Dakilah Gunung Selagi Muda

292
Semangat: Komunitas St Bernard sedang berpose di puncak Gunung Ciremai, Jawa Barat.
[NN/Dok.St Bernard]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Komunitas St Bernard Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu menampung anak muda mendaki gunung dan menjelajah gua. Selain kegiatan seputar altar, mereka peduli alam dan lingkungan hidup.

Pagi itu, 16 Mei 2015, kabut tebal menyelimuti puncak Gunung Gede, Jawa Barat. Sekitar sepuluh kelompok pendaki tampak beristirahat melepas lelah. Sambil istirahat, berapa orang sibuk memotret. Di antara mereka, ada satu kelompok kecil yang terdiri dari 11 orang perlahan menapaki lereng timur gunung itu.

Keluhan beberapa anggota baru dan seruan semangat dari anggota lama bercampur jadi satu dalam dingin dan kabut. Akhirnya, keluhan dan semangat itu berubah menjadi kegembiraan, ketika mereka tiba di puncak gunung. Mereka lalu menurunkan ransel dari punggung. Ada yang langsung berbaring lega, duduk. Beberapa mengamati suasana sekitar. Tak lama setelah itu, mereka duduk melingkar dan dengan khidmat mendaraskan Rosario, bersyukur mereka bisa meraih puncak gunung.

Itulah salah satu kegiatan terbaru komunitas Saint Bernard – atau sering disingkat St Bernard, kelompok pencinta alam dari Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Komunitas ini didirikan 12 April 1982 oleh beberapa orang muda Katolik (OMK). Saat itu wadah untuk OMK di gereja sangat sedikit. Kegiatannya pun hanya seputar altar, seperti kor, misdinar, atau ziarah. Kondisi ini menginspirasi beberapa anak muda untuk mendirikan komunitas pecinta alam St Bernard.

Menurut salah satu pendiri St Bernard, Felisia Dimar Trianggaraini – atau akrab dipanggil Tante Impu menuturkan, rencana pendirian komunitas ini sudah dirintis sejak 1981, bermula dari kegiatan kamping rohani OMK se-KAJ. Setelah itu, ia dan teman-temannya memutuskan membuat komunitas pecinta alam yang diberi nama St Bernard. Nama St Bernard diambil dari nama Santo Bernardus dari Montjoux yang oleh Paus Pius XI diangkat menjadi pelindung para pendaki gunung.

Dalam perjalanannya, St Bernard sempat vakum pada 1995-2010. Kemudian diaktifkan kembali pada Agustus 2010, ketika Benediktus Edi Praskowo, mantan Ketua 1986-1989 ditunjuk sebagai Ketua Seksi Kepemudaan Paroki.

Tempat Belajar
Saat ini anggota St Bernard 26 orang. Untuk menjadi anggota komunitas ini, tidaklah sulit. Asal sehat jasmani, rohani, beragama Katolik, dan pernah mendaki gunung satu kali, seseorang bisa diterima menjadi anggota. Menurut Bendahara St Bernard, Agnes Tryscella Welken, penerimaan anggota St Bernard dibuat simple. Kenapa? Keanggotaan St Bernard pernah kosong selama lima belas tahun karena tak ada yang berminat. Supaya tidak terjadi kekurangan anggota lagi, maka penenerimaan anggota dibuat lebih mudah. “Di komunitas pencinta alam lain, syaratnya harus sudah mendaki tiga sampai empat gunung. Di komunitas ini, simpatisan yang pernah sekali mendaki gunung, bisa diangkat,” ujar Agnes.

St Bernard membuka pendaftaran penerimaan anggota baru setahun sekali, biasanya bulan Mei. Farman Daeli, mantan Ketua St Bernard periode 2011- 2013, menuturkan, anggota baru, sebelum mengikuti kegiatan pendakian akan mendapat kan pelatihan dasar seperti pelatihan fisik, teknik hidup di alam bebas, dan wawasan soal lingkungan hidup. Setelah bergabung selama satu atau dua tahun, mereka akan mendapatkan pendidikan lanjutan seperti pelatihan teknik hiking(mendaki gunung) dan teknik caving (turun gua).

Anggota St Bernard juga diajari berorganisasi dan kerja sama dalam tim lewat aktivitas rutin yang diadakan setiap hari Sabtu. Menurut Farman, pada pertemuan Sabtu, para anggota biasanya membicarakan banyak hal yang menyangkut kegiatan komunitas dan persoalan pribadi anggota. “Kami bercerita banyak hal, mulai dari rencana kegiatan komunitas, kegiatan sosial, gereja, hingga persoalan pribadi,” ujarnya.

Bagi Agnes, yang masuk St Bernard pada 2011, berbagai kegiatan yang dilakukan di St Bernard sungguh bermanfaat bagi perkembangan pribadinya. Salah satu pengalaman yang menarik adalah saat pertama kali ikut mendaki gunung. Waktu itu Agnes merasakan antusiasme luar biasa dari para anggota sebelum berangkat. Saat pendakian, antusiasme mereka tiba-tiba memudar. Ada yang mengeluh, ada yang menyerah, tapi ada juga yang tetap tersenyum.

Lewat peristiwa itu, Agnes dapat mempraktikkan ilmu manajemen konflik yang dipelajarinya di kampus. “Ternyata benar yang dikatakan orang, untuk mengenal kepribadian seseorang, bawa dia ke gunung. Karakter yang tersembunyi seperti egois, acuh tak acuh, suka menolong, atau sifat asli lainnya akan muncul saat pendakian,” ujar mahasiswi yang sedang menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanegara, Jakarta ini.

Menghayati Iman
Sama dengan Agnes, Ketua St Bernard 2014-2016, De Brito Eka Putra mendapat banyak manfaat bergabung di St Bernard. Ia mengalami perubahan hidup menjadi semakin beriman dan mencintai alam. Saat pertama kali De Brito bergabung pada April 2012, ketika itu St Bernard mendaki Gunung Ciremai, Jawa Barat, ia melihat kepedulian anggota St Bernard dalam mencintai lingkungan. Ia diminta menjaga kebersihan lokasi yang di kunjungi. “Bahkan, ada kewajiban untuk mem bawa sampah-sampah di gunung ke pos-pos pembuangan. Sampah yang dikumpulkan, harus dua kali lipat dari jumlah sampah kita sendiri,” ujar De Brito. Dalam kegiatan-kegiatan berikutnya, baik itu caving  ataupun hiking, De Britto diminta untuk semakin mencintai alam dengan menjaga kebersihan lokasi yang dikunjungi.

Menurut De Brito, dengan mencintai alam, para anggota St Bernard telah meng ungkapkan rasa cinta kepada Tuhan, antara kecintaan kepada Tuhan dan alam tidak dapat dipisahkan. “Kadang banyak orang dengan tidak bertanggungjawab membuang sampah di gunung,” ujar mahasiswa Teknik Informatika Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat ini.

Untuk memelihara hidup rohani, selama kegiatan, mereka selalu mengawali dan mengakhiri dengan doa. “Khusus untuk pendakian, begitu tiba di lokasi atau puncak gunung, kami berdoa rosario bersama, beberapa kali kami juga pernah mengadakan Misa di gunung,” ujar De Brito.

Kegiatan Misa Gunung, terakhir kali diadakan St Bernard pada Agustus 2013 saat peringatan HUT RI yang ke-68. Misa itu dilakukan di Gunung Papandayan, Jawa Barat, dipimpin oleh Pastor Kepala Paroki Pasar Minggu yang waktu itu di jabat oleh Romo Aloysius Hadi Nugroho.

Komunitas St Bernard juga peduli dengan kegiatan sosial. Salah satunya, ikut membuat tempat pengungsian korban banjir Jakarta. Mereka pernah terjun ke lokasi bencana seperti membantu pengungsi erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta. Pada tahun 2012, mereka mengadakan penanaman pohon di hutan lindung di kawasan Gunung Papandayan, Jawa Barat.

Edward Wirawan

1 COMMENT

  1. Salute to Pecinta Alam Katolik St.Bernard Ps.Minggu. Menyenangkan berjalan bersama kalian. Kebersamaan dan kekeluargaan sangat terasa. Terima kasih telah memberi pelajaran berharga. Melatih diri untuk bisa mengalahkan kelemahan diri. Belajar sabar untuk mengetahui bahwa akan indah pada waktunya. Tidak mudah mengeluh dan tidak mudah menyerah. Harus terus berjalan untuk sampai di tujuan seperti menjalani hidup ini.
    Terima Kasih untuk pendakian bersama Gn.Gede 2958mdpl 3-5 Nov’17 terutama kepada Agnes Tryscella Welken…luv U

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here