Gereja Indonesia lebih giat berdialog

161
Kerja sama: Prof Din Syamsuddin memberikan cinderamata kepada RP Miguel Ángel Ayuso Guixot MCCI.
[DAWN.com]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Delegasi Vatikan bidang dialog antaragama mengunjungi Indonesia. Kunjungan itu sebagai bentuk dukungan Tahta Suci bagi umat Katolik Indonesia agar lebih giat membangun dialog dengan agama lain.

Sejak terpilih untuk menduduki tahta Petrus, Paus Fransiskus getol mempromosikan dialog antaragama. Dalam berbagai kesempatan, Paus mengusahakan perjumpaan secara langsung dengan para pemimpin agama-agama. Hal ini ditegaskan Sekretaris Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, RP Miguel Ángel Ayuso Guixot MCCI, saat mengadakan tatap muka dan dialog dengan Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H.M. Sirajuddin Syamsuddin MA di Gedung Dakwah Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Menteng Raya, Jakarta Pusat, Rabu 25/6.

Romo Miguel adalah perwakilan Tahta Suci yang mengadakan lawatan ke Indonesia, khususnya Jakarta, dalam rangka berjumpa, mendengarkan, dan memberi semangat dialog kepada Gereja Indonesia pada Selasa-Jumat, 24-27/6. Dalam kunjungan ini, ia didampingi utusan Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, bidang Dialog antara Katolik dan Islam di Asia dan Pasifik, RP Markus Solo Kewuta SVD.

Romo Markus menjelaskan bahwa kunjungan kali ini berkarakter pastoral dan berwarna sangat Katolik. Tujuan utusan Vatikan mengunjungi Gereja Katolik Indonesia adalah untuk menguatkan dan memberi dukungan kepada umat Katolik yang mungkin berada dalam situasi yang tidak menyenangkan untuk saat ini. “Vatikan hadir di tengah-tengah umat Katolik di Indonesia sebagai bentuk perhatian dan tanggung jawab terhadap umat yang hidup di tengah kaum mayoritas,” tandas imam asal Flores ini.

Kontinuitas
Romo Markus juga mengatakan bahwa lawatan kali ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden Dialog antaragama Vatikan, Kardinal Jean-Louis Tauran ke Indonesia pada 2009. Setelah kunjungan itu, kata Pastor Markus, Kardinal Tauran sangat terkesan dengan Indonesia. “Oleh karena itu, ia merasa terdorong untuk datang kembali ke Indonesia, khususnya ke institusi Islam untuk sharing, bertukar pikiran, niat, rencana serta tekad untuk memperbaiki relasi dan kerjasama,” tutur Romo Markus.

Kekaguman Kardinal Tauran kepada Indonesia tetap menyimpan keinginan untuk kembali mengunjungi Indonesia tentu karena pengalaman perjumpaan dan penerimaan yang terkesan di hatinya. Paling tidak, hal serupa juga dialami Romo Miguel dan Romo Markus. Romo Markus merasa bahwa selama mengunjungi umat dan institusi Islam di Indonesia mereka diterima dengan sangat baik dan penuh antusias. Romo Markus merasa bahwa umat Muslim sangat mengapresiasi upaya dan inisiatif Gereja Katolik Roma yang begitu giat menggagas dialog antaragama serta keinginan untuk bekerja sama.

Tanggapan Positif
Selain saling menyemangati untuk terus membangun dialog iman dan dialog kehidupan antara umat Katolik dan Muslim, isu lain yang cukup mendapat titik perhatian dalam kunjungan ke instansi-instansi Islam kali ini adalah perbaikan situasi sosial ekonomi, kerja sama untuk menanggulangi bencana, kemiskinan, kelaparan, pemberdayaan perempuan, kesehatan serta kerja sama dalam bidang pendidikan.

“Saya sangat mengharapkan agar ada kerja sama antara umat Katolik dan umat Muhammadiyah dalam bidang pendidikan perdamaian,” ujar Romo Miguel saat berkunjung ke Gedung Dakwah PP Muhammadiyah.

Usulan Romo Miguel ini langsung ditanggapi positif oleh Prof. Din Syamsuddin. Ia mengatakan, sebaiknya pendidikan perdamaian ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak Indonesia. Harapannya dengan menginternalisasikan nilai-nilai perdamaian itu, anak-anak bangsa Indonesia tumbuh menjadi generasi yang mampu menghormati dan menghargai satu sama lain.

Prof. Din Syamsuddin juga menekankan pentingnya dialog melalui tindakan nyata (dialog of action) yang dibangun di masyarakat akar rumput. “Hubungan dan kerja sama antara Muhammadiyah dengan umat Kristiani yang selama ini sudah berlangsung baik perlu dijaga dan ditingkatkan,” tandasnya.

Utusan Vatikan itu juga mendatangi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU). Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menerima perwakilan Vatikan itu di gedung PBNU, Selasa (24/6).

Dalam pertemuan itu, seperti disiarkan NU Online, 24/6. Kiai Said mengatakan, NU telah lama membangun dialog dan kerjasama dengan agama lain untuk membangun dunia yang damai. Hubungan dengan tokoh-tokoh Vatikan telah lama dijalin sejak KH Abdurrahman Wahid memimpin NU. Dijelaskannya, NU memiliki prinsip ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathoniyah (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwan insaniyah (hubungan kemanusiaan), yang lintas golongan dan agama.

Dalam dialog yang berlangsung gayeng tersebut, Kiai Said mengatakan, hubungan Islam dan Katolik telah tumbuh sejak zaman Rasulullah. Saat Romawi yang beragama Katolik kalah perang dengan Persia, Nabi Muhammad turut bersedih, dan ia turut merasakan kegembiraan ketika Romawi menang beberapa tahun kemudian.

NU, kata Kiai Said, sebagai Islam moderat di Indonesia, telah berperan menjaga harmoni masyarakat. “Kami turut menjaga gereja ketika perayaan Natal,” tandasnya.

Selama berada di Indonesia, Romo Miguel dan Romo Markus juga mengunjungi lembaga-lembaga akademis seperti Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, lembaga lain yang turut dikunjungi adalah Konferensi Waligereja Indonesia dan tiga organisasi Islam yang sangat berpengaruh di Indonesia –selain Muhammadiyah dan NU seperti disebut di atas — juga Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Tindak Lanjut
Isu-isu penting yang dibahas selama kunjungan Romo Miguel dan Romo Markus ke institusi Katolik maupun Islam di Indonesia kali ini merupakan hal yang harus ditindaklanjuti demi terwujudnya hubungan yang harmonis dan persahabatan yang akrab sesuai dengan harapan Bapa Suci. Hal ini ditegaskan Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI, RD Agustinus Uluhayanan, saat ditemui di Kantor KWI Cikini, Jakarta Pusat, Kamis 10/7.

Romo Agus yang ikut mendampingi Romo Miguel dan Romo Markus selama kunjungan itu menjelaskan bahwa KWI bertugas untuk menindak lanjuti apa yang sudah dibahas dalam setiap pertemuan dengan lembaga-lembaga yang didatangi oleh delegasi Vatikan. Selain itu, KWI juga ikut mengawal dan melaksanakan niat dan rencana yang digagas bersama dengan lembaga-lembaga Islam.

Termasuk, lanjut Romo Agus, kesediaan semua umat untuk menggalang dialog, dengan kelompok-kelompok fundamental. “Ini bukan hanya tanggung jawab KWI atau komisi dialog antaragama, tetapi merupakan tanggung jawab kita bersama. Semua umat, dengan caranya masing-masing perlu mengusahakan dialog ini,” tutur Romo Agus.

Celtus Jabun

HIDUP NO.30, 27 Juli 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here