Air Mata dan Harapan

240
Paus Fransiskus mencium seorang bayi, korban gempa Italia Tengah di Aula Paulus VI Vatikan.
[giornalettismo.com]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com - Air mata bisa berbuah harapan. Tangisan Rahel karena Israel di pembuangan dan tangisan Maria di bawah kaki Salib adalah air mata harapan.

LAGU Astro Del Ciel atau Malam Kudus mengiringi langkah Paus Fransiskus memasuki aula Paulus VI Vatikan. Di sana, para korban gempa yang melanda Italia Tengah, Agustus silam telah menunggu. Begitu Paus masuk, mereka ramai-ramai mengulurkan tangan. Paus memegang tangan mereka. Ketika melewati anakanak kecil, Paus berhenti, mencium, dan membuat tanda salib di dahi mereka atau sekadar mengelus bocah-bocah itu.

Kadang terdengar seruan dari orang yang berada di bagian belakang, “Papa Francesco!” Paus menoleh dengan senyum yang terus melekat di wajahnya.Beberapa di antara mereka memberikan bingkisan, seperti lukisan dan surat kepada Paus.

Beberapa korban gempa di Italia Tengah tampak mencucurkan air mata. Setelah duduk, Paus Fransiskus mengungkapkan kesedihan sekaligus empati yang ia alami ketika gempa melanda Italia Tengah. “Yang muncul dalam diri saya, saya harus pergi bertemu kalian, dan saat Misa saya merasakan sakit,” ujar Paus pada Kamis, 5/1.

Bangun Harapan
Dilansir zenit.org (6/1), selama audiensi, Paus mendengarkan kesaksian dari seorang pria bernama Rafaelle dan Pastor Luciano. Paus melepaskan naskah sambutannya dan berbicara secara spontan. Ia menekankan betapa penting untuk tetap dekat satu sama lain, berbagi, dan memiliki semangat solidaritas. Bapa Suci mengajak para korban gempa untuk berani bermimpi dan membangun kembali, dalam artian fisik dan membangun hati yang penuh harapan.

Setiap orang, kata Paus, menderita dan terluka karena kehilangan rumah, orangtua atau anak. Masa seperti ini, kelembutan hati yang terwujud dalam penyerahan diri dan kasih bisa menyembuhkan luka dan derita. Kelembutan itu seringmembuat keajaiban kala penderitaan, di mana orang mengesampingkan perbedaan dan masalah; datang dengan pelukan, ciuman, dan air mata.

Sehari sebelumnya, dalam audiensi umum, Rabu, 4/1, Paus Fransiskus mengatakan, air mata melahirkan harapan. Kata-kata penghiburan kadang tak cukup. Pada momen ini, lanjut Paus, diam dan pelukan menjadi pilihan yang tepat untuk menghibur, jika tidak menemukan kata-kata.

Paus mengutip Yeremia 31:15, “Beginilah firman Tuhan: Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak anaknya, sebab mereka tidak ada lagi.” Rahel dalam Kitab Kejadian meninggal setelah melahirkan Benyamin, “dihidupkan” lagi dalam nubuat Nabi Yeremia. Allah menanggapi air mata Rahel dengan janji bahwa Israel yang dalam pembuangan akan kembali. “Air mata menghasilkan harapan, dan ini tidak mudah dimengerti, tapi itu benar. Tapi air mata adalah biji dari harapan.”

Bapa Suci juga menegaskan, air mata harapan itu ketika Maria berdiri di bawah kaki salib Putra-Nya. “Air mata Bunda atas kematian Putranya berbuah pada harapan baru dan kehidupan baru bagi semua orang yang, melalui iman, menjadi anak-anak-Nya dalam tubuh Kristus yang bangkit, yang adalah Gereja.”

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here