Pembinaan Lanjut Seminaris dan Imam

498
Paus Fransis dalam audiensi dengan imam dan seminaris di Aula Paus Paulus VI, Vatikan, 16/3.
[cruxnow.com]
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Paus menekankan para seminaris dan imam untuk rutin berdoa dan discernment.

Seorang diakon asal Amerika yang sedang belajar teologi di Roma bertanya kepada Paus Fransiskus. “Apa yang menjadi corak utama spiritualitas imam-imam diosesan dan bagaimana spiritualitas itu dihayati dalam karya pastoral?” tanyanya saat audiensi khusus antara Paus bersama seminaris, biarawan, dan imam di Aula Paus Paulus VI, Vatikan, Jumat, 16/3.

Mendengar pertanyaan itu, Paus menggarisbawahi ungkapan “dioceseness” atau “cita rasa ke-keuskupan-an” di mana seorang imam diosesan perlu memelihara baik relasi dengan Uskup –pun bila sang Uskup terkadang pribadi yang sulit–, menjaga hubungan baik dengan sesama imam dan umat. “Bila tiga pilar ini dipertahankan dengan baik, maka seorang imam diosesan bisa menjadi santo,” ungkap Paus.

Suasana semakin hangat ketika seorang imam asal Filipina yang mewakili 13 benua Asia-Pasifik bertanya kepada Paus tentang pembinaan berkelanjutan atau tetap bagi imam. Menjawab pertanyaan imam asal Filipina itu, Paus menekankan bahwa sang imam sendiri harus membina dirinya dalam bidang kematangan manusiawinya, perkembangan rohani, serta komunitas.

Paus juga menganjurkan agar para imam senantiasa bertanya kepada diri sendiri soal penggunaan telepon genggam serta menghadapi cobaan yang mengancam kemurnian. Paus meminta mereka berhati-hati terhadap kesombongan pribadi, daya tarik uang, dan kenikmatan belaka.

Di hadapan para undangan, Paus amat menekankan praktik doa dan discernment. Efektifitas olah rohani itu, lanjut Paus, dimungkinkan jika imam dan seminaris mendapatkan bimbingan rohani terus-menerus. Tanpa discernment hidup seorang imam dan seminaris akan menjadi kaku dan tak berkembang.

Discernment yang efektif dilakukan di hadapan Allah dalam doa dan dihadapan seorang imam. Seminaris harus mendapatkan bimbingan rohani terus menerus, Paus menambahkan, tanpa discernment hidup seorang imam dan seminaris akan menjadi kaku dan legalistik bahkan tak berkembang. “Karena itulah Roh Kudus harus menjadi teman seperjalanan sejati seorang-seminaris dan imam,” ujar Paus.

Paus menekankan pembinaan manusiawi secara integral bagi calon imam dan para imam. Terhadap pertanyaan tentang pembinaan yang seimbang dan sehat yang diajukan seorang imam yang mewakili Amerika Latin, Paus menggarisbawahi pentingnya pembinaan manusia. “Seorang imam itu harus pertama-tama menjadi seorang pribadi manusia yang normal, mampu menikmati kebersamaan dengan yang lain, bisa tertawa, mampu mendengar dan menghibur orang sakit dan susah dengan penuh peduli.”

Seorang imam, lanjut Paus, harus menjadi juga seorang bapa yang baik dan bukan sekadar karyawan layanan-layanan sakramental. Imam adalah karyawan Allah maka menurut Paus, doa menjadi amat penting yang dibarengi dengan praktik discernment of the spirit.

Pada penghujung audiensi, 40 seminaris Pontificio Collegio Urbana mengiringi Paus keluar aula dengan alunan lagu Ambon “Rasa sayange, rasa sayange, Tuhan Yesus cinta kamu, rasa sayang-sayange….” dibawah arahan Pius Novrin, seminaris asal Keuskupan Agung Jakarta. Audiensi ini diisi juga suguhan lagu-lagu dari beberapa kolese yang berada di Roma. Di bagian penutup audensi Paus memimpin Doa Angelus dan memberkati semua yang hadir.

Pastor John Mitakda MSC, Roma

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here