Sekjen KWI Bertemu Presiden Jokowi

905
Kiri-Kanan: Sekjen KWI, Mgr Antonius Franciskus Subianto Bunyamin OSC; Presiden Joko Widodo.
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia (Sekjen KWI), Mgr Antonius Franciskus Subianto Bunyamin OSC datang ke Istana Merdeka Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi). Pertemuan pada Rabu, 2/8 itu membahas tentang kegiatan Asian Youth Day (AYD) ke-7 yang diadakan di sebelas keuskupan di Indonesia. Perhelatan akbar Orang Muda Katolik (OMK) se-Asia tersebut akan berpuncak di Yogyakarta, teritori gerejani Keuskupan Agung Semarang (KAS).

Kegiatan OMK se-Asia ini bertajuk “Orang Muda Katolik Asia Bergembira! Menghidupi Injil di Asia yang Multikultural” (Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia). Berdasarkan tema tersebut, salah satu agenda kegiatannya adalah live in yang dikemas dalam program Day in the Diocese (DID) yang diselenggarakan pada Minggu, 30 Juli hingga Rabu, 2 Agustus 2017. Setelah itu, para peserta AYD dari mancanegara akan berkumpul di Yogyakarta hingga penutupan acara pada Minggu, 6 Agustus 2017. Selama kegiatan DID tersebut, jelas Mgr Anton, para peserta dari berbagai negara tinggal di keluarga-keluarga dan berbaur dengan masyarakat. Bahkan di beberapa tempat, mereka beroleh kesempatan berinteraksi dengan saudara-saudari yang berbeda agama, seperti di pondok pesantren.

Dalam pertemuan itu, Mgr Anton melaporkan bahwa hingga saat ini, acara AYD berlangsung lancar, dan boleh dikatakan sukses. Kegiatan AYD, imbuh Uskup Bandung itu, melibatkan setidaknya 2.900 OMK mancanegara dan sekitar 5.000 OMK asal Indonesia. Kesuksesan acara ini salah satunya adalah dapat memperbaiki citra Indonesia di dunia internasional, terutama di kawasan Asia, terkait nilai dan praktik toleransi, penerimaan dan penghargaan terhadap perbedaan dalam diri sesama anak bangsa.

Menurut Mgr Anton, Presiden Jokowi merasa senang karena kegiatan ini dapat membuka wawasan dan pengetahuan orang muda di Asia mengenai kebhinnekaan Indonesia. Artinya, mereka tidak hanya mendengar, membaca, dan melihat dari berbagai media secara tidak langsung, melainkan mengalami dan merasakan sendiri bagaimana kebhinnekaan itu dibangun dan dipraktikkan dalam balutan toleransi di Indonesia.

R.B.E. Agung Nugroho

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here