Simbol Keragaman di Omah Petroek

908
Gema Senandung Pujian dari Paroki St Yusuf Pekerja Gondangwinangun, Klaten memeriahkan Misa Syukur Peresmian taman doa. [HIDUP/H. Bambang S]
3.7/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Paroki Santa Maria Assumpta Pakem

Di Omah Petroek setiap orang dapat menimba spirit keragaman, terbuka bagi semua orang dari semua latar belakang agama.

ORANG mengenal tempat ini sebagai Omah Petroek. Di dalamnya, terdapat taman yang dipenuhi pepohonan rindang. Masuk ke taman ini, hawa sejuk seketika akan terasa menyentuh setiap inchi kulit. Masih di taman itu, berdiri sebuah kapel sederhana yang terbuka bagi siapa saja yang ingin berdoa.

Namun, kapel bukanlah satu-satunya tempat ibadah di kompleks taman yang terletak tepat di pinggir Kali Boyong ini. Di sini ada juga pura, klenteng, dan juga langgar. Semua ini menjadi simbol kerukunan antarumat beragama.

Terletak di Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Omah Petroek berada dalam wilayah pastoral Paroki Santa Maria Assumpta Pakem. Seminggu lalu, Pastor Gabriel Possenti Sindhunata SJ memimpin Perayaan Ekaristi peresmian Taman Doa Gua Seloning yang juga berada di kompleks Omah Petroek ini, Jumat, 11/5.

Lantunan lagu-lagu Taize mengiringi Misa peresmian ini. Pastor Sindhunata menceritakan, sebelumnya taman doa telah diberkati oleh Kardinal Julius Darmaatmaja SJ bersama Uskup Sunarka SJ. Hadirnya Omah Petroek dapat menjadi oase bagi semua orang untuk menimba spiritualitas keberagaman.

Kardinal Julius Darmaatmaja SJ (ketiga dari kanan) usai memberkati Gua Seloning di Omah Petroek.
[Dok.Pribadi]
Pastor Sindhunata ini mengaku, sebelumnya ia tak berniat membangun kapel, yang dinamai Kapel St Petroc. Kapel justru dibangun paling akhir sebagai rangkaian simbol-simbol rumah ibadah di Omah Petroek.

Kapel ini mengambil nama  dari St Petroc, yaitu orang kudus yang hidup di Wales sekitar abad ke-VI. “Ini bukan pelecehan dan main-main karena St Petroc memang ada,” terang Pastor Sindhunata.

Lokasi Taman Doa Seloning semula hanya tempat pembuangan sampah dan lokasi penyimpanan bekas material bangunan. Kini, lokasi yang curam telah disulap menjadi indah. Di sana dipajang bermacam patung penuh lambang, seperti Salib Kristus Raja yang ditancapkan di batu besar.

“Sejak lama, batu itu sudah ada di situ. Pada batu penjuru inilah kita boleh selalu berpaling, karena kita akan dikuatkan, dihibur, diselamatkan, lebih-lebih bila sedang susah, menderita, putus asa, dan mengalami kepedihan,” ujar Pastor Sindhunata.

Ada juga dipajang patung Santo Yosef yang terbuat dari bahan resink. Patung ini dibuat oleh Romy, seorang seniman Katolik yang tinggal di Yogyakarta. Selain itu ada pula patung Yesus yang membujur tidur dalam gua dari batu.

Patung Yesus ini dibuat untuk menggambarkan Yesus yang berada dalam makam, setelah wafat, dan diturunkan dari Salib. Di sana tampak Yesus begitu damai dan tentram. Yesus tidak kelihatan sebagai Yesus yang mati, tapi sebagai “Yesus yang sedang tidur”.

Pastor Sindhunata mengatakan, di hadapan Yesus yang tertidur dalam damai itu, setiap orang boleh mengutarakan semua kegelisahan, kegetiran, kepahitan, dan beban dunia. Di depan patung Yesus itu, ada pula sebuah pancuran air buluh bambu yang gemericik airnya memberi rasa tenang.

Beragam simbol dapat ditemukan di taman doa. Di sini ada juga patung sapi, ada lesung sebagai tabernakel. Pelajar dari pelbagai sekolah kerap menggunakan tempat ini untuk retret, outbound, dan gathering.

H. Bambang S (Yogyakarta)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here