Teladan Dan Kebiasaan Mgr Ignatius Suharyo Yang Belum Diketahui Umum, Apa Saja?

1152
Johanes Christian Hobang.
[HIDUP/Yanuari Marwanto]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Teladan dan kebiasaan Mgr Ignatius Suharyo, yang mungkin banyak belum diketahui oleh umum, justru tersibak dari orang-orang di “balik layar” panggilan dan karyanya.

Leo Laurent Hendricus Fernandez, Sopir Pribadi

Leo menjadi sopir pribadi Mgr Ignatius Suharyo sejak 2009. Saat itu, Mgr Suharyo menjadi Uskup Agung Koadjutor Jakarta. Mengantar Uskup bukan pengalaman baru bagi Leo Laurent Hendricus Fernandez. Sebelumnya, ia pernah mengantar Kardinal Julius Darmaatmadja SJ, bila Sugiyono, sopir pribadi Kardinal berhalangan.

Menjadi karyawan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) pada 1998, Leo juga berada di balik kemudi untuk Romo M. Sunarwijaya. Ketika Romo Sunar meninggal sekitar tahun 2000, umat Paroki Katedral St Perawan Maria Diangkat ke Surga Jakarta ini membawa Vikaris Jenderal KAJ baru, Romo Yohanes Subagyo.

Kata Leo, mungkin orang menggangap dirinya naik level; dari sopir Vikjen menjadi sopir Uskup, tapi yang harus diingat, kepercayaan itu dibarengi dengan peningkatan tanggung jawab. “Cukup kaget. Saya sadar tugas Uskup lebih berat. Tapi itu adalah tugas, dan saya coba menjalankan sebaik mungkin.”

Soal tugas Mgr Suharyo, ia mengatakan, selain melayani paroki dan komunitas religius, Mgr Suharyo juga merangkap sebagai Uskup di lingkungan TNI/Polri. Bapa Uskup juga menjadi Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Mgr Suharyo juga sempat 3,5 tahun menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Bandung. “Dengan 66 paroki (di KAJ), tak cukup satu minggu satu paroki. Sepekan, bisa empat hingga lima kali, Bapa Uskup keluar.”

Meski seabrek tanggung jawab, Leo mengakui, jadwal Mgr Suharyo tersusun rapi. Bapa Uskup juga disiplin soal waktu. Mgr Suharyo, juga amat perhatian dengan karyawan. Leo mencontohkan, tiap berkunjung ke paroki, pada saat makan, Mgr Suharyo memanggil dan mengajaknya untuk ikut makan. Mungkin sepele, tapi bagi Leo, ajakan Mgr Suharyo amat berkesan. Bapa Uskup, memberi teladan bukan dengan kata-kata tapi lewat tindakan.

Ketika ada karyawan keuskupan yang terlambat pengangkatan statusnya, Mgr Suharyo akan menanyakan. “Jika dia sudah layak, mengapa tak langsung diangkat?” kata Bapa Uskup, seperti dikutip Leo.

Pengalaman pribadi Leo bersama Mgr Suharyo terjadi tahun lalu. Saat ibu kandung Leo meninggal, Mgr Suharyo langsung menghubunginya. Selain menyampaikan rasa duka, Mgr Suharyo juga menanyakan apa yang dibutuhkan. Leo spontan menjawab, “Rumah duka.”

Mgr Suharyo rupanya langsung menghubungi Rumah Duka St Carolus Jakarta. Semua proses mulai dari rumah sakit hingga rumah duka berjalan lancar. Mgr Suharyo juga melayat dan memimpin Misa tutup peti. Bapa Uskup pun meminta Romo V. Adi Prasojo untuk memberkati makam Silvia Tentua Fernandez. “Pada saat saya bingung, sedih, semuanya jadi dimudahkan melalui bantuan Mgr Suharyo.”

Chatarina Ramini, Kerumahtanggaan Keuskupan Agung Semarang (KAS)

Saat Mgr Suharyo menjadi Uskup Agung Semarang, Chatarina Ramini yang membersihkan kamar Bapa Uskup. Selain itu, Mini sapaannya, juga mengumpulkan pakaian kotor Uskup dan para imam di Wisma KAS. “Laundry-nya di Susteran OSF. Pakaian yang sudah bersih, mereka kirim kembali, lalu saya mengatur di lemari masing-masing,” bebernya.

Mini juga menata perlengkapan dan menyajikan makan untuk Bapa Uskup dan para romo. “Kalau yang beliau kersa (mau-Red) ya akan didhahar (dimakan-Red), kalau yang nggak kersa ya nggak diambil. Biasanya beliau dhahar masakan sederhana. Beliau kersa dhahar sayur terik tempe, sayur lodeh kluwih muda, oseng tempe cabai hijau,” ungkap Mini.

Di mata Mini, Mgr Suharyo adalah sosok yang sangat perhatian dan penuh kasih. “Kalau habis bepergian cukup lama, Monsinyur menanyakan kabar kami. Itu bagi saya seperti ditegur orangtua sendiri,” kisah perempuan yang melayani bagian kerumahtanggaan KAS sejak 1992 hingga kini.

Pada Natal dan Paskah, Mgr Suharyo juga mengirim SMS, mengucapkan selamat. “Kami terharu, bahagia, ada Uskup seperti itu; penuh kasih, perhatian, dan rendah hati.”

Romo F.X. Sukendar Wignyosumarta, Vikaris Jenderal KAS

Menurut Romo F.X. Sukendar Wignyosumarta, juru cukur Mgr Haryo adalah Romo Puja (Mgr Johannes Pujasumarta-Red), waktu itu sebagai Vikjen KAS. Sejak di seminari, Mgr Puja menjadi tukang cukur. Ketika di KAS, ya Romo Puja yang nyukur Mgr Haryo, kenang Romo Kendar. Mgr Suharyo dan Mgr Puja sudah berteman sejak di Seminari Mertoyudan, kemudian berlanjut ke Seminari Tinggi Kentungan, “Wis padha ngertine, nggak usah request (sudah saling memahami tidak usah diminta),” ujar Romo Kendar.

Johanes Christian Hobang, Kerumahtanggaan Wisma KAJ

Christian merasa sangat nyaman ketika berada di kamar Mgr Suharyo. Luas ruangan itu sekitar 12 meter persegi. Di samping kamar tidur, yang dibatasi tembok dan sebuah pintu, ada ruang kerja Bapa Uskup.

Kamar tidur Bapa Uskup hanya berisi tempat tidur, dua lemari berkelir coklat masing-masing berisi jubah dan pakaian, kalender, jam dinding, dan sejumlah pigura. Rupanya, yang membuat Christian betah di kamar Mgr Suharyo adalah foto-foto yang terpampang di sepanjang dinding. Foto-foto di ruangan itu, beber umat Paroki St Servatius Kampung Sawah Bekasi, adalah keluarga Mgr Suharyo. Ada foto orangtua, saudara-saudari, dan keponakan Bapa Uskup. “Mungkin itu yang membuat beliau nyaman, setelah lelah berkarya, melihat foto keluarganya, Bapa Uskup jadi bersemangat,” ujarnya menebak.

Tugas Christian bersama dua rekannya di bagian rumah tangga keuskupan adalah membersihkan kamar Bapa Uskup serta para romo kuria, mengantar dan menata pakaian serta jubah.

Karyawan rumah tangga juga menyiapkan perlengkapan Misa, seandainya Bapa Uskup dan romo kuria memimpin Misa di luar. Mereka pun menyiapkan peralatan serta menyanjikan makanan di atas meja saji. Memasak makanan dan mencuci pakaian hingga kini dipercayakan kepada karyawan di Biara Susteran Ursulin Jalan Pos, Jakarta Pusat.

Ada kalanya, terang Christian, Mgr Suharyo memasak sendiri. Misal, ketika akan berangkat pukul 05.00, sementara karyawan masuk pukul 06.00, Bapa Uskup merebus mie instant dengan ditambah telur. Mgr Suharyo suka mie rasa kaldu ayam. Makanan favorit Bapa Uskup, tambah Christian, adalah sayur brongkos, ikan kakap, dan buah durian.

Bila tak ada tugas sore, Mgr Suharyo menyempatkan untuk treadmill sambil menonton televisi, di ruangan atas Wisma Keuskupan. “Tiap hari, Bapa Uskup olahraga,” tandas Christian.

Mgr Suharyo amat memperhatikan waktu makan para karyawan keuskupan. Bapa Uskup beberapa kali menanyakan kepada Christian soal itu. Seandainya ia bilang belum makan, Mgr Suharyo memintanya untuk meletakan pekerjaan, dan makan. “Itu hal kecil tapi amat
menyentil,” aku suami Anastasi Yunita.

Tak hanya itu, seandainya membawa oleh-oleh, Bapa Uskup membagikannya kepada karyawan, termasuk dirinya. “Mas ini untuk anak-anak,” kata Christian, meniru pesan Mgr Suharyo. “Itu yang membuat saya tersentuh. Meski kecil tapi berasa,” lanjutnya.

Yanuari Marwanto
Laporan: Maria Pertiwi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here