70 Tahun Relasi Vatikan-Korea Selatan

275
South Korea's new President Moon Jae-In speaks during a press conference at the presidential Blue House in Seoul on May 10, 2017. Moon was sworn in just a day after a landslide election victory, and immediately declared his willingness to visit Pyongyang amid high tensions with the nuclear-armed North. / AFP PHOTO / POOL / JUNG YEON-JE (Photo credit should read JUNG YEON-JE/AFP/Getty Images)
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Republik Korea Selatan tahun ini merayakan peringatan 70 tahun relasi diplomatik dengan Negara-Kota Vatikan. Relasi dua negara ini dimulai sejak Vatikan pertama kali memutuskan untuk membuka Delegatus Apostolik permanen di Korea, seperti dilansir Agenzia Fides, Selasa, 23/5.

Dalam rangka peringatan tersebut, Presiden baru Korea Selatan, Moon Jae-in meminta kepada Uskup Agung Gwangju, Mgr Hyginus Kim Hee-Jong untuk mewakili Korea Selatan memimpin perayaan ini. Ketua Konferensi Para Uskup Korea itu juga diutus Presiden Moon untuk menghadap Bapa Suci sebagai salah satu ungkapan syukur atas relasi yang telah terjalin baik antara Korea-Vatikan selama ini. Mgr Hee-Jong akan ditemani oleh Seong Youm, mantan Duta Besar Korea Selatan untuk Takhta Suci, yang akan bertandang ke Vatikan bulan depan.

Selain mengutus Mgr Hee-Jong ke Vatikan, Presiden Moon yang baru dilantik pada Rabu, 10/5 lalu, juga menugaskan beberapa utusan khusus untuk bertandang ke Amerika Serikat, Cina, Jepang, Rusia, Uni Eropa, dan Jerman, dalam rangka peringatan 70 tahun relasi diplomatik tersebut.

Relasi diplomatik Vatikan-Korea Selatan sudah dimulai sejak 1947. Saat itu, Paus Pius XII mengirimkan delegatus apostolik pertama ke Korea, Pater Patrick James Byrne MM. Delegatus apostolik tersebut dikirim tak lama setelah kemerdekaan Korea dari dominasi Jepang, tahun 1945 ketika Jepang kalah Perang Dunia II (1939-1945) melawan Sekutu. Menurut sumber catholic-hierarchy.org, Pater Byrne sebenarnya sudah menjalani misi di Korea. Imam kelahiran Washington, Amerika Serikat, 26 Oktober 1888 ini sudah diangkat sebagai Prefek Apostolik Peng-yang (kini Keuskupan P’yŏng-yang), Korea Utara (1927-1929). Namun, ia juga sempat ditugaskan menjadi Prefek Apostolik Kyōto, Jepang (1937-1940). Dan, baru pada 7 April 1949, ia secara penuh menjadi Delegatus Apostolik Korea dan dianugerahi gelar Uskup Tituler Gazera. Penerima tahbisan Uskup Tituler pada 14 Juni 1949 itu bertugas sebagai Delegatus Apostolik Korea hingga wafat pada 25 November 1950.

Mgr Byrne sebenarnya wafat pada waktu Perang Korea (1950-1953) pecah. Ia tercatat sebagai salah satu dari 213 martir Korea yang mati sahid selama Perang Korea berkecamuk. Mgr Byrne sempat diculik, lalu dijebloskan ke dalam penjara hingga wafat. Korban Perang Korea tersebut kini sedang diproses penggelaran kudusnya.

Tahun 1948, pemerintah Korea Selatan mengirimkan delegasi ke Konferensi Paris, Perancis, sebagai upaya mendapat pengakuan dunia internasional atas kedaulatannya di Semenanjung Korea. Saat itu, Mgr Angelo Giuseppe Roncalli (kelak menjadi Paus Yohanes XXIII) bertugas sebagai Nunsius Apostolik untuk Perancis. Mgr Roncalli pun sekuat tenaga membantu delegasi Korea untuk mendapat pengakuan kedaulatan dari delegasi negara-negara Katolik yang memiliki relasi diplomatik dengan Takhta Suci. Berkat lobi dan keuletan Mgr Roncalli usaha ini menuai hasil. Oleh karena itu, tak heran jika Korea Selatan sungguh memiliki relasi yang begitu kuat dengan Vatikan. Bahkan dalam sejarahnya, Vatikan merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan Korea sebagai sebuah negara merdeka setelah lepas dari kolonialisasi Jepang. Relasi dua negara itu terus berlangsung baik hingga kini. Sejak 2008, Takhta Suci mengutus Mgr Osvaldo Padilla sebagai Nunsius Apostolik untuk Korea Selatan, yang juga merangkap sebagai Nunsius Apostolik untuk Mongolia.

R.B.E. Agung Nugroho

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here