Umat Katolik di Nabire

1738
Gereja Kristus Sahabat Kita (KSK), Nabire, Papua. [Dok.Pastor Agus Setiyono, SJ]
3.5/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Gereja tempat saya berkarya bernama Kristus Sahabat Kita (KSK), Paroki Nabire, Papua. Tahun 1961 tercatat mulai ada pembaptisan yang pertama. Gereja Katolik di Nabire pada zaman now telah memiliki tiga Paroki dimana KSK merupakan induk dari Paroki lainnya. Gereja Katolik lainnya yaitu Gereja Kristus Raja di bagian Timur dan Gereja St Yosep di bagian Barat. Jumlah umat di Nabire berkisar 5000 orang. Saat ini Paroki sudah memiliki catatan jumlah jiwa namun belum memiliki data dengan catatan secara detil tentang data kekatolikannya; misalnya berapa orang yang sudah Komuni Pertama, Penguatan, atau Pernikahan Katolik. Data yang ada dalam buku induk sedang dikumpulkan dengan pengecekan melalui pengisian ulang oleh umat, dibantu ketua kring (lingkungan) setempat. Bangunan gereja KSK dengan ukuran 38 x 50 meter berdiri di atas lahan sekitar 3 hektar. Bangunan gereja disini nampak sangat megah dibanding bangunan lainnya karena besar dan tingginya bangunan ini dengan disangga oleh pilar-pilar yang kokoh untuk menahan gempa yang sering terjadi.

Interior Gereja Kristus Sahabat Kita (KSK), Nabire, Papua.
[Dok.Pastor Agus Setiyono, SJ]
Namun sayangnya lingkungan di sekitar gereja belum tertata dengan baik dan rapi seperti gereja yang ada di kota di pulau Jawa. Maklum saja, selama hampir belasan tahun pastor paroki mengusahakan pembangunan itu, mengingat biaya yang sangat besar (sekitar 23 milyar) tidak dapat dilakukan sendiri dan perlu dikumpulkan dari tahun ke tahun, demi pembiayaan pembangunan fisiknya. Keberadaan gereja Katolik disini dibarengi pula dengan keberadaan Sekolah Katolik yaitu TK sampai dengan SMA. Sekolah sekolah Katolik milik Keuskupan ini dikelola dengan baik dan cukup diminati oleh masyarakat, terbukti banyaknya murid yang belajar di sekolah tersebut. Ada pula Poliklinik yang terletak di halaman gereja, namun masih belum memiliki pelayanan yang tetap. Selain itu, banyak pula karya milik Gereja Kristen baik itu rumah peribadatan maupun sekolah-sekolahnya. Keberadaan Gereja Kristen nampak lebih banyak, hanya saja masing-masing berdiri sendiri-sendiri dalam pengelolaannya. Sedangkan jumlah umat Muslim mulai merambah terus dengan hadirnya Gedung Masjid yang besar-besar. Dimana baru saja pada awal bulan Mei diadakan MTQ tingkat Papua. Adapun umat agama lainnya cenderung sangat kecil jumlahnya, sehingga hampir sangat jarang terlihat keberadaanya. Dalam tulisan ini saya belum akan melanjutkan cerita soal keimanan umat, kecuali tantangan pastoral sosial ekonominya, masyarakat umum di Nabire yang berbeda jauh dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Selama hidup hingga 49 tahun ini, saya pernah berkeliling pulau di Indonesia namun masyarakat Papua memang boleh dibilang kondisinya perlu mendapatkan perhatian.

Tantangan yang muncul dalam pelayanan umat di Kabupaten Nabire, Papua yaitu pada sisi kualitas hidup mereka. Misalnya: masyarakat di Jakarta jika tampil di depan umum akan berpenampilan good looking, enak dilihat, dan bahkan trendi karena sudah terbiasa dengan budaya hidup bersih, sehat dan bermartabat.

Di Nabire, masih banyak sekali masyarakat yang dapat jumpai di jalan tanpa sepatu dan cenderung tampil seadanya. Sementara kehidupan high class lainnya menjadi bahan tontonan setiap hari melalui media radio dan televisi, namun apalah daya bahwa kondisi sosial ekonomi disini memang masih sangat minim.

Disini sangat umum ditemukan dipinggir jalan-jalan utama, warung yang berjualan buah pinang beserta kelengkapannya untuk konsumsi nginang (sirih dan kapur yang dikunyah-kunyah di mulut), yang dulu dilakukan oleh kakek nenek kita khususnya di Jawa Tengah. Setelah dikunyah-kunyah, air liur yang berwarna merah akan diludahkan di sembarang tempat. Maka banyak orang ini mulutnya komat-kamit dan kelihatan gusinya berwarna merah merona, meskipun itu anak-anak, orang muda maupun orang tua. Dalam hal ini saya tidak menilai bahwa nginang itu buruk, namun saya ingin menceritakan bahwa begitu tradisionalnya masyarakat disini sehingga di tengah kehidupan modern sekarang ini, gaya hidup masyarakat Papua kelihatan masih jauh tertinggal dibandingkan daerah lainnya di Indonesia, apalagi dibandingkan luar negeri, negara-negara yang maju. Oleh karena itu jika anda, Bapak dan Ibu, membaca tulisan ini, ikutlah dalam solidaritas kami dalam pelayanan di Papua dengan berbagi, entah itu pakaian pantas pakai atau buku atau lainnya, demi membantu mereka yang berkekurangan. Saya di Nabire sudah hampir sebulan ini dan merasa sudah kerasan karena kecintaan akan pelayanan kepada umat mengalahkan minimnya fasilitas yang ada. Saat ini, kami masih bertiga, namun sebentar lagi Imam, Pastor Yusuf Suharyoso, SJ yang saya gantikan, akan segera kembali ke tanah Jawa di awal bulan Juli, sedangkan Frater Diakon Anggun, SJ juga akan ke Yogyakarta untuk tahbisan tanggal 25 Juli yang akan datang. Setelah itu barangkali saya akan terbiasa dengan kesendirian di rumah pastoran, ditemani buku-buku yang saya bawa. Tentu saja komunikasi dengan umat Katolik di Jawa, khususnya teman-teman di St Anna, Paroki Duren Sawit masih menemani pelayananku di Nabire. Kejutan bagiku karena ada surat via Pos Indonesia yang datang dari St Yoakim dan menjadikan hiburan rohani dalam pelayanan. Banyak juga pesan WA ataupun SMS dari Santa Anna yang masuk. Namun mohon dimaklumi bila tidak dapat membalasnya segera karena jalur disini masih 3G, meski handphone yang kita miliki sudah berteknologi 4G. Puji Tuhan, beberapa lokasi di Nabire sudah ada jalur internet yang cepat, namun belum semuanya. Semoga surat ini dapat menjadi media yang menjembatani kita dan khususnya memberi informasi tentang sisi umat Katolik di daerah lain yang masih bergelut dengan tantangan yang dialaminya. Bukankah Gereja berarti komunitas umat Allah? Maka, hendaklah kita turut mengambil bagian dalam pelayanan mereka, apalagi sebagai pengikut Kristus, anak-anak Allah yang dikasihi-Nya. Salam hangat di masa Pentakosta, dari Nabire.

Pastor Agus Setiyono, SJ
Email: [email protected]

2 COMMENTS

  1. Semoga Allah senantiasa memberikan Rahmat yg berkelimpahan buat Romo Agus Setiyono SJ,
    Jika ingin ikut berpartisipasi dlm menyumbang pakaian2 layak pakai,kemana kami hrs mengirimkannya Romo?

  2. Kepada Ytk.Ibu Theresia Diana, terimakasih untuk tanggapan yang diberikan. Karena keterbatasan jaringan komunikasi disana dan konfirmasi yang diberikan oleh Romo Agus, sila berkomunikasi via email yang tercantum, Salam

Leave a Reply to Anton Biland Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here