Putra Cisantana Terpilih Sebagai Pimpinan Tertinggi OSC

8564
Mgr Laurentius Tarpin OSC.
[HIDUP/Aprianita Ganadi]
4.4/5 - (8 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Putra Cisantana, Kuningan, Jawa Barat ini terpilih sebagai Magister General OSC ke-58. Untuk pertama kalinya dalam sejarah OSC, orang Indonesia menduduki pucuk pimpinan tertinggi sedunia.

Pada Kapitel Jenderal OSC 2015 yang berlangsung di Rumah Retret Pratista, Cimahi, Jawa Barat (Jabar), Minggu-Sabtu, 7/6-4/7, ada dua agenda penting yang dibahas. Pertama, membicarakan dokumen yang akan dipakai sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Kedua, pemilihan Magister General dan Konselor Jenderal OSC untuk periode 2015-2021.

Dalam Kapitel Jenderal yang dihadiri para delegasi OSC dari Amerika Serikat, Eropa, Brazil, Kongo dan Indonesia ini, terpilihlah Mgr Laurentius Tarpin OSC sebagai Magister General OSC. Ia menggantikan Magister General OSC sebelumnya, yaitu Mgr Glen Lewandowski OSC.

Setelah terpilih, pria kelahiran, Cisantana, Cigugur, Kuningan, Jabar, 8 Maret, 1969 ini akan tinggal di Roma. Mgr Tarpin -sapaan akrabnya, akan segera berhadapan dengan berbagai pekerjaan rumah dan tanggung jawab untuk pengembangan OSC. Ia berjanji akan menjaga kesatuan ordo, memperhatikan kesejahteraan ordo, dan mengunjungi semua anggota OSC di seluruh dunia minimal satu kali dalam masa jabatan.

Terkait terpilihnya, Magister General (Jenderal) OSC yang baru ini, HIDUP mewawancarai Mgr Tarpin secara langsung di Rumah Retret Pratista, Jumat, 26/6. Berikut petikannya:

Bagaimana perasaan Mgr Tarpin saat dinyatakan terpilih sebagai Magister  General OSC?

Pertama-tama saat dinyatakan terpilih sebagai Magister General OSC muncul perasaan cemas dan takut. Tetapi juga muncul perasaan bangga karena baru kali ini, seorang anak desa dari Cisantana, Kuningan bisa terpilih menjadi pemimpin OSC sedunia.

Saya tidak pernah bermimpi untuk menduduki posisi ini. Saya tidak memiliki ambisi untuk menjadi jenderal atau pemimpin. Setelah terpilih kemarin, saya pun belum memiliki rencana apa-apa. Saya hanya berusaha untuk menerima karena kenyataannya dalam proses Kapitel tersebut, teman-teman satu ordo telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk mengemban tugas tersebut.

Sampai saat ini juga, sebenarnya saya sendiri masih belum tenang dan tidak percaya. Dalam Kapitel, sebenarnya saya sudah curiga. Waktu itu diadakan jajak pendapat calon-calong Magister General. Tepatnya pada Senin, 22/6, saat makan siang, diumumkanlah hasil jajak pendapat itu. Hasilnya, saya mendapatkan angka paling tinggi. Pada malam harinya, saya tidak bisa tidur dan terus berdoa kepada Tuhan agar diberikan jalan yang terbaik. Akhirnya saya malah terpilih.

Dalam kecemasan saya berusaha untuk menerima keputusan Kapitel dengan lapang dada. Saya percaya, tugas sebagai Magister General OSC bukan semata-mata karena keinginan manusiawi. Ini merupakan karya Roh Allah melalui para peserta Kapitel.

Setelah terpilih sebagai Magister General OSC, bagaimana reaksi teman teman OSC dari Indonesia dan dunia?

Setelah terpilih, ada banyak ucapan bertubi-tubi dari teman-teman OSC di Eropa, Kongo, dan Indonesia. Mereka memberi peneguhan kepada saya. Dengan adanya sambutan dari mereka, saya merasakan bentuk penerimaan dari seluruh ordo. Hingga akhirnya, saya merasa tenang, dan siap menjalankan tugas kepemimpinan ini.

Untuk teman-teman di Indonesia, khususnya di OSC Bandung, banyak juga yang merasa sayang dengan terpilihnya dua orang OSC dari Provinsial Indonesia yaitu saya dan Romo Rosaryanto yang juga terpilih sebagai Konselor Jenderal yang harus pindah meninggalkan Indonesia. Meski menyayangkan, teman-teman juga bangga karena pada akhirnya ada orang Indonesia terpilih sebagai pemimpin OSC sedunia.

Setelah terpilih, teman-teman dari seluruh dunia yang ikut Kapitel memberikan peneguhan dan dukungan kepada saya untuk melangkah ke depan. Sebagai Magister General OSC tentu ada kesulitan yang harus dihadapi. Tetapi pada akhirnya, saya menyadari bahwa saya tidak sendiri.

Sebagai Magister General OSC, apa tugas utama Mgr Tarpin?

Setelah dilantik, sebagai Magister General, saya harus menindaklanjuti seluruh keputusan hasil Kapitel 2015 ini. Kami dengan dewan penasihat akan membuat perencanaan untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Lalu pada Minggu pertama bulan September 2015, saya sudah harus meninggalkan Indonesia untuk tinggal di Generalat OSC di Roma.

Lalu, tugas utama saya adalah menjaga kesatuan ordo dan memperhatikan kesejahteraan spiritual ordo. Saya juga memiliki kewajiban untuk mengunjungi anggota OSC di seluruh dunia, minimal satu kali dalam masa jabatan. Saya akan mengunjungi saudara-saudara OSC di Kongo, Brazil, Eropa, Amerika Serikat, dan lain-lainnya.

Bagaimana Mgr Tarpin melihat perkembangan OSC di Indonesia maupun di dunia sampai saat ini?

Untuk seluruh dunia, jumlah paling banyak ada di wilayah Indonesia. Kita masih memiliki banyak frater, dan ini merupakan satu harapan besar bagi ordo. Di Indonesia sendiri, kami tiap tahun ada sekitar 10-15 pelamar. Dan biasanya menerima 10 calon.

Dalam 15 tahun ke depan, OSC akan bergerak dari negara-negara di utara menuju negara-negara di selatan. Di negara selatan khususnya wilayah Indonesia dan Kongo, pertambahan jumlah anggotanya cukup pesat. Diharapkan, selain di kedua negara itu, di Brazil juga akan menyusul dan bertumbuh.

Namun sebaliknya dengan negara-negara utara seperti di Eropa dan Amerika, jumlah anggota OSC di wilayah itu mulai mengalami penurunan. Di Eropa sama sekali tidak ada panggilan. Di Amerika sudah mulai ada benih-benih baru, mereka sudah menerima lagi calon-calon imam OSC. Kami berharap situasi penerimaan di Amerika itu bisa terus konsisten.

Sebagai Magister General OSC, apa tantangan utama yang harus Mgr Tarpin hadapi?

Tantangan ke depan, adalah bagaimana kami bisa menumbuhkembangkan OSC di daerah-daerah seperti di Kongo, Brazil, dan Amerika. Di daerah itu jumlah imam OSC mengalami penurunan. Untuk itu, sesuai moto yang saya ambil selama masa kepemimpinan enam tahun ke depan “Cor Unum et Anima Una” yang artinya sehati sejiwa, saya harap kami saudara OSC di manapun berada dapat menjadi satu kesatuan.

Lewat moto ini, para imam OSC dapat menekankan untuk selalu hidup bersaudara dalam komunitas. Tiap anggota ordo adalah saudara, sehingga dari sini muncul kesadaran, kepedulian, dan tanggung jawab untuk menjaga satu sama lain.

Tantangan lain adalah kolaborasi antaranggota OSC di belahan bumi utara dan selatan. Semoga moto ini, dapat menjadi penyemangat, bagi setiap anggota ordo dari bagian utara dan selatan. Karena banyak generasi muda ordo dari selatan, maka ke depan arah kepemimpinan harus bergerak dari belahan bumi utara ke selatan.

Apa tanggapan keluarga, atas terpilihnya Mgr Tarpin?

Begitu saya dinyatakan sebagai Magister General OSC saya langsung telepon ke kakak. Saat mendengar kabar ini, kakak saya langsung menangis terharu sekaligus bangga. Ia menangis karena nantinya saya harus pergi ke Roma, jauh dari keluarga.

Sejak kecil hingga menjadi imam OSC, tugas serta tempat kuliah saya tidak jauh jaraknya, masih di seputar Jawa. Saat kuliah di Roma pun juga hanya beberapa tahun. Tetapi kali ini saya harus menjalankan tugas selama enam tahun dan harus siap untuk keliling ke berbagai negara.

Jabatan Magister General OSC ini saya dedikasikan untuk keluarga yang selalu mendukung saya.

Setelah terpilih, apa prinsip dan pedoman hidup yang akan Mgr Tarpin jalani?

Saya memiliki keyakinan, bahwa Tuhanlah yang telah memulai karya baik ini, maka Tuhan pula yang membantu untuk menyelesaikannya.

Dukungan persaudaraan dari anggota ordo dan dukungan dari keluarga adalah kekuatan terbesar saya dalam menjalani tugas sebagai Magister General OSC selama enam tahun. Semoga kekuatan itu, dapat menjadi pegangan dan pedoman hidup saya ke depan.

Aprianita Ganadi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here