DASA WINDU SEMINARI KENTUNGAN

464
Kardinal Darmaatmadja memimpin Misa syukur ulang tahun ke-80 Seminari St Paulus Kentungan.
[Fr Andreas Subekti]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.comSudah berusia 80 tahun, Seminari Tinggi St Paulus Kentungan masih setia teguh memegang cita-cita pendiri Mgr Joannes Willekens, menelurkan imam-imam berkualitas.

HALAMAN Seminari Tinggi St Paulus Kentungan, DI Yogyakarta berubah rupa. Para romo, frater dan karyawan seminari kompak mengenakan pakaian adat Jawa. Mereka bergantian menyapa tamu undangan yang memasuki lingkungan seminari. Tamu-tamu itu datang untuk ikut serta mensyukuri Pesta Ulang Tahun ke-80 Seminari Tinggi St Paulus Kentungan, Sabtu, 13/8.

Pesta ulang tahun ini diawali Misa konselebrasi yang dipimpin Uskup Agung Emeritus Jakarta Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja SJ. Sedikitnya 300 undangan hadir, di antaranya para romo Keuskupan Agung Semarang dan Keuskupan Purwokerto, para frater, suster, dan umat.

Dalam homili, Kardinal Darmaatmadja mengingatkan para imam dan calon imam agar terus bersukacita dalam menjalani panggilan. Sukacita bukan karena seminari merayakan ulang tahun, tetapi pertama-tama agar semakin banyak imam yang pergi ke seluruh dunia untuk memberi Sakramen Baptis, Sakramen Pengampunan Dosa, dan Sakramen Perkawinan.

[nextpage title=”DASA WINDU SEMINARI KENTUNGAN”]

Kardinal Darmaatmadja memimpin Misa syukur ulang tahun ke-80 Seminari St Paulus Kentungan.[Fr Andreas Subekti]
Kardinal Darmaatmadja memimpin Misa syukur ulang tahun ke-80 Seminari St Paulus Kentungan.
[Fr Andreas Subekti]
Bagi para calon imam, Kardinal Darmaatmadja mengingatkan, agar semakin berani mengatakan “cukup”, jika memang sudah cukup dan berani berkata “tidak” untuk menolak segala yang tidak perlu. “Jangan sampai ragu-ragu, karena para calon imam sekarang menjalani panggilan pada zaman obesitas, karena kalau sudah jadi imam akan ada yang berkarya di paroki kelas menengah ke atas dan umat selalu menjamin para imamnya agar berkecukupan,” ujar Kardinal Darmaatmadja.

Kardinal Darmaatmadja juga mengajak semua imam dan calon imam belajar dari Mgr Joannes Willekens SJ, perintis Seminari St Paulus. Pada masa itu, Mgr Willekens menjabat Vikaris Apostolik Batavia. Lewat polesan tangannya, lembaga pendidikan ini semakin berakar. “Atas semangat ini, Gereja harus semakin mengakar dalam iman yang kuat,” kata Kardinal Darmaatmadja.

Dalam rekam sejarah, kata Romo Kristanto, Seminari Tinggi St Paulus pernah sembilan kali berpindah tempat karena situasi politik yang tidak menentu. Kala itu masih dalam situasi penjajahan dan kecamuk perang, namun Mgr Willekens terus berjuang agar lembaga pendidikan calon imam ini tetap berjalan dan iman umat semakin berakar. Spirit pantang menyerah inilah yang hendaknya ditimba sebagai inspirasi dalam menjalani panggilan. Sejak diresmikan pada 15 Agustus 1936, Seminari St Paulus telah menghasilkan kurang lebih 600 imam dan 14 uskup.

Usai Misa beragam acara digelar, seperti pemotongan tumpeng dan pentas seni Ajaran Iman oleh para frater dengan bintang tamu Dalijo Angkringan. Ada juga pagelaran wayang wahyu oleh Romo Agustinus Handi Setyanto dengan lakon “Paulus, Rasul Pinunjul”.

Yusti H. Wuarmanuk
Laporan: Andreas Subekti dan H. Bambang S. (Yogyakarta)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here