ROMO DANU: RIWAYAT HIDUP DAN KARYA (2)

344
Romo F. X. Danuwinata SJ
[sesawi.net]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – ROMO Franciscus Xaverius Danuwinata SJ menjalani perutusan perdana sebagai Ketua Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pada usia 36 tahun. Selama lima tahun (1968-1972), perutusan perdana itu ia jalani dengan berbagai inovasi. Semangat mudanya masih menyala untuk menerangi langkah-langkah yang ia ambil.

Usai menyelesaikan tugas sebagai Ketua Komisi Pendidikan KWI, Romo Danu menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta, yang sudah ia jalani sejak 1969 kala masih aktif bekerja di KWI. Talenta kepemimpinan begitu kental melekat dalam dirinya. Tak heran jika ia pun didaulat sebagai Ketua STF Driyarkara pada 1974-1980. Baru dua tahun sebagai Ketua STF Driyarkara, Romo Danu sekaligus dipercaya untuk merangkap sebagai Rektor Kolese Hermanum (Kolman) Jakarta. Kolman adalah komunitas rumah formasi bagi para Frater Jesuit yang sedang menempuh studi Filsafat di STF Driyarkara. Ia menjadi figur inspiratif di kalangan para frater kala itu. Penampilannya yang cukup “nyentrik” dengan rambut panjang begitu lekat di kalangan anak didiknya. Ia menjadi Rektor Kolman pada periode 1976-1980.

Ketika perutusannya sebagai Rektor Kolman baru setahun, Romo Danu masih ditambahi lagi tugas lain pada 1977. Ia dipercaya menjadi Ketua Pusat Kajian dan Pengembangan Etika Universitas Katolik (Unika) Atmajaya Jakarta. Dalam waktu yang bersamaan, ia mengampu tiga peran penting: Ketua STF Driyarkara, Rektor Kolman, dan Ketua Pusat Kajian dan Pengembangan Etika Unika Atmajaya Jakarta. Tiga tugas itu selesai bersamaan pada tahun 1980, ketika Romo Danu diutus menjadi Rektor Unika Atmajaya Jakarta. Namun, posisi Rektor Unika Atmajaya Jakarta ini hanya diemban selama dua tahun (1980-1982). Konon, ia terlalu frontal menentang rezim Orde Baru dalam kasus “Petisi 50”. Ia berani “pasang badan” membela dosennya yang ikut dalam “Petisi 50”, Chris Siner Key Timu. Rezim Soeharto akhirnya melengserkan dirinya dari posisi orang nomor satu di Unika Atmajaya Jakarta.

Setelah selesai menjadi Rektor Unika Atmajaya Jakarta, sempat ada masa dua tahun bagi Romo Danu tidak memegang jabatan apapun. Seolah ia “hilang” dari peredaran. Namun, ia tetap tekun menghidupi kharisma sebagai Jesuit dalam menjalani hari-harinya. Romo Danu lalu muncul kembali sebagai Rektor IKIP Sanata Dharma Yogyakarta pada periode tahun 1984-1988. Setahun sebelum masa kepemimpinannya berakhir di Sanata Dharma, ia diserahi tugas rangkap sebagai Rektor Kolese Santo Ignatius Loyola (Kolsani) Yogyakarta tahun 1987. Dan pada akhir periode sebagai Rektor Sanata Dharma, Romo Danu diangkat sebagai Ketua Yayasan Sanata Dharma tahun 1988.

[nextpage title=”ROMO DANU: RIWAYAT HIDUP DAN KARYA (2)”]

Romo F. X. Danuwinata SJ[sesawi.net]
Romo F. X. Danuwinata SJ
[sesawi.net]
Penggembalaannya di Kolsani hanya berlangsung tiga tahun (1987-1989), karena Romo Danu didaulat menjadi Provinsial Serikat Jesus Provinsi Indonesia (Provindo) tahun 1989. Ketika menjadi Provinsial, ia masih aktif menjadi Ketua Yayasan Sanata Dharma. Namun pada 1990, ketika belum genap dua tahun sebagai Provinsial, Romo Danu mengundurkan diri dari posisi tersebut; pun mundur dari Ketua Yayasan Sanata Dharma. Pada periode 1990-1995, untuk kedua kalinya Romo Danu seolah “hilang” dari peredaran. Tak banyak orang tahu mengenai tokoh pemimpin yang sebelumnya hilir mudik di pucuk-pucuk institusi besar Katolik. Meski demikian, nama besarnya tak lekang oleh ketidak-munculannya. Ia tetap setia bekerja di belakang layar dan menganimasi karya-karya Serikat Jesus di banyak tempat.

Mulai saat itu, Romo Danu banyak berada di belakang layar dengan memasok ide dan pemikiran, serta terus berkarya tanpa diketahui secara publik. Tahun 1995, ia diberi tanggung jawab sebagai Ketua Administrasi dan Finansial STF Driyarkara. Lagi-lagi, baru setahun melaksanakan tugas barunya, ia langsung diberi dua tugas tambahan sebagai Sekretaris Eksekutif Program Pascasarjana STF Driyarkara dan Ketua Yayasan Institut Sosial Jakarta (ISJ) pada 1996. Ketika menjadi Ketua Yayasan ISJ inilah ia bertemu lagi dengan anak didiknya yang kala itu menjadi Direktur ISJ, Ignatius Sandyawan Sumardi. Sandyawan–saat masih menjalani formasi sebagai Jesuit–mengalami masa pendampingan Romo Danu dua kali, yakni ketika Romo Danu menjadi Rektor Kolman Jakarta dan Rektor Kolsani Yogyakarta.

Tugas sebagai Ketua Administrasi dan Finansial STF Driyarkara berakhir tahun 2000. Sementara perutusan sebagai Sekretaris Eksekutif Program Pascasarjana STF Driyarkara selesai pada 2002, dan Ketua Yayasan ISJ tahun 2005. Namun, di sela-sela perutusan di belakang layar itu, Romo Danu masih berkiprah dengan perutusan lainnya, seperti Sahabat Sanggar Akar Anak (2001-2012) dan Fasilitator Gerakan Sosial sejak 2001 hingga akhir hayatnya. Tugas penting yang ia ampu pada masa senjanya adalah Ketua Yayasan Pendidikan Driyarkara (2002-2008). Hingga akhir hayatnya, Romo Danu terus setia menghidupi kharisma Santo Ignatius Loyola dalam berbagai perutusan penting sebagai pimpinan di berbagai institusi besar, maupun berkarya di belakang layar.

Hidup dan karya Romo Danu akhirnya ditutup dengan kenangan mosaik penghayatan hidup yang khas dan indah. Ia wafat karena sakit dan usia sepuh di RS Elisabeth Semarang, Jumat, 26 Agustus 2016, pukul 09.45 WIB, pada usia 84 tahun. Sehari setelahnya, jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Maria Ratu Damai Girisonta. Meskipun telah tiada, sosok dan pemikiran Danuwinata tak lekang dalam karya kerasulan pendidikan tinggi, formasi internal Serikat Jesus, dan karya sosial sebagai perwujudan Gereja yang hadir di tengah dunia.

R.B.E. Agung Nugroho

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here