Kemasan Soni dan Jokowi

145
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Tersebutlah anak berusia 11 tahun yang belakangan ini menjadi buah bibir berkat keterlibatan dalam sebuah sinetron. Dia menjadi terkenal bukan karena ketampanan atau kepintarannya. Ia populer karena industri hiburan menyulap sang anak menjadi ikon “kelucuan” yang dikemas dengan basis kekurangan fisik. Secara visual, penonton disuguhi mata Soni yang asimetris, ditambah dengan kesulitan berbicara. Hampir setiap hari, televisi menyuguhkan berita Soni Wak-wau. Industri hiburan memanfaatkan popularitas Soni dan berkejaran dengan waktu untuk menjadikan kekurangan fisik sebagai nilai jual untuk mendongkrak popularitas sinetron “Emak Ijah Pengen ke Mekah”.

Mengemas pesan
Bukan hanya Soni Wak-wau yang dikemas, semua hal menjadi layak dikemas demi popularitas, uang, kekuasaan, maupun untuk kemaslahatan masyarakat. Perjalanan panjang Indonesia pun dihadapkan kepada isu kemasan. Susilo Bambang Yudhoyono saat menjadi presiden pun melihat demokrasi di Indonesia dalam kemasan yang kebablasan alias surplus kebebasan dan defisit kepatuhan.

Demokrasi selama 2014 ini juga ditandai dengan keriuhan dan gebyar kemasan kampanye yang menghasilkan kemenangan tipis Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden 2014. Hal ini membawa dampak berkepanjangan dalam tubuh legislatif, yang pelan-pelan mengonstruksi pesimisme masyarakat tentang arah demokrasi di Indonesia.

Tapi, pengumuman susunan kabinet Jokowi memberi secercah optimisme. Optimisme itu bukan karena nama-nama yang muncul, tetapi ada keterlibatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transasksi Keuangan (PPATK) dalam proses konsultasi demi mendapatkan akurasi mengenai status bersih para calon menteri (Kompas, 27/10). Setidaknya kita mendapatkan jaminan bahwa rekam jejak para menteri dinilai bersih dari korupsi.

Pengumuman kabinet ini juga merupakan bagian dari strategi kemasan. Pilihan hari Minggu tentu didasari pertimbangan taktis dan strategis untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kabinet ini berorientasi kepada kerja. Hari Minggu pun menjadi hari kerja bagi kabinet ini.

Sebelum pengumuman, masyarakat juga disajikan informasi bahwa para menteri akan mengenakan pakaian berwarna putih saat hari pengumuman. Lagi-lagi, ini strategi mengemas pesan di balik simbol pakaian putih. Putih selalu dikesankan suci, bersih, bersih hati, bersih pikiran, dan bersih tindakan. Kita bisa memahami bahwa pakaian putih ini merupakan rangkaian panjang strategi politik Jokowi yang diawali dengan pakaian putih pada masa kampanye, pelibatan KPK dan PPATK, dan dilanjutkan parade menteri berpakaian putih pada hari Minggu.

Manajemen mutu
Menarik mencermati ucapan produser sinetron yang menyikapi ide operasi mata Soni dan melibatkan ahli terapi wicara untuk membantu agar lancar wicara. Tapi ia menanggapi, jika Soni operasi mata, maka akan kehilangan daya tarik. Sang produser mencoba merelatifir dengan mengatakan, kelemahan Soni merupakan kekuatan yang membuat ia diterima masyarakat.

Hal ini mencerminkan perlakuan industri terhadap Soni sebagai komoditas yang terus dimanfaatkan untuk menunjang kelanggengan industri. Meletakkan kekuatan kepada strategi kemasan semata tidak akan membawa akibat kepada kelanggengan. Dalam prinsip manajemen mutu, dibutuhkan strategi berkelanjutan yang diawali dengan perencanaan, hingga kontrol, agar mutu atau kualitas produk terjaga dan terjamin. Dalam proses kreatif, dibutuhkan kekuatan melakukan upaya terus-menerus untuk menjaga kelanggengan dan keluaran yang optimal.

Proses berkelanjutan diharapkan terjadi dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK. Komunikasi pada tahap awal dengan strategi kemasan tentu baik, namun penting menjaga komunikasi publik dengan tetap menekankan kepada pengertian kerja yang jelas, membumi, dapat dipercaya, transparan, dan kredibel. Penting bagi kita, umat Katolik, selain mengritik juga terlibat secara aktif menjalankan kebijakan, serta mengusulkan kebijakan melalui saluran-saluran perubahan sosial yang juga menjadi basis kekuatan Kabinet Kerja Jokowi-JK..

Puspitasari

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here