Jalan Bersama Gembala dan Umat

432
Pastor Evensius Dewantoro, Ketua SC Sinode IV Keuskupan Denpasar.
3.9/5 - (7 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Hasil Sinode Keuskupan Denpasar bukanlah mimpi di siang bolong. Rumusan-rumusan itu menjadi kompas dalam menampilkan wajah Gereja di tengah kemajemukan bangsa.

Perjalanan menuju Sinode IV Keuskupan Denpasar pada akhirnya tiba juga. Akhir November 2016 genderang Sinode IV ditabuh Uskup Denpasar Mgr Silvester San. Satu tahun umat dan gembala berjalan bersama- sama sambil berpilin tangan secara sinergik untuk mempersiapkan Sinode IV. Pesan Bapak Uskup agar menjadikan suara umat sebagai narasumber adalah kata kunci untuk diperhatikan. Suara itu bukan sekadar bunyi yang keluar dari mulut, tapi ia mengirim indeks, pesan tertentu. Tidak seperti dalam demokrasi, kekuatan suara itu ada pada jumlah. Dalam mempersiapkan Sinode IV, kekuatan suara itu ada pada pesan umat. Biar pun kecil jumlahnya, tapi, yang penting pesannya diakomodir untuk dibawa ke tahapan-tahapan menuju Sinode IV.

Input suara umat sebagai narasumber dilakukan dengan menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD), wawancara, dan studi dokumentasi. Ketiga metode penelitian kualitatif ini dimaksudkan untuk mengevaluasi reksa pastoral Keuskupan Denpasar lima tahun hasil Sinode III yang menetapkan arah dasar “Menuju Gereja Yang Terlibat Dan Berdaya Ubah” dengan visi “Keuskupan Denpasar Sebagai Persekutuan Umat Beriman Kristen Katolik Yang Berkuali tas, Dialogis, Dan Berdaya Ubah Untuk Memancarkan Wajah Kristus Di Tengah Dunia”. Selain evaluasi, pra sinode yang dilakukan di paroki-paroki dan dekanat-dekanat bertujuan untuk mendapatkan masukan berupa ide atau gagasan umat terkait tema Sinode IV, yaitu “Menuju Gereja Yang Beriman Tangguh Mandiri, dan Berani Bersaksi Dalam Masyarakat Majemuk”.

Sejauh dilihat dari partisipasi umat, sinode kali ini bak magnet pemberitaan dan pusat pembicaraan umat di Komunitas Basis Gerejawi (KBG). Sebanyak 482 KBG di Keuskupan Denpasar melaksanakan FGD, untuk melihat sudah sejauh mana, Gereja memancarkan keagungan wajah Tuhan dalam karya pastoral dan perjumpaan dengan banyak wajah di tengah masyarakat majemuk. Melalui FGD, umat diajak melihat masa lalu, untuk memproyeksi masa depan menuju Gereja yang beriman tangguh, mandiri, dan berani bersaksi dalam masyarakat majemuk. Wajah Tuhan dahulu, sekarang, dan hari esok dapat ditemukan di setiap penjuru agama, keyakinan, dan mazhab yang beragam.

Proses dan refleksi sinodal tentang wajah Tuhan dan aktualisasinya dimulai di tingkat KBG, lalu dibawa ke tingkat pra sinode paroki, dan akhirnya tingkat pra sinode dekanat. Ada banyak masalah yang ditemukan dalam diskusi kelompok terbatas KBG, wawancara dengan para tokoh dan hasil studi dokumentasi, namun yang diusung ke tingkat pra sinode cuma lima isu pokok. Kelima isu pokok tersebut dipilih karena dialami oleh banyak orang dan menghambat serta memengaruhi dinamika kehidupan Gereja. Ditemukan pula halhal yang menggembirakan di bidang pastoral katekese, orang muda Katolik (OMK), KBG, kepemimpinan, pengembangan ekonomi umat dan keluarga. Kabar gembira ini merupakan modalitas yang memberi harapan dan kekuatan kepada umat, mengingat masih banyak perikehidupan umat yang masih harus diperbaiki.

Hal paling pokok disuarakan umat adalah isu kepemimpinan pastoral. Gaya kepe mimpinan yang memberi arah dan teladan belum optimal dilaksanakan. Gereja partisipatif memerlukan kepemimpinan yang memberi arah dari semua pemimpin Gereja. Cara-cara Yesus melaksanakan ke pemimpinan dapat menjadi model kepemimpinan Gereja lima tahun ke depan. Karena itu, Sinode IV menjadikan Yesus Gembala Yang Baik (Yoh. 10:10-11) sebagai spirit, roh yang mesti menggerakkan seluruh karya pastoral Keuskupan Denpasar, menuju Gereja yang beriman tangguh, mandiri, dan berani bersaksi dalam masyarakat majemuk. Gaya kepemimpinan yang melayani dengan murah hati, mau berkorban, mengarahkan, memberi semangat, bekerja keras, visioner, dan inovatif-kreatif hendaknya menjadi model kepemimpinan pastoral, mulai dari tingkat KBG hingga keuskupan.

Setelah melalui diskusi yang panjang dan permenungan yang mendalam, Sinode IV merumuskan arah dasar Keuskupan Denpasar 2018-2022, yaitu “Menuju Gereja Yang Beriman Tangguh, Mandiri Dan Berani Bersaksi Dalam Masyarakat Majemuk”. Di dalam arah dasar ini terkandung cita-cita dan perutusan Gereja di tengah dunia yang memang sudah berubah dan terus berlari menuju zaman baru. Keuskupan Denpasar yang dicita-citakan Sinode IV adalah persekutuan umat Katolik yang beriman tangguh, mandiri, dan berani bersaksi dalam masyarakat majemuk. Visi yang berjangkauan lima tahun ke depan ini dijabarkan dalam berbagai upaya melakukan formasi iman, peningkatan kualitas kepemimpinan, kaderisasi dan pembinaan OMK, menumbuhkembangkan Gereja yang mandiri, berbelarasa, bersaksi dan berwajah budaya lokal, mengembangkan pastoral kontekstual berbasis data, membina keluarga Katolik sebagai ecclesia domestica, mendorong umat untuk tertib ber-KBG, terlibat aktif dalam bidang politik dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang dikompasi empat pilar, yaitu Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, UUD 1945, dan Bhinneka Tungga Ika. Keindonesiaan dan kekatolikan tidak harus diposisikan dalam sebuah hubungan dikotomik, tapi satu tarikan. Pancasila menjadi titik temu dari seluruh manusia Indonesia dalam medan multikulturalisme kewargaan.

Bertolak dari visi dan misi Keuskupan Denpasar, Sinode IV telah menetapkan tema pastoral berbasis masalah dan kebutuhan umat. Tahun 2018 tema adalah kepemimpinan pastoral, tahun 2019 adalah formasi iman yang tangguh, tahun 2020 adalah Gereja yang mandiri, tahun 2021 adalah Gereja yang bersaksi, dan tahun 2022 adalah Gereja dalam perutusan kontekstual. Tema-tema pastoral inilah yang akan diisi dengan kegiatan-kegiatan pastoral yang terencana dan terukur di tingkat keuskupan, dekanat dan paroki.

Semua yang dihasilkan dalam dan melalui Sinode IV baru omongan di alam cita-cita. Visi dan misi menunjukkan apa yang hendak dilakukan dan ingin dilakukan, meskipun belum menunjukkan apakah umat Keuskupan Denpasar sanggup melakukan apa yang dikehendakinya menurut visi dan misi yang dirumuskan. Mewujudkan cita-cita Keuskupan Denpasar sebagai persekutuan umat Katolik yang beriman tangguh, mandiri, dan berani bersaksi dalam masyarakat majemuk adalah tugas kita semua.

Kita piawai untuk menentukan target yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang diukur dengan indikator tertentu. Kita juga piawai membaca masa depan dan menetapkan arah yang positif. Konsep, rencana, target tanpa tindakan sama saja dengan mimpi di siang bolong. Sedangkan tindakan tanpa konsep dan rencana yang matang serupa saja dengan mimpi buruk. Kita piawai dalam merencanakan karya pastoral lima tahun yang akan datang, namun bila tanpa kerjasama yang baik, niat untuk mencapai target yang dicanangkan bisa sulit dicapai.

Hasil Sinode IV ada di depan mata. Kata kunci yang perlu dipegang untuk melayani umat adalah memberi yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan dan umat manusia, seperti yang diteladankan Abraham, Maria, dan Rasul Paulus. Kemuliaan dan harapan itu tidak nanti, tapi sekarang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here