Paus Zaman Skisma Laurentius

269
Ornamen untuk mengenang Paus Symmachus.
[araldivaticana.com]
4.3/5 - (7 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Sejak muda, ia mengabdi kepada Gereja hingga terpilih jadi Paus. Dengan lurus hati, ia berani dan gigih melawan Skisma Laurentius yang merongrong Takhta St Petrus.

Kota Abadi dilanda kemelut. Tahun 499-502, digelar beberapa kali sinode. Pucuk pimpinan Gereja Roma terpecah menjadi dua kubu. Masing-masing memiliki pemimpin yang disebut Paus. Dua Paus ini mengklaim keabsahannya sebagai Penerus Takhta St Petrus. Keduanya didukung para pengikut dan berebut harta kekayaan Gereja.

Senyatanya, Gereja telah memiliki Paus yang sah. Kala Paus Anastasius II wafat, 16 November 498, digelarlah pemilihan penggantinya. Pemilihan dihelat di Basilika St Yohanes Lateran pada 22 November 498. Mayoritas klerus Roma menjatuhkan pilihan pada seorang Diakon Roma. Para Senator Roma pun merestui pilihan itu, sehingga pada hari itu juga diadakan upacara penahbisannya sebagai Uskup Roma. Dialah Paus Symmachus, putra Fortunatus dari Sardinia, pulau di Laut Mediterania, Italia.

Namun, pemilihan Paus Symmachus mendapat perlawanan dari segelintir klerus Roma, tapi didukung mayoritas Senator Roma. Mereka meminta dukungan dari Kekaisaran Bizantium dan memilih Paus tandingan di Basilika St Maria Maggiore. Kelompok pembelot ini memilih Laurentius (†506), imam Diosesan Roma. Mereka menuduh, bahwa sebelum pemilihan di Basilika Lateran, Symmachus telah membagikan uang sogokan kepada para Uskup agar memilihnya. Alhasil, ada dua Paus yang saling mengklaim otoritasnya, yakni Paus Symmachus dan Antipaus Laurentius. Konflik ini dikenal sebagai Skisma Laurentius.

Kasus Paskah
Kubu Antipaus Laurentius sebenarnya didanai seorang Senator Roma, Rufius Postumius Festus. Senator Festus menggelontorkan uang agar Antipaus Laurentius mendukung “Henotikon”. “Henotikon” atau “formula untuk kesatuan” adalah deklarasi iman yang dipromulgasikan tahun 482 oleh Kaisar Bizantium, Zeno (425-491). Henotikon didukung Patriark Konstantinopel, Akasius (†489), untuk menyelesaikan Bidaah Monofisitisme. Mereka berinisiatif mendamaikan perseteruan Gereja dengan kaum Monofisit.

Monofisitisme mengajarkan, Yesus hanya punya satu kodrat ilahi. Padahal Gereja Katolik mengajarkan, Yesus punya dua kodrat, ilahi dan manusiawi; yang keduanya tidak saling tercampur dan tak dapat dipisahkan. Ajaran ini bersumber dari Konsili Efesus (431) dan Khalsedon (451).

Guna mencegah konflik berkepanjangan di Roma, Raja Theodorik Agung (454-526) berusaha menengahi dan memanggil kedua kubu bertemu di Ravenna. Raja Theodorik adalah cikal bakal penguasa Italia dari Dinasti Ostrogoth (493-553). Ia mengumumkan, Symmachus menjadi Paus yang sah karena dipilih terlebih dulu oleh mayoritas klerus Roma; dan Laurentius harus menerima kenyataan ini.

Pada 1 Maret 499, sinode digelar di Roma. Paus Symmachus mengangkat Antipaus Laurentius sebagai Uskup Nocera (kini Keuskupan Assisi-Nocera Umbra-Gualdo Tadino) di Perugia, Italia. Sinode ini menegaskan otoritas Paus. Selama Paus masih hidup, siapapun –terutama klerus Roma– yang berusaha menghimpun kekuatan melawan Paus, harus dimakzulkan dari jabatannya.

Namun, Antipaus Laurentius tak puas dengan keputusan sinode dan mulai membenci Raja Theodorik. Senator Festus dan Probinus secara diam-diam mengusahakan Takhta Kepausan bagi Laurentius. Kesempatan pun tiba. Tahun 501, Paus Symmachus merayakan Paskah pada 25 Maret sesuai dengan kalender liturgi Romawi. Sementara itu, Gereja Timur dan kubu Laurentius merayakan pada 22 April, sesuai perhitungan kalender liturgi mereka. Perbedaan perayaan Paskah ini dijadikan bahan bagi kubu Laurentius untuk menyerang Paus. Kasus ini dilaporkan kepada Raja Theodorik. Tuntutannya, Paus harus diadili.

Raja Theodorik memanggil Paus Symmachus. Mereka bertemu di Rimini. Paus mendengarkan dakwaan dari raja atas laporan Laurentius. Mengetahui isi dakwaan, Paus menolak dengan tegas dan menyatakan bahwa raja tak dapat mengadili Paus.

Dituduh Korupsi
Gagal dengan “Kasus Paskah”, Antipaus Laurentius melapor lagi kepada Raja Theodorik, bahwa Paus Symmachus telah menghambur-hamburkan harta Gereja demi kepentingan pribadi. Isu ini dipropagandakan, sehingga kubu Laurentius berhasil menduduki Istana Lateran dan memaksa Paus mengungsi ke tempat lain, di luar tembok Roma. Laurentius mendesak raja menggelar sinode guna menginvestigasi kasus itu; dan meminta agar raja mengirimkan utusan ke Roma untuk menjalankan roda gubernasi Gereja Roma hingga kasus selesai.

Alih-alih takut, Paus Symmachus justru setuju digelar sinode, tapi ia menolak utusan Raja Theodorik. Meski begitu, raja tetap mengutus Uskup Altinum di Italia Utara, Mgr Petrus. Kini Keuskupan Altinum sudah tak ada, tapi namanya masih dipakai sebagai gelar Uskup Tituler. Mgr Petrus ternyata bersekongkol dengan Laurentius untuk memaksakan syahwat kekuasaan merebut Takhta Roma. Mengetahui hal itu, Raja Theodorik akhirnya mencabut tugas Mgr Petrus.

Mei dan Juli 502, sinode digelar di Basilika St Maria in Trastevere, tapi tak membuahkan hasil. Lalu pada 1 September 502, sinode dilanjutkan di Basilika St Croce in Gerusalemme. Saat itu, tuduhan keji kepada Paus disajikan oleh minoritas peserta sinode dari kubu Laurentius. Paus sebenarnya akan menghadiri sinode ini. Namun, dalam perjalanan dari Basilika St Petrus ke Basilika St Croce in Gerusalemme, ia diserang antek-antek musuh. Bapa Suci diperlakukan dengan tidak hormat, tapi berhasil melarikan diri dan selamat. Beberapa imam dan pengawal pribadinya dibunuh; beberapa disiksa dan ditinggalkan dalam kondisi kritis. Mendengar tragedi ini, Raja Theodorik segera mengirim pasukan guna menjaga dan mengawal Paus. Namun, Paus menolak hadir dalam sinode, meski sudah tiga kali diundang.

Para Uskup menggelar sinode ketiga pada medio September 502. Lagi-lagi, hasilnya nihil. Akhirnya pada 23 Oktober 502, sinode keempat digelar, dikenal sebagai “Sinode Palmaris”. Sinode ini memutuskan, Paus Symmachus tak dapat diadili, tak ada yang berhak mengadili Paus, kecuali Tuhan. Paus pun bebas dari semua tuduhan. Semua hak dan wewenangnya atas penggunaan seluruh harta benda Gereja dikembalikan penuh. Siapapun yang melanggar perintahnya atau melakukan sesuatu dalam Gereja tanpa persetujuannya dianggap skisma; dan Paus berhak menghukum mereka.

Usai sinode, beberapa Uskup kembali ke keuskupan mereka. Namun, sebagian besar masih melanjutkan pertemuan dengan para klerus Roma dan Paus di Basilika St Petrus pada 6 November 502. Pertemuan ini menghasilkan peraturan baru mengenai administrasi harta benda Gereja. Aturan yang diterbitkan Prefek Basilius tahun 483 direvisi dan hasilnya langsung disahkan.

Lurus Hati
Rupanya, Raja Theodorik tak puas dengan keputusan sinode. Para penentang keputusan sinode mulai mengundang kembali Antipaus Laurentius ke Roma. Ia tinggal di Istana Lateran, sedangkan Paus di Istana Uskup Roma, dekat Basilika St Petrus. Perseteruan dua kubu ini berlanjut hingga empat tahun.

Berbagai usaha perdamaian ditempuh. Para Uskup Perancis mengutus Uskup Agung Vienne (kini Keuskupan Grenoble-Vienne), Mgr Avitus, untuk memengaruhi pengikut Laurentius supaya tunduk pada Paus. Pelan tapi pasti, dukungan pada Paus Symmachus kian bertambah. Banyak penentangnya bertobat. Kedatangan Diakon Dioscurus dari Aleksandria ke Roma juga membawa angin segar. Ia diutus Paus agar menghadap Raja Theodorik dan minta dukungan raja bagi Paus. Raja Theodorik pun membela Paus Symmachus dan memberangus Antipaus Laurentius. Ia memerintahkan Senator Festus, otak kemelut ini, untuk mengembalikan seluruh gereja dan harta bendanya kepada Paus. Melihat sikap raja, banyak pendukung Laurentius bertobat. Raja juga memerintahkan agar Laurentius pergi dari Roma dan tinggal di salah satu tanah milik Festus. Usai keputusan raja itu, pengikut Laurentius tinggal sedikit. Kelak, rekonsiliasi Skisma Laurentius ini selesai berkat kegigihan Diakon Hormisdas (†523), yang menjadi Paus pengganti Symmachus.

Keberanian dan kegigihan Paus Symmachus tertancap dalam hati umat. Paska wafat pada 19 Juli 514, ia dihormati sebagai orang kudus yang lurus hati dan berjiwa besar. Jazadnya disemayamkan di Basilika St Petrus. Gereja memperingatinya setiap 19 Juli.

R.B.E. Agung Nugroho

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here