“Kamping” yang Mengubah

2920
Peserta Waberkat dalam sebuah pertemuan after camp.
[Dok.Waberkat]
3.7/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Kehidupan keluarga kadang menemui riak dalam meraih bahagia, Waberkat memberi sarana bagi istri untuk menjadi wanita yang berhikmat Kristiani.

Felicia Evelyn, awalnya adalah seorang wanita karier yang sukses. Lahir dan besar di Jakarta, membuat Evelyn berpikir, bahwa seorang wanita berhak mengenyam pendidikan tinggi dan memiliki karier yang baik. Namun keadaan berubah, ketika Evelyn menikah dan ikut suami tinggal di Purwokerto, Jawa Tengah.

Evelyn yang terbiasa hidup di Jakarta yang penuh keramaian shock ketika harus pindah ke kota kecil. Bukan hanya itu, Evelyn harus melepas karier yang selama ini menjadi kebanggaannya. Dia kemudian membantu suaminya mengurus keuangan usaha yang bergerak di bidang mebel.

Lain lagi cerita Yulianti Kristina. Wanita ini memiliki kepahitan dan sakit hati terhadap suaminya. Yuli menyebut, suaminya adalah pria tidak bertanggungjawab. Selama menikah 15 tahun menikah, suaminya tidak memiliki kepedulian kepada istri dan anak-anak.

Kisah ini berubah, saat keduanya ikut dalam Camp Wanita Berhikmat Katolik (Waberkat). Berkat kegiatan ini, mereka bertumbuh menjadi wanita yang lebih baik. Begitu pula dengan suami-suami mereka. Suami Yuli akhirnya menjadi lebih baik dan meminta maaf kepada istri dan anak-anaknya. Yuli kini melihat sang suami dapat menjadi panutan bagi keluarga.

Bukan Bengkel
Sebagai salah satu kegiatan di Keuskupan Purwokerto, Waberkat berjalan di bawah naungan Catholic Family Ministry (CFM). Ria Setyako, Koordinator Waberkat Keuskupan Purwokerto mengatakan, seperti Camp Pria Sejati Katolik (Priskat), Waberkat sudah banyak merubah setiap orang yang terlibat menjadi pribadi yang lebih baik. “Memang, ada juga yang seperti itu, dari pria yang tadinya sontoloyo setelah mengikuti Priskat kemudian berubah menjadi suami dan ayah yang baik, begitu juga wanitanya,” tegas Ria.

Ria mengakui, bahwa banyak wanita yang dipulihkan usai mengikuti Waberkat. Mereka yang tadinya hidup dalam permasalahan keluarga, setelah mengikuti camp itu berubah menjadi manusia baru yang penuh semangat, penuh sukacita, dan ingin melayani. Mereka yang tadinya kurang dalam hal keimanan, akhirnya dapat menghidupi iman mereka dengan lebih dalam.

Evelyn sendiri merasakan kehidupan baru. Ketikan mengikuti Waberkat yang digelar di Surabaya pada tahun 2013, Evelyn menyadari, bahwa wanita adalah hati bagi keluarga dan tiang doa keluarga. Bila wanita itu tidak baik, maka keluarganya pun juga tidak baik.

Sebelumnya, Evelyn sadar, bahwa ia tergolong “workaholic”, hidupnya dihabiskan untuk bekerja dan mengejar karier. Saking gila kerja, Evelyn bahkan tidak pernah mendoakan suami dan anak-anaknya. “Namun, di camp itu saya ditunjukkan bahwa apa yang selama ini saya anggap benar ternyata tidak benar,” katanya sambil tersenyum.

Karier yang diperoleh Evelyn selama ini, merupakan wujud pembuktiannya. Hal ini seketika berubah, setelah ikut camp. Evelyn sadar, bahwa karier bukanlah satu-satunya hal berharga. Bekerja atau tidak bekerja, berakarier atau tidak berkarier, Evelyn tetap berharga di mata Tuhan. Saat ini, walaupun Evelyn tetap menggunakan ilmunya mengurus keuangan perusahaan suami, namun Evelyn lebih bangga disebut sebagai Ibu rumah tangga.

Bila Evelyn menyadari keberhargaanya, Yulianti pun mendapatkan pembaharuan di kehidupannya. Dia mampu melepas kepahitan terhadap tingkah laku suaminya. Saat ini kehidupan Yulianti dan sang suami pun menjadi lebih baik. Tahun 2014 lalu, seiring pulihnya kehidupan rumah tangga, Yuli kembali dikaruniai seorang putra. Kini, kehidupan mereka bahagia bersama ketiga buah hati.

Bukan hanya Yuli dan Evelyn yang mendapat pemulihan, namun hal itu juga dialami oleh wanita-wanita lain. Jamak didapati, wanita yang awalnya tidak pernah tersenyum. Namun, saat wanitu itu ikut serta dalam Waberkat dan suaminya mengikuti Priskat, keduanya dapat meraih kehidupan yang lebih baik. “Setiap datang ke komsel,dia selalu tersenyum. Saya ikut senang,” kata Evelyn.

Baru Terbentuk
Adanya kerinduan para wanita Katolik untuk mendapatkan pembaharuan hidup mendorong terbentuknya Waberkat. Waberkat adalah camp khusus bagi wanita yang sudah berumah tangga. Awalnya, Waberkat bernama Wanita Bijak Katolik yang mengadaptasi Wanita Bijak Kristen. Namun seiring berjalannya waktu, Wanita Bijak Katolik berubah nama menjadi Wanita Berhikmat Katolik, dengan materi yang lebih bercitarasa Katolik.

Camp pertama Waberkat Keuskupan Purwokerto digelar 29-31 Januari lalu. Walaupun baru pertama kalinya, namun camp tersebut tanggapan yang sangat baik dari umat. “Umat yang datang bukan hanya dari Keuskupan Purwokerto saja, tetapi ada yang dari Semarang, Cirebon, bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Batam,” katanya Ria.

Diakui Ria, antusias tinggi ini karena banyak yang umat yang sudah menunggu camp bagi wanita Katolik. Selama ini, hanya pria saja yang mengadakan camp, sementara wanita belum ada. Padahal, dalam rumah tangga pria dan wanita adalah kesatuan. Bila pria sudah dipulihkan dan diperbaharui, maka wanita juga harus dipulihkan dan diperbaharui.

Saat ini, Waberkat baru ada di 13 keuskupan antara lain, Purwokerto, Semarang, dan Surabaya. Sama seperti di Keuskupan Purwokerto, Waberkat di keuskupan terbentuk belum lama. Setiap keuskupan memiliki koordinator masing-masing. Namun, umat yang ikut serta dalam Waberkat dapat berasal dari mana saja. Misalnya, umat Keuskupan Purwokerto yang tidak sempat mengikuti camp di Purwokerto, bisa ikut camp di Surabaya.

Dalam camp itu, peserta diberikan materi yang saling melengkapi dengan materi yang diberikan di camp Priskat. Pembawa materi berasal dari Surabaya. Ria mengatakan, pembawa materi adalah orang-orang yang pernah mengalami jatuh bangun kehidupan. “Kami memang mengundang pembicara yang memiliki pengalaman,” ujar Ria.

Kegiatan Waberkat tidak berhenti hanya di camp saja. Setelahnya, ada kegiatan after care dimana pria dan wanita yang sudah dipulihkan, akan semakin diteguhkan. Kegiatan after care kemudian berlanjut kegiatan komsel, yang terjadwal untuk saling berbagi pengalaman.

Walaupun mendapat antusiasme tinggi, bukan berarti tidak ada tantangan. Menurut Ria, persiapan untuk camp tidak segampang persiapan untuk retret. Karena itu diperlukan kesatuan hati antar anggota. Bahkan, mereka juga menjalani doa, puasa, dan adorasi supaya mereka bisa mempersiapkan hati untuk menggelar camp.

Namun, yang membuat Ria senang adalah alumni Priskat dan Waberkat banyak yang berkeinginan untuk aktif di gereja. Saat ini, banyak alumni Priskat yang menjadi prodiakon, sedangkan alumni Waberkat juga semakin banyak yang aktif di gereja. “Melalui camp ini, banyak sekali buah-buah baik yang bisa dipetik gereja,” pungkas Ria.

Anna Marie Happy

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here