Demo Gereja Santa Clara Bekasi

373
Dok. Emanuel Dapa Loka
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – LEBIH dari seribu demonstran kembali menyambangi Gereja Santa Clara, Bekasi Utara, Jawa Barat, Jumat, 24/3. Gereja yang sedang dalam proses pembangunan ini sekarang sudah mencapai 50% pembangunan struktur. Pada Jumat siang lalu, para demostran secara bergelombang berdatangan dari berbagai arah setelah menunaikan Salat Jumat di sejumlah Masjid.

Semula para peserta demo hanya berdiri-berdiri di badan jalan dan depan pintu gerbang lokasi gereja. Ada yang mengobrol sambil melakukan swa foto. Sesekali ada yang berpekik “Allahu Akbar” ditimpali dengan pekikan yang sama oleh pendemo lain. Suasana berubah panas dan tegang ketika sebuah pickup berwarna hitam yang membawa beberapa orator berikut alat-alat pelantang suara merangsek masuk menuju gerbang kompleks diiringi sejumlah pendemo yang kebanyakan adalah remaja tanggung sambil berlari berteriak bakar…! Rusak….! Kemudian melemparkan botol minuman dan benda keras lainnya ke arah polisi yang berjaga.

Melihat keadaan mulai tak terkendali dan massa mulai anarkistis, polisi kemudian menembakkan gas air mata. Ketika dua atau tiga tembakan dilepaskan, para demostran kocar-kacir menghindari gas yang langsung membuat mata perih dan susah bernafas tersebut.

Sambil menjauh dari gas, para orator tetap berorasi menolak pembangunan Gereja Santa Clara dan mengecam tembakan gas air mata oleh polisi tersebut. Di satu sisi, para orator yang hampir semua adalah ustad, menyebut Gereja Santa Clara sebagai gereja liar. Di sisi lain, mereka meminta Pemerintah mencabut IMB gereja tersebut dengan alasan proses mendapatkan IMB-nya penuh penipuan. Mereka menyebut Walikota Bekasi Rahmat Effendi dan FKUB sebagai biang terbitnya IMB Santa Clara yang tidak sesuai dengan prosedur. “Kami tidak menolak kebinekaan. Yang kami tolak adalah cara mendapatkan IMB. Maka kami minta penghentian pembangunan sampai ada kejelasan izinnya,” ungkap seorang orator.

Dok. Emanuel Dapa Loka
Dok. Emanuel Dapa Loka

Hal lain yang diutarakan para peserta demonstrasi adalah anggapan bahwa gereja Santa Clara adalah gereja terbesar se-Asia Tenggara dan mendapat dana internasional dalam pembangunannya. Oleh karena alasan tersebut, para peserta demo meminta panitia pembangunan menghentikan sebab gereja Santa Clara karena tidak boleh berdiri di antara masyarakat Bekasi Utara yang mayoritas beragama Islam.

Dok. Emanuel Dapa Loka
Dok. Emanuel Dapa Loka

Menanggapi tudingan-tudingan tersebut, Pastor Raymundus Sianipar OFMCap selaku Pastor Paroki mengatakan, “Sangat pasti, kami bukan gereja liar sebab kami memiliki izin resmi. Pengurusan izin kami lakukan melalui verifikasi berkali-kali dan berlapis. Bagaimana mungkin kami dikatakan memanipulasi data dan liar?” tanya Romo Ray retoris.

Ketua FKUB Kota Bekasi, Abdul Manan mengatakan hal yang sama. “Semua persyaratan sudah dipenuhi dengan baik oleh Santa Clara. Jadi tidak ada alasan menolak Santa Clara,” ujarnya.

Romo Ray juga menjelaskan bahwa sangat pasti gereja Santa Clara bukanlah gereja terbesar di Asia Tenggara. “Tidak masuk akal kami dikatakan terbesar. Kami juga berjibaku mengumpulkan dana dan tidak ada sepeser pun dana internasional seperti yang diisukan. Siapalah kami sehingga segitunya. Itu pasti isyu belaka atau hoax,” jelas Pastor yang selalu enerjik ini. Dia malah menyampaikan bahwa  panitia pembangunan gereja masih kekurangan dana. “Kalau ada dana internasional itu, tentu kami tak kesulitan dana. Tak benar itu,” tegas Romo Ray.

Tentang kekhawatiran akan ada kristenisasi melalui kehadiran gereja Santa Clara, Romo Ray juga menegaskan bahwa bukanlah gaya gereja Katolik yang mengajak atau memengaruhi orang atau masyarakat untuk menjadi Katolik. “Menjadi Katolik itu tidak mudah sebab melalui proses panjang. Dan kami tidak datang-datangi orang untuk minta atau suruh masuk Katolik, malah kalau ada yang mau masuk Katolik, kami minta untuk benar-benar menimbang dengan bebas,” jelasnya.

Saat ini umat Santa Clara yang mencapai 9.422 jiwa ini merayakan Misa di ruko dengan lima kali Misa. Karena ruangan terbatas, banyak umat yang duduk di halaman ruko. Kalau hujan turun, mereka harus siap berbasah-basah.

Emanuel Dapa Loka

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here