Menapaki Anak Tangga Bernama Pendidikan

1396
Prof. Dr. Drs. Sihol Situngkir.
4.5/5 - (11 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Kata bijak pada selembar karton yang terpampang di dinding sekolah mencuri perhatian dan pelecut semangat belajarnya.

Suasana sejuk dan menyegarkan terpancar dari hamparan biru air Danau Toba di tepi pantai Desa Situngkir, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Pemandangan pebukitan nan hijau kian menambah pesonanya. Di sana, Sihol Situngkir muda menyaksikan wisatawan mancanegara yang kian bertambah. Ia menyadari planet yang luas ini mulai mengkerut. Seperti ada kewajiban baginya untuk menguasai Bahasa Inggris. Ia juga melihat anak-anak muda yang keluar dari tanah kelahirannya memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang baik. “Saya juga harus mahir berbahasa Inggris,” gumamnya kala itu.

Sejak pertama kali mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar, Sihol – demikian ia disapa – selalu menjadi juara kelas. Orang tuanya begitu bangga padanya. Sayang, mereka tidak sempat menyaksikan putera tertua itu meraih prestasi-prestasi yang lebih gemilang kelak. Saat ia baru duduk di bangku kelas I SMP, sang ibu tutup usia. Dua tahun berselang, ayahnya juga meninggalkan ia dan enam saudaranya, menyusul Sang Khalik. Kepergian kedua orang tua menjadi beban sekaligus pemicu baginya untuk semakin bersemangat belajar.

Setelah lulus SMP, pria kelahiran 5 Februari 1959 ini melanjutkan pendidikannya di SMEA Tebing Tinggi. Saat awal masa orientasi, Sihol melihat pajangan di salah satu dinding sekolah bertuliskan, “Only education can open the mind and the heart of people to achieve happiness.” Kalimat itu mencuri perhatiannya. “Langsung saya catat pepatah itu dan sampai hari ini saya jadikan moto hidup saya,” ujarnya. Masanya di SMEA, ia isi dengan mengikuti kursus Bahasa Inggris selama dua setengah tahun. Sekolah dan kursusnya dibiayai oleh kakak-kakak perempuannya dengan menambah sedikit hasil pertanian peninggalan orang tua.

Sihol pindah ke Jambi tahun 1978. Ia terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Jambi. Di sanalah kesempatan menapak pendidikan yang lebih baik mulai menyapanya. Lepas semester pertama, Sihol menerima beasiswa Supersemar yang tergolong prestise kala itu. Sebagai penerapan ilmu manajemen yang ia pelajari, Sihol
mendirikan Koperasi Mahasiswa Universitas Jambi. Ia juga menjadi Ketua Keluarga Mahasiswa Penerima Beasiswa Supersemar, pengurus Senat FE, Badan Pengurus Mahasiswa, dan Resimen Mahasiswa. Di luar kampus, Sihol tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Jambi dan dipercaya menjadi ketua. Prestasi akademis dan organisasinya mengantarkan ia ke Istana Negara. Sihol diundang sebagai mahasiswa teladan untuk menghadiri perayaan HUT Kemerdekaan RI tahun 1981. “Pada masa kuliah ini, saya mulai menikmati rewards atas ketekunan belajar selama ini,” kenangnya.

Di tengah padatnya kegiatan sebagai aktivis kampus, minat Sihol pada Bahasa Inggris tidak serta-merta terlupakan begitu saja. Ia membuka kursus Bahasa Inggris yang kemudian berkembang dan diberi nama Practice English Course. Selain itu, ia juga dipekerjakan di perpustakaan kampus untuk menata katalog perpustakaan khususnya buku-buku asing.

Setelah wisuda sarjana, rektor meminta agar Sihol dipromosikan menjadi dosen. Ia pun berkesempatan menerima beasiswa Australian International Development Assistance Bureau (AIDAB) dari Pemerintah Australia untuk mengejar gelar MBA di Master of Business by Research, University of South Australia, Adelaide.

Selama studi di Australia, Sihol dipercaya menjadi Vice President of Indonesia Student Association of South Australia. Ia juga terus mendalami Bahasa Inggris, khususnya Computerize English Grammar. “Pulang dari Australia, saya mau fokus menjadi dosen dan ingin membuka kembali kursus Bahasa Inggris saya,” kisahnya. Kursusnya dimodernisasi dan berganti nama menjadi Modern Practice English Course Center – kini LIA Jambi. Pembaharuan itu membuatnya diperbantukan mengajar Bahasa Inggris di perbankan, baik BUMN maupun swasta. Jaringannya dalam bidang perekonomian pun meluas.

Tahun 2002, Sihol kembali menerima Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) dari Pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan pendidikan Doktor Ilmu Ekonomi BKU: Manajemen SDM (S3) dari Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung. Ia lulus Doktor dengan predikat cum laude.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jambi kala itu, Zulkifli Nurdin, menarik Sihol untuk duduk di salah satu kepengurusan Kadin Jambi. Sihol kemudian menjadi think tank Zulkifli untuk maju sebagai calon gubernur Provinsi Jambi. “Saya membantu mempersiapkan visi-misi, menjadi konseptor pidato sejak masa kampanye hingga saat ia menjabat sebagai gubernur.”

Kedekatan Sihol dengan orang nomor satu provinsi ini menjadi jembatan baginya untuk melibatkan pemerintah dalam kegiatan Natal Oikumene Provinsi Jambi. “Jambi juga pernah menjadi tuan rumah musyawarah Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) se-Sumatera. Gubernur Jambi hadir waktu itu,” kata Ketua FMKI Jambi ini.

Tahun 2010, Sihol menerima tawaran untuk maju dalam Pilkada Samosir sebagai sebagai calon wakil bupati (cawabup). Namun, sejumlah pihak tidak mendukung mengingat potensinya jika hanya menjadi cawabup. Ia justru menerima tantangan dari Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi untuk memberi sumbangan pikiran tentang bagaimana mengamankan aset negara di bawah Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), yakni Gelora Bung Karno, Kemayoran, dan Taman Mini Indonesia Indah.

Sihol melihat salah satu pokok persoalan adalah regulasi pengelolaan dan pengamanan aset negara belum efektif dan masih parsial. “Yang terindikasi selama ini antara lain: kurangnya political will pemerintah dalam membuat aturan pengelolaan dan pengamanan aset negara, lemahnya klausul-klausul perjanjian, dan masih ada ego sektoral dalam mengelola dan mengamankan aset negara,” katanya menjelaskan.

Selain melalui pembuatan regulasi secara terpadu, Sihol juga menawarkan pembuatan grand strategy, pembentukan lembaga atau badan khusus pengelola, perancangan desain sistem teknologi informasi terpadu, dan pembuatan sertifikasi keabsahan aset negara guna meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam rangka pembangunan nasional. “Saya siapkan tujuh strategi dalam analisis ini dan saya presentasikan di hadapan Kemensetneg.”

Inilah embrio di mana ia ditarik ke Kemensetneg. Sesaat setelah presentasinya, Sihol ditantang menjadi Direktur Utama di Pusat Pengelolaan Kawasan (PPK) Kemayoran. Namun, ia menolak karena lebih memilih menjadi pengawas agar bisa leluasa pulang pergi Jakarta-Jambi merampungkan pengajuan status guru besarnya.

Beberapa rekannya menganggap aneh karena ia menolak jabatan tersebut. ”Saya lebih terobsesi dengan pencapaian di bidang akademik saya. Apalagi semua persyaratan gelar profesor saya sudah terpenuhi,” katanya.

Tiga bulan setelah resmi menyandang gelar Profesor, Mensesneg meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengizinkan Sihol diperbantukan di Kemensetneg sebagai Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat pada jabatan Eselon I.

Ia lalu dipersiapkan mengikuti Pendidikan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatpim) Nasional, Lembaga Admnistrasi Negara (LAN) Jakarta. Dalam Diklatpim ini, ia menerima penghargaan Terbaik Pertama. Ia kemudian mengikuti pendidikan di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas).

Bagi Sihol, menjadi staf ahli begitu mengesankan. “Memo saya mengenai peningkatan perbaikan keadaan ekonomi dan kesejahteraan rakyat masuk setiap minggu kepada presiden melalui Mensesneg dalam Sidang Kabinet Terbatas. Ketika analisis itu menjadi kebijakan, ada kepuasan tersendiri bagi saya,” tutur Man of the Year 2009 dari International Human Resource Development Program ini. Sihol juga kerap diminta mempersiapkan pidato presiden baik bersama para staf ahli di Kemensetneg maupun individu.

Rezim lalu berganti. Banyak Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Staf Ahli Sudi Silalahi ‘pulang’. Tetapi Sihol masih bertahan. Ia diminta menjadi anggota Dewan Pengawas (Dewas) di PPK GBK hingga 2019. Namun, demi pengabdiannya kepada dunia pendidikan, Sihol meminta izin kepada menteri agar ia tetap diperbolehkan mengajar. Menurutnya tugas sebagai Dewas berat, terutama karena PPK GBK adalah tempat utama penyelenggaraan Asian Games 2018. “Pembangunan infrastruktur yang begitu besar di sini memerlukan perhatian serius. Saya bersyukur kepada Tuhan karena masih dipercaya,” ujarnya.

Selama meniti karier, Sihol merasakan godaan-godaan. Namun, ia mengaku selalu tenang dan tidak mau melanggar prinsip yang ia pegang teguh, norma agama, dan sumpah jabatan sebagai aparatur sipil negara. Ia mengatakan, istrinya, Oloria Paskaria Simarmata, sangat mendukungnya. “Dia wanita sederhana yang sangat taat berdoa dan berdevosi kepada Bunda Maria. Ia memonitor dan mengingatkan saya untuk selalu on the track dalam mengemban kepercayaan.”

Hermina Wulohering

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here