Pacar Suka Menggertak

329
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Halo Bapak/Ibu pengasuh. Saya dan pasangan memiliki karakter yang keras. Bedanya, ketika kami bertengkar, calon tunangan saya ini beberapa kali menggertak saya seperti ingin menampar. Kadang, jika tak mampu mengendalikan emosinya, ia memukul tembok di samping saya. Saya kaget dan ketakutan dengan kejadian itu. Saya kuatir, dia bisa memukul saya kelak. Terus-terang, orangtua pacar saya pisah lantaran ayahnya kerap memukul ibunya. Saya takut perilaku ayahnya menurun kepada pacar saya. Saya harus bagaimana?

Larasasti Anggraeni, Surabaya

Mba Larasasti, terima kasih mau berbagi kisahmu kepada kami. Permasalahan yang kamu hadapi termasuk dalam ranah Kekerasan dalam Pacaran (KDP) atau dating violence. Kasus seperti itu sering terjadi dan berada di urutan kedua setelah kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan ini dilakukan oleh seseorang terhadap pasangannya pada masa pacaran. Kekerasan yang dilancarkan antara lain fisik, psikologis, dan ekonomi.

Tindak kekerasan fisik seperti memukul, menampar, menendang, mendorong, dan mencekram dengan keras tubuh pasangan. Sementara mengancam, memanggil pasangan dengan sebutan yang memalukan atau merendahkan termasuk kekerasan secara psikologis. Sedangkan perilaku kekerasan ekonomi misalkan meminta, memanfaatkan, atau memeloroti pasangan untuk mencukupi segala keperluan hidup.

Jumlah kasus kekerasan selama pacaran meningkat setiap tahun. Komisi Nasional Perempuan melaporkan, pada 2015 ada 1.786 kasus kekerasan dalam pacaran, sementara tahun 2016 naik menjadi 2.734 kasus. Korban paling banyak dalam kekerasan itu adalah perempuan. Hal ini disebabkan karena dalam diri perempuan biasa muncul perasaan takut, salah, malu, dan tidak memiliki dukungan sosial maupun individual untuk lepas dari kekerasan pasangannya. Kondisi itulah yang kerap membuat mereka tidak berani melapor kepada orang lain atau pihak berwajib.

Penyebab lain, perempuan biasanya berharap pasangannya kelak berubah seiring berjalannya waktu, lebih suka dikerasi daripada tidak memiliki pacar, atau memandang hal tersebut sebagai hal biasa selama pacaran.

Kekerasan tersebut akan membuat korban depresi, cemas, bingung, tidak mempercayai orang lain, dan yang paling ektrim ada kecenderungan ingin bunuh diri. Melihat gambaran kekerasan itu, Mba Larasasti bisa mengambil kesimpulan. Namun demikian, ada kemungkinan jalan keluar, asalkan kamu berani menghadapi resiko.

Pertama, memutuskan hubungan sementara waktu, dengan harapan bila nanti masih saling mencintai akan bertemu kembali. Asal harus ada komitmen pada awal hubungan “baru” kalian yakni perubahan sikap sehingga tidak lagi terjadi kekerasan. Kedua, memutuskan hubungan selamanya dengan pasangannya. Meski keputusan ini menyedihkan dan menyakitkan itu hanya sementara. Lebih berat dan menderita, jika itu terjadi atau berlanjut ketika kalian menikah dan hidup sebagai sebuah keluarga selamanya.

Demikian Mba Larasasti saran dari kami yang bisa Mba lakukan, tentu segala keputusan atau pilihan ada konsekuensinya. Pilihlah keputusan yang membuat hati Anda nyaman, dan hidup serta nyawa Anda aman. Mintalah selalu petunjuk dari-Nya.

Haryo Goeritno

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here