Saling Mengampuni Kepahitan Masa Lalu

150
Pastor Leo D. Lefebure (kanan) saat berbicara dalam seminar di Sekolah Sang Timur, Jakarta Barat. [HIDUP/Hermina Wulohering]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com –  MEWUJUDKAN kesatuan yang penuh dalam kehidupan antarumat beragama telah menjadi perjuangan berbagai pihak saat ini.

Profesor Teologi di Georgetown University, Washington, Amerika Serikat, Pastor Leo D. Lefebure mengatakan, kesulitan dalam membangun relasi antaragama merupakan hal yang wajar apalagi dalam jangka waktu dekat.

Meski demikian, ia juga mengatakan umat Katolik setidaknya bisa merintis aksi-aksi yang mengarah pada persatuan. Salah satu hal yang menyulitkan untuk membangun relasi pada masa ini, menurut Pater Leo, adalah ingatan-ingatan dan kepahitan-kepahitan masa lalu, yang pernah terjadi dalam sejarah.

“Rasa marah dan dendam akan mengganggu bila tidak terselesaikan,” ujarnya dalam Course on Leadership in Multireligious Community of Indonesia, Sabtu, 9/2 di Aula Yayasan Sang Timur, Jakarta Barat. 

Pengalaman pahit tidak hanya dirasakan oleh umat Kristiani. Di belahan lain dunia ini, ujar Pastor Leo, umat Kristiani juga kerap kali berkonflik dengan agama lain. Ia mencontohkan, umat Kristiani mempunyai sejarah yang kelam dalam relasi dengan Islam.

“Secara tradisi, orang Katolik mempunyai anggapan buruk terhadap umat Islam namun Konsili Vatikan II perlahan-lahan membuka cara pandang itu. Deklarasi Nostra Aetate juga turut menegaskan bahwa Gereja menghargai umat Islam,” ungkapnya. 

Melalui kuliah umum yang diselenggarakan oleh Komunitas Jalan Kecil ini, Pastor Leo mengajak umat dari berbagai paroki di Keuskupan Agung Jakarta untuk saling mengampuni dan menyadari pengaruh buruk memori-memori masa lalu.

Meski begitu, usaha untuk membina kerukunan harus terus dijalankan. “Kita tidak perlu menyangkal dosa. Kita hanya perlu berserah maka Allah pun akan mengampuni dosa kita.” 

 

Hermina Wulohering
HIDUP NO.7 2019, 17 Februari 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here