Gereja di Tengah Krisis Venezuela

285
Beberapa warga Venezuela mengangkat salib-salib bertuliskan nama korban kekerasan di Vatikan.
[cruxnow.com]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Krisis politik dan ekonomi mengoyak Venezuela. Gereja turun tangan dan menyerukan solusi damai.

KRISIS! Kata ini menggambarkan situasi sosial politik dan ekonomi Venezuela saat ini. Awal Agustus lalu, sepuluh orang tewas dalam sebuah demonstrasi besar menentang kekuasaan Nicolás Maduro. Mega demonstrasi ini bermula ketika Maduro membentuk Dewan Konstituante yang nantinya membuat konstitusi baru. Pihak oposisi yang menguasai Kongres Venezuela menolak ide penerus Hugo Chavez itu. Penolakan ini sejatinya tidak memiliki kuasa karena kongres telah dilucuti oleh Mahkamah Agung; perpanjangan tangan pemerintahan Maduro. Alhasil, oposisi yang didukung mahasiswa turun ke jalan. CNA melansir, sejak April, lebih dari seratus orang tewas di jalanan.

Krisis di Venezuela sangat problematis. Venezuela merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia. Tapi ketika harga minyak global jatuh dan dunia mengalami krisis, Venezuela gagal memulihkan diri. Lembaga Survey ENCOVI melansir, dari setiap tahun kelaparan meningkat. Hampir 75 persen populasi telah kehilangan rata-rata berat badan minimal 8,7 kilogram karena kurang nutrisi. Kejahatan, pembunuhan menyebar di setiap kota.

Situasi kelam di Venezuela membuat Gereja turun tangan. Paus Fransiskus, yang mengikuti perkembangan krisis meminta pemerintah untuk menghormati hak-hak asasi manusia dan mendengarkan suara rakyat yang menolak konstitusi baru. Sementara, Uskup Agung Karakas Kardinal Jorge Liberato Urosa mengecam Presiden Maduro dan panglima militer Venezuela perihal kematian para demonstran. “Pemerintah bertanggung jawab atas kematian mereka di hadapan Tuhan dan hukum.”

Kardinal Urosa menyebut, pemilihan Dewan Konstituante tidak memiliki wewenang dan tidak masuk akal. Pasalnya, tingkat partisipasi warga yang memilih begitu rendah. Lembaga Pemilu Demokrasi Venezuela yang menentang Maduro menyebut, hanya 2,4 juta suara atau 12 persen warga yang menggunakan hak pilih.

Konferensi Uskup Venezuela telah berulang kali berbicara menentang pembentukan Dewan Konstituante dan meminta resolusi damai untuk masalah ekonomi dan politik. Konferensi Uskup juga merilis pernyataan yang memperkuat seruan untuk proses demokrasi dan peringatan untuk tidak menulis ulang konstitusi.

Para Uskup menilai, meningkatnya dukungan terhadap oposisi yang menolak Dewan Konstituante dan perubahan konstitusi, mesti dilihat sebagai penolakan warga Venezuela terhadap kekuasaan. “Kami bersama rakyat dan kebanyakan warga Venezuela tidak menginginkan Dewan Konstituante,” demikian pernyataan para Uskup.

Rilis itu mengingatkan masyarakat agar tidak memulai kerusuhan atau bentuk kekerasan lain, yang membuat kestabilan negara kian buruk. Lewat Twitter, para Uskup meminta rakyat dan pemerintah Venezuela menghormati pribadi manusia, kebebasan, keadilan, dan komitmen terhadap kebaikan bersama. Para Uskup juga meminta kaum awam untuk mendoakan Venezuela. “Perawan Terberkati, Bunda Coromoto, Pelindung Surgawi Venezuela, dapat membebaskan tanah air kita dari cengkeraman komunisme dan sosialisme,” begitu bunyi pesan Konferensi Uskup Venezuela.

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here