Pastoral Keluarga, Stop HIV/AIDS

271
Romo Lambertus Somar MSC.
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Gereja harus andil dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS dengan menguatkan pola hidup sehat dalam pastoral keluarga. Penyebarannya kian meluas dan mempertegas lemahnya penguatan nilai moral di tengah masyarakat.

Ibarat pohon yang memiliki daun rimbun dan hijau karena memiliki akar yang dalam, demikianlah seorang anak dapat tumbuh sebagai pribadi dewasa di tengah terjangan arus zaman yang keras. Keluargalah yang menjadi peletak dasar nilai-nilai moral dan menanamnya kuat dalam sanubari anak-anak. Simpulan ini mengemuka setelah merunut pengalaman Romo Lambertus Somar MSC selama belasan tahun mendampingi para pengidap HIV/AIDS. Bagi dia, HIV/AIDS yang kini banyak melanda orang muda dengan kisar umur 20-35 tahun, merujuk kepada kelemahan keluarga dalam memberikan pendidikan moral anak.

Maka, Romo Somar meyakini bahwa untuk memutus mata rantai penyebaran virus mematikan ini, pastoral keluarga sangat penting dan mendesak. “Saya gelisah ketika dalam sebuah acara bersama orang muda baru-baru ini, saat saya bertanya tentang pola hidup sehat, mereka bingung. Untuk hidup sehat saja mereka tak tahu! Lalu bagaimana mereka bisa memilah jutaan tawaran kesenangan yang sangat menggiurkan saat ini,” tandas Romo Somar saat ditemui di Muara Karang, Jakarta Utara, Selasa, 6/1.

Menurut Romo Somar, pastoral keluarga hidup sehat mesti digalakkan dari tingkat keuskupan, paroki, sampai lingkungan basis. Keluarga harus dibekali pola hidup sehat. Sejak dini, keluarga perlu diberi pengetahuan tentang HIV/ AIDS sebagai akibat dari penggunaan narkoba, seks bebas, dan yang lain. “Kita pasti tidak tahu siapa di antara kita yang sudah terifeksi. Sebab, jumlah pengidap virus ini sudah amat tinggi. Daripada mengobati, lebih baik mencegah,” tegas Romo Somar.

Ia menambahkan, dengan metode pastoral tertentu, pemeriksaan HIV/ AIDS terhadap pasangan calon menikah layak mulai dilakukan. Dalam Kursus Persiapan Perkawinan (KPP), hal ini layak dimasukkan sebagai satu langkah persiapan merajut keluarga yang sehat. Sekali lagi, tegas Romo Somar, ini bukan untuk menakut-nakuti para calon orangtua, tetapi untuk membangun harapan bahwa buah hati dari pernikahan suci mesti lahir dengan jiwa suci dan fisik yang bersih.

Hal senada pun diutarakan Sr Sesilia Widiastari CB. Berdasarkan pengalaman membimbing para pasien yang datang, ia mengatakan bahwa salah satu figur yang belakangan banyak terdiagnosa HIV/ AIDS adalah ibu rumah tangga. Maka, kepada mereka sangat dianjurkan agar memeriksakan diri. “Jika terdiagonsa lebih awal kan kami bisa mempersiapkan kelahiran bayi bagi yang sedang hamil, sehingga ia tidak terfeksi virus itu. Setelah ia diobati dalam periode waktu tertentu, keluarga bisa merencanakan kehamilan berikut,” jelas Sr Sesil.

Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta juga bersedia menjalin kerja sama dengan klinik-klinik di paroki atau komunitas umat untuk memfasilitasi pemeriksaan HIV/AIDS. Artinya, para tenaga medis bisa merekomendasikan siapa saja yang karena ciri-ciri sakit tertentu diduga mengidap HIV/AIDS untuk memeriksakan diri ke Ruang Carlo atau rumah sakit yang menyediakan pelayanan ini.

Gereja juga memikul tanggung jawab untuk menerima dan terus mendampingi pengidap HIV/AIDS. Tapi, perlu juga mengupayakan beragam hal agar mata rantai penyebaran HIV/AIDS terputus, sehingga mimpi generasi masa depan tanpa HIV/AIDS lekas terwujud.

Stefanus P. Elu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here