Ayat HIDUP hari ini (22/2/18)

810
RM. GERARDUS HADIAN PANAMOKTA, SJ
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – 📖 Ayat HIDUP hari ini (22/2/18)

📖 Ayat HIDUP hari ini (22/2/18)

“…Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya”. (Ayat 18 dari Bacaan Mat 16: 13-19 pada Pesta Tahta St. Petrus; Peringatan St. Didakus Carvalho, St. Margareta Cortona)

Tantangan kepemimpinan di dalam peran kita di mana pun adalah menjadi kuat, bukan menjadi kasar; menjadi baik, bukan lemah; menjadi berani, bukan penggertak; menjadi berpikir, tapi bukan tanpa tindakan; menjadi rendah hati, tapi bukan takut; menjadi bangga, tapi bukan sombong; mempunyai humor, tapi tanpa kebodohan.

Pimpinlah aku ya Tuhan agar tak mudah digoncang tetapi membawa kasih – perdamaian. Amin🙏

(SAKSIKANLAH Program “Oase Rohani Katolik” RABU ini bersama RM GERARDUS HADIAN PANAMOKTA, SJ di siaran TELEVISI: www.hidup.tv pk 05.00; 08.00; 11.00, 14.00 WIB, dst; Dengarkanlah Siaran RADIO: Mandarin Station 98.3 FM pk.05.30 WIB klik www.radio.kaj.or.id pk.06.00; 12.00; 18.00 WIB). Silakan share👍

RD. M. Harry Sulistyo W


Seminimal mungkin kita tidak menggunakan kata, tapi tindakan. Tuhan Yesus juga memberikan teladan, berbuat untuk orang-orang yang lemah. 

Inpirasi injil hari ini, St.Petrus yang diberikan dan dinyatakan kuasanya. Batu karang ini menjadi simbol bahwa kita perlu membangun fondasi iman, rumah tangga, hidup menggereja di atas batu karang.

Harapannya punya pondasi yang kuat, tidak goyah. meskipun ada air masuk, dengan rongga-rongga, bisa tetap tegak. Ditengah banyaknya tantangan untuk melupakan komitmen kita, yang lebih banyak “aku”nya, batu karang tidak sekadar simbol, gereja didirikan di atas batu karang. Tapi juga bagi kita sendiri, apakah sudah membangun di atas batu karang.

Dari keberagaman suku bangsa di Indonesia, bagaimana kita bisa menjadi teladan, batu karang bukan menjadi batu sandungan.

Keberagaman menjadi batu karang dalam hidup bermasyarakat kita. Tetangga, pembantu dan rekan kerja yang disebelah kita juga sudah berbeda. Kebiasaan bersilahturahmi, orang-orang yang sakit, yang menikah, kita perlu hadir untuk memberikan selamat, sukacita, dan menanggung penderitaan (jika bertemu yang sakit).

Gereja kita tidak bisa dilepaskan dari situasi yang real. Sering-seringlah main ke tetangga, ada yang gembira, ikut gembira, sedih ikut sedih. Perjumpaan menjadi pemersatu dari keberagaman kita, karena ada pihak-pihak tertentu yang ingin menyeragamkan. Kita perlu berhati-hati. Maka kita perlu membangun dengan batu karang.

Romo Gerardus yang baru ditahbiskan tujuh bulan yang lalu, saat ini berkarya di Kolese Gonzaga sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan (sebagai pamong). Ia berbagi pengalaman saat mendampingi para siswanya. Proses rekonsiliasi antara orangtua dan anak, akan menjadi dampak yang baik. 

Bacaan hari ini mengingatkan kita tentang pondasi, batu karang, sesuatu yang melandasi hidup kita sebagai pribadi. Batu karang juga mau berbagi dan menyapa, sehingga iman itu Hidup. 

Kita diajak untuk memberikan diri, kita tahu apa landasan hidup yang membuat kita yakin, maju dan melayani orang lain. Kuasa dari Tuhan sendiri adalah kuasa untuk mengabdi. Rasul Petrus mengundang kita untuk berbagi diri kepada sesama yang berbeda, usia, keyakinan, dan lain-lain. Kita ini Bhinneka, kita ini Indonesia. 

 

(ab)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here