Perempuan “Tertinggi” di Vatikan

637
Barbara Jatta.
4/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Barbara Jatta, perempuan pertama di Kursi Direktur Museum Vatikan. Sebuah tanda nyata keterbukaan, dukungan, dan pengabdian Gereja kepada perempuan dan ibu.

Selendang dengan corak batik mengalung di leher Barbara Jatta. Direktur Museum Vatikan itu menyimak pemaparan Antonius Agus Sriyono, Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan, soal Borobudur. Sejurus, Barbara menatap lekat stupa setinggi lima meter di sampingnya. Ia belum melihat langsung stupa-stupa di Candi Borobudur, tapi kini ia bisa melihat dari dekat candi purbakala kebanggaan Indonesia itu.

Pekan lalu, Jatta bersama Kardinal Giuseppe Bartello, dan Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata RI, I Gede Pitana, meresmikan Taman Borobudur di Museum Etnologi Vatikan. Jatta menyambut kehadiran Taman Borobudur yang ia sebut kaya nilai itu.

Melalui Taman Borobudur, lanjut Jatta, pengunjung dapat melihat sedikit dari gambaran luas nilai-nilai harmoni dan keberagaman di Indonesia. Taman ini, tidak hanya sebagai simbol persahabatan Indonesia dengan Vatikan, tapi juga sebagai simbol nilai harmoni keberagaman. Jatta adalah perempuan pertama yang duduk di kursi Direktur Museum Vatikan sepanjang sejarah berdirinya museum ini.

Wajah Perempuan
Sebelum menduduki jabatan sekarang, selama 20 tahun, Jatta sudah bekerja di Perpustakaan Vatikan. Bahkan, setelah delapan tahun berkarya, ia menjabat sebagai kepala departemen Perpustakaan Vatikan. “Saya tidak pernah merasa didiskriminasi menjadi wanita di Perpustakaan Vatikan,” kata Jatta menanggapi pertanyaan para jurnalis mengingat Vatikan sebagai institusi yang didominasi laki-laki.

Tapi posisi baru sebagai bos Museum Vatikan, sejak Desember silam, mengejutkan Gereja sejagat. Jatta merupakan lanjutan kejutan Paus Fransiskus ketika pada Juni 2016 menunjuk Paloma García Ovejero sebagai wakil direktur Kantor Berita Vatikan. Beberapa pengamat Vatikan menilai, Jatta dan Ovejero merupakan simbol keterbukaan, dorongan, dan pengabdian Vatikan terhadap perempuan dan ibu dalam posisi manajemen di Gereja.

Paus Fransiskus, mengikuti warisan dari dua pendahulunya, telah mengambil langkah-langkah untuk mengubah pengabdian Gereja terhadap perempuan dan ibu menjadi lebih tampak. Itu terwujud dimana lebih banyak perempuan diangkat ke posisi yang menonjol di Vatikan dan seluruh Gereja. “Madonna lebih penting bagi para Rasul, dan Gereja sendiri adalah perempuan, pasangan Kristus dan seorang ibu,” kata Paus kepada wartawan dalam penerbangan kembali dari Rio de Janeiro, Brasil 2013 silam.

Ibu dan perempuan selalu memiliki peran sentral dalam Gereja Katolik. Itu terpatri dalam diri Perawan Maria yang menampilkan versi utuh keibuan. “Maria adalah Bunda Gereja. Gereja tanpa wanita akan seperti para rasul tanpa Maria,” kata Paus Fransiskus.

Jatta sendiri menyadari bahwa telah terjadi pergeseran dalam masyarakat sehubungan dengan peran perempuan, dan bahwa Vatikan mencerminkan pergeseran itu. Ibu tiga orang anak ini, dalam sebuah wawancara dengan Crux mengatakan, sebagai seorang ibu, ia lebih terbiasa bersabar dan menemukan kompromi dan itu sejalan dengan fungsi kepemimpinan.

Tapi ia menambahkan, posisi di Vatikan bukanlah pertanyaan tentang pria atau wanita, tapi kerja keras. Jatta merasa beruntung, suaminya, Fabio Midulla adalah seorang dokter anak. Hal ini membuat perannya sebagai ibu yang harus bekerja, menjadi lebih sederhana. Bagi Jatta, perempuan sama seperti laki-laki, bisa mendapatkan semuanya, jika mereka mau melakukan pengorbanan yang diperlukan. “Ini soal energi dan kehendak,” katanya.

Jejak Seni
Jatta lahir dari keluarga pencinta seni dan sejarah. Neneknya adalah seorang pelukis, ibu dan saudara perempuannya bekerja di bidang restorasi seni. Perihal ini, Jatta dalam sebuah wawancara, membuat lelucon. Katanya, ia dilahirkan di antara bau pelarut cat. Usai pendidikan menengah, Jatta mengambil Sastra di Universitas Roma. Pada 1986, ia lulus dengan tesis; Sejarah Menggambar, Melukis dan Grafis.

Jatta, lantas melanjutkan studi bidang Administrasi Arsip dan Sejarah Seni, yang mengkhususkan diri dalam sejarah menggambar, ukiran dan seni grafis. Kelahiran Roma, 6 Oktober 1962 ini bahkan juga belajar di Inggris, Portugal, dan Amerika Serikat. Dengan bekal akademik yang mumpuni, pada 1994 ia mulai mengajar di Universitas Suor Orsola Benincasa di Napoli, Italia. Dua tahun berselang, ia bergabung dan memimpin bagian cetak dari Perpustakaan Vatikan. Pada tahun 2010, ia ditunjuk sebagai kurator karya seni di departemen cetak di perpustakaan itu.

Pada Juni 2016, ia menjadi wakil direktur Museum Vatikan yang dipimpin Antonio Paolucci. Hanya enam bulan sebagai wakil, ia naik ke pucuk pimpinan, mengantikan Paolucci yang pensiun. Meski rekam jejaknya megah, Jatta tetap terkejut ketika ditunjuk mengepalai museum tertua di dunia itu. Ia menyebutnya sebagai hak istimewa untuk bertanggung jawab terhadap pengumpulan dan perawatan harta karun museum yang memiliki koleksi tua bahkan sejak zaman sebelum masehi.

Setiap tahun, sekitar enam juta orang mengunjungi museum yang mencakup Kapel Sistina dan lebih dari 50 galeri. Ada sekitar 200.000 karya seni di Museum Vatikan. Tercatat, hanya sepuluh persen yang dipajang di depan umum. Museum ini menawarkan koleksi seni dan budaya dengan panjang galeri sekitar 15 kilometer. Museum Vatikan menempati sepuluh besar museum yang paling banyak dikunjungi di seluruh dunia.

Kini selama hampir setahun memimpin, ia membuat beberapa kebijakan. Misal, menambah penjaga agar jam buka museum bisa lebih lama hingga mendorong pengunjung untuk menikmati bagian museum yang kurang dikenal. Para pengunjung biasanya selalu memadati Kapel Sistina, sementara bagian lain seringkali sepi pengunjung. Ia juga menonjolkan peranan media untuk menggaungkan suara sejarah di Museum Vatikan ke seluruh dunia. Museum Vatikan merasa tertantang untuk mencoba menarik lebih banyak pengunjung. “Dalam dua bulan terakhir tahun 2017, kami dikunjungi 70.000 orang lebih banyak dari tahun lalu,” katanya.

Saat studi sejarah seni, Jatta mempelajari patung Kaisar Agustus yang terkenal. Patung itu merupakan salah satu koleksi mewah Museum Vatikan. “Beberapa karya seni terbesar di dunia ada di sini, dan saya bertanggung jawab atas karya-karya itu.”

Selain itu, ia mesti menjaga begitu banyak seni yang dipajang dan dalam kondisi bagus. Kata Jatta, ia membutuhkan sebuah tim yang terdiri dari lebih dari 150 orang untuk mengerjakan perawatan dan pemulihan. “Jika Anda melakukan pelestarian dan konservasi setiap hari dan tahun, Anda benar-benar tidak memerlukan banyak restorasi,” kata Jatta.

Di ruang kerjanya, ada sebuah foto Paus Fransiskus. Sembari menunjuk foto itu, Jatta mengatakan, itu adalah pengingat bahwa museum ini adalah bagian dari misi yang lebih besar. Jatta percaya, seni bisa bertindak sebagai duta spiritual. “Tentu saja saya orang Katolik, dan saya percaya bahwa seni membawa Anda pada iman,” kata perempuan dengan kedudukan tertinggi di Vatikan ini.

Barbara Jatta
TTL : Roma, 6 Oktober 1962
Suami : Fabio Midulla

Pekerjaan:
• Direktur Museum Vatikan
• Wakil Direktur Museum Vatikan
• Dosen Universitas Suor Orsola Benincasa di Napoli Italia
• Kepala Departemen Cetak Perpustakaan Vatikan
• Kurator Karya Seni Perpustakaan Vatikan

Publikasi:
• Vedute romane di Lievin Cruyl: paesaggio urbano sotto Alessandro VII
• La villa Palombara sull’Esquilino, in La porta magica: luoghi e memorie nel giardino di piazza Vittorio.
• E la sua opera grafica: un artista fi ammingonell’Italia del Seicento.
• Piranesi e l’Aventino
• Rome eternelle. Dessins et gravures panoramiques du XV eau XIXe siècle.

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here