa. Pada waktu itu, Gereja telah mengatasi semua transformasi, revolusi, perang, perubahan ideologi.

Teologi Spiritual
Penerima penghargaan yang kedua, Marianne adalah seorang teolog yang mempromosikan iman melalui teologi spiritualitas. Baginya, semua elemen kehidupan dibentuk oleh wahyu Allah. Perjuangan untuk persahabatan Tuhan, menurut Schlosser, adalah jantung dari kehidupan spiritual.

Bahkan, bagi Marianne Schlosser, kehidupan menemukan keteraturan dalam hubungan hidup dengan Kristus. Hubungan semacam inilah yang membantu membentuk karakter seseorang. Marianne lahir di Donauwörth, Jerman pada 3 Desember 1960. Saat ini, ia menjadi dosen teologi di Universitas Vienna, Austria selain juga masih mengajar di beberapa universitas di negara asalnya, Jerman.

Dalam bidang pekerjaan ini, ia telah berhasil menciptakan jembatan antara dunia akademik dan iman. Ratzinger Award diadakan sejak tahun 2010 oleh Ratzinger Foundation atau lebih dikenal sebagai Yayasan Paus Benediktus XVI. Yayasan amal ini bertujuan mempromosikan teologi dalam semangat Joseph Ratzinger. Selain itu, yayasan juga memberikan beasiswa bagi siswa miskin di seluruh dunia.


Marchella A. Vieba

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here