Model Sekolah Perawat Kehidupan

244
Mengolah: Siswa SMKK Mater Amabilis sedang mengolah sampah.
[NN/Dok. SMKK Mater Amabilis]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Di sekolah ini, peserta didik dibimbing untuk peduli dan cinta lingkungan hidup. Segala kegiatan diadakan agar para siswa-siswi paham cara merawat lingkungannya.

Salah satu permasalahan masyarakat kota besar seperti Jakarta, Surabaya serta kota lainnya di Indonesia adalah limbah industri dan rumah tangga. Selain membahayakan masyarakat, air limbah yang sudah tercemar dengan zat-zat kimiawi ini juga mengganggu ekosistem lingkungan hidup.

Tentu saja permasalahan itu bukanlah tanggung jawab pemerintah atau LSM semata, tetapi juga masyarakat luas termasuk lembaga pendidikan. Prinsip itulah yang dipegang oleh Sekolah Menengah Kejuruan Katolik (SMKK) Mater Amabilis Surabaya. Di sekolah ini, peserta didik dibimbing untuk peduli terhadap lingkungan dan mau terlibat mendukung keutuhan alam ciptaan.

Mengolah Limbah

Sekolah yang dikelola oleh Suster- Suster Abdi Roh Kudus (SSpS). Sekolah yang beralamat di Jalan Teratai, Nomor 2B, Surabaya ini, menawarkan empat program keahlian: tata boga, tata busana, usaha perjalanan wisata dan akomodasi perhotelan. Untuk mendukung kegiatan lingkungan hidup, mereka menawarkan konsep sekolah berwawasan lingkungan.

Kini, sekolah yang didirikan pada 1953 itu menampung 608 peserta didik, yang dibimbing 75 guru. Kepala sekolah SMKK Mater Amabilis, Sr Yosefa Theresia Aminah SSpS, kepada HIDUP mengungkapkan bahwa sekolah memang mencanangkan kurikulum berbasis lingkungan hidup. Kurikulum ini, menurut Sr Yosefa, bertujuan untuk membina peserta didik dalam menjaga keutuhan alam ciptaan dan membimbing mereka agar memiliki rasa tanggung jawab terhadap kelestarian alam.

Berdasarkan target yang ingin dicapai serta keinginan untuk menciptakan ling kungan yang bersih dan sehat, suster asal paroki Keluarga Kudus Banteng, Yogyakarta ini bersama para guru berinisiatif untuk mengolah limbah rumah tangga dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.

Dalam proyek itu, mereka dibantu oleh orangtua murid bernama Derk Chandra yang punya keahlian mengolah limbah. Umat paroki St Marinus Yohanes, Kenje ran, Keuskupan Surabaya ini pun mulai bekerja bersama para siswa, guru dan karyawan SMKK Mater Amabilis. Ia mengajarkan cara mengolah limbah menjadi air bersih. Pengolahan tersebut dipermudah dengan instalasi pengolahan air bersih ciptaan Derk Chandra sendiri yang diberi nama Zero Waste Water System (ZWWS). “ZWWS ini diresmikan pada 2011 oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur,” jelasnya.

Bagi Derk Chandra, pengalaman bekerja bersama siswa SMKK Mater Amabilis sungguh menyenangkan. Menurutnya, kegiatan SMKK Mater Amabilis tersebut dapat mendukung tumbuhnya generasi muda yang peduli dan berwawasan luas. Selain itu, kegiatan itu juga dapat mengubah cara berpikir warga yang bermukim di sekitar lokasi sekolah. “Kita ini, kan Katolik. Kita mesti memberi kesaksian dengan menawarkan sesuatu yang baik kepada orang lain,” ungkapnya.

Konsultan limbah PT Golden Water Indonesia ini berharap agar SMKK Mater Amabilis dapat menjadi model bagi sekolah Katolik lain. Sekolah Katolik, kata Derk, tidak boleh hanya mencetak peserta didik yang unggul secara intelektual, tetapi juga harus unggul dalam kepekaan terhadap sesama dan lingkungan.

Ekstrakurikuler
Gerakan peduli lingkungan ini juga diperdalam dengan penyediaan wadah ekstrakurikuler bagi siswa-siswi yang sungguh tertarik menekuni. Kegiatan ekstrakurikuler itu dimulai 2008. Saat ini, jumlah siswa yang terlibat dalam kelompok ini ada 30 orang. Mereka didampingi oleh seorang guru, Joko Wismono.

Sebelum ada ZWWS, peserta ekstrakurikuler mengadakan kegiatan pembuatan biopori, menanam/memelihara tanaman, melakukan daur ulang kertas, dan membuat kompos dari limbah daun serta limbah kantin. Setelah ada ZWWS, para peserta ekstrakurikuler ini semakin tertantang. Mereka bahkan telah berhasil mengelola biocap  (pengolahan air limbah) yang berfungsi untuk mengolah limbah kamar mandi dan WC menjadi air bersih yang dapat digunakan untuk menyiram tanaman. Mereka juga membuat sumur resapan, yang dimanfaatkan untuk memelihara ikan di kolam sekolah. Air olahan ZWWS, dapat dimanfaatkan sebagai air minum, mencuci dan kebutuhan lain.

Para siswa yang terlibat dalam kelompok ini tidak hanya beraktivitas di sekolah. Beberapa kegiatan yang telah digelar adalah membersihkan dan menanam mangrove di pantai Kenjeran dan Wonorejo. Mereka juga melakukan penghijauan di Batu Malang dan kampanye lingkungan hidup di jalan-jalan dengan membagikan bibit palem serta masker.

Untuk mendukung gerakan ini, SMKK Mater Amabilis bahkan menetapkan hari Jumat sebagai hari kebersihan, “Jumat Bersih”. Pada hari itu semua siswa membersihkan lingkungan sekolah, sedangkan peserta ekstrakurikuler Lingkungan Hidup bekerja memanfaatkan instalasi yang ada. Mereka mengolah limbah plastik, minyak goreng, membuat pupuk organik, dan merawat tanaman obat keluarga.

Alumna SMKK Mater Amabilis, Vionny Rosalita Yonanda, mengaku bangga dapat mengenyam pendidikan di sekolah ini. Menurutnya, para guru, karyawan dan siswa sungguh peka merawat lingkungan. Peraih juara satu lomba majalah dinding group class bidang lingkungan hidup ini terus berharap agar almamaternya giat mempromosikan pentingnya merawat lingkungan hidup.

Raih Prestasi
Karena tekun dan peduli terhadap lingkungan hidup, sekolah ini kemudian mendapat prestasi tingkat nasional. Sekolah mendapat penghargaan Adiwiyata Mandiri 2014 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Penghargaan ini diberikan karena sekolah ini dinilai peduli terhadap lingkungan dan keutuhan alam ciptaan lewat penerapan Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup, Kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup dan partisipasi peserta didik dalam kegiatan lingkungan gidup.

Pada 20 November 2014, sekolah ini mendapat kunjungan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar. Sr Yosefa, para guru, karyawan dan seluruh murid SMKK Mater Amabilis menyambut gembira kunjungan ini. Menteri Siti Nurbaya mengapresiasi keaktifan siswa dalam merawat lingkungan, bahkan dengan mencicipi air hasil olahan ZWWS, meng unjungi dapur pengolahan limbah dan tempat pembuatan kompos.

Fransiskus Pongky Seran/Celtus Jabun

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here