Tugas yang Mengandaikan Iman

328
Pastor Paulinus mencium cincin Paus Yohanes Paulus II.
[NN/Dok.Pribadi]
2.5/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Siap sedia ditugaskan di mana saja menjadi bagian tak terpisahkan dari seorang imam. Termasuk saat ditunjuk menjadi uskup, ia harus siap.

Suatu hari, awal Februari 2018, ada pesan tak lazim masuk ke handphone Pastor Paulinus Yan Olla MSF. Keanehan itu terlihat baik dari isi maupun pengirimnya. Pesan itu berasal dari Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Piero Pioppo. Nunsius meminta Pastor Paulinus untuk segera datang ke Kedutaan Vatikan di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat.

Isi pesan Mgr Pioppo cukup singkat. Kalau pun ada yang perlu diperhatikan, adalah permohonan agar kunjungan ini dirahasiakan. Selain itu, Nunsius juga meminta agar Pastor Paulinus tidak lama menunda kedatangannya ke Jakarta. “Silahkan datang saja tapi jangan memberitahu orang bahwa akan datang ke sini,” begitu isi pesan Mgr Pioppo.

Pastor Paulinus berpikir, Nunsius memerlukannya segera sehingga secepatnya ia merencanakan untuk dapat ke Jakarta. Tanggal 13 Februari 2018 lalu dipilih Pastor Paulinus untuk pergi ke Jakarta. Hari itu, Jakarta diselimuti mendung, pesawat yang ditumpanginya sempat berputar-putar sebelum akhirnya berhasil mendarat. Karena alasan itu, ia pun terlambat sampai di Kedutaan Vatikan.

Datang Terlambat
Memasuki pintu gerbang Kedutaan Vatikan, langkah kaki yang diayunkan Pastor Paulinus masih setenang biasanya. Sekejap menunggu, Mgr Pioppo keluar dan menemuinya. Karena waktu makan siang, maka Pastor Paulinus diundang bersantap bersama Nunsius dan Sekretaris Kedutaan.

Setelah makan, Mgr Pioppo mengajak Pastor Paulinus ke ruang kerja Nunsius. Tak banyak kata pengantar yang diungkapkan sang duta besar. Nunsius langsung memberitahu maksud utama undangannya. “Saya ada perlu untuk bicara, Paus Fransis kus sudah menunjuk Anda menjadi Uskup Tanjung Selor,” begitu kata Mgr Pioppo.

Mgr Pioppo lalu menceritakan pengalamannya saat menyampaikan pengumuman yang sama saat ia menjadi Duta Besar Vatikan di Kamerun. Ia mengatakan, sudah ada beberapa imam yang ditemui, tak seorang pun yang menolak permintaan Paus untuk menjadi uskup. Meski begitu, tidak ada kesan paksaan sedikit pun dari perkataan Mgr Pioppo. Perkataan Nunsius selanjutnya bahkan memberi kebebasan kepada Pastor Paulinus untuk menjawab. “Ya kita juga misionaris, jawaban terserah kamu saja, tapi tidak usah di sini kita ke kapel.”

Keduanya pun masuk ke kapel di Kedutaan Vatikan melalui sakristi. Tidak ada pikiran apa-apa dalam diri Pastor Paulinus. Ia hanya bingung mende ngar pesan dari Bapa Suci yang baru saja didengar. Namun, ia berusaha tenang. Ia lalu duduk di salah satu kursi dan berusaha untuk berdoa.

Udara sejuk di kapel Kedutaan Vatikan hari itu mungkin tidak akan pernah terlupakan selama hidup Pastor Paulinus. Begitu juga saat ia berdoa dihadapan Kristus yang tersalip. Mungkin itu juga yang membuatnya segera beranjak. Saat ia akan keluar dari kapel, Mgr Pioppo menahannya. “Tidak usah (keluar-red) di sini saja.”

Pastor Paulinus pun patuh, ia lalu duduk kembali. Mgr Pioppo lalu mengambil tempat lebih dekat sehingga keduanya dapat berbicara berhadap-hadapan. Saat itu, Pastor Paulinus mengatakan, tugasnya di Malang banyak berkaitan dengan formasi para imam baik MSF maupun di STFT Widya Sasana. Ia mengungkapkan bahwa tugas-tugas itu masih memerlukan kehadirannya.

Meski begitu, di dalam doa Pastor Paulinus menyadari bahwa ini merupakan kehendak Tuhan. Jangan-jangan, pemikiran bahwa tugasnya di Malang amatlah penting hanya menurut dirinya saja, ia berpikir boleh jadi dengan kepergiannya karya itu akan lebih berkembang. “Atau Tuhan sendiri ingin mengatakan bahwa kamu pergi dari situ mungkin lebih berkembang. Saya merasa orang lain bisa melakukan itu,” ungkap Pastor Paulinus kepada Mgr Pioppo.

Seketika Mgr Pioppo langsung merangkul Pastor Paulinus. Di saat itu juga, Nunsius tidak lagi memanggilnya dengan sebutan Pastor. Saat itu, Nunsius memanggil Pastor Paulinus dengan sebutan “monsinyur”. Nunsius mengungkapkan, seperti itu jugalah yang dialaminya saat diangkat menjadi uskup. “Dia langsung memanggil saya uskup . Saya langsung kaget,” kenang Mgr Paulinus.

Sejenak kemudian, Mgr Pioppo mengungkapkan bahwa menjadi seorang imam berarti mengikuti misi perutusan dari Tuhan dan bukan seturut kemauan sendiri. Nunsius menganalogikan, seperti buah yang matang, kalau tidak membiarkan diri dipetik, dia akan jatuh, busuk, dan tidak ada gunanya. “Kalau dia dipetik dia akan berguna, kamu sudah matang dan kamu memang bisa mengikuti misi untuk siap digunakan,” kata Mgr Pioppo kepada Mgr Paulinus.

Keluar Sebagai Uskup
Sejenak kemudian, Mgr Paulinus ingin keluar kapel melalui sakristi, tempat dimana dia masuk tadi. Namun seketika, Mgr Pioppo mengajaknya keluar dari pintu utama kapel. Mgr Paulinus pun menurut, ia berjalan beriringan bersama Nunsius. Ketika masuk, Pastor Paulinus adalah seorang imam, namun saat keluar dari pintu utama, ia telah menjadi seorang uskup. “Tadi kamu masuk dari sana (sakristi-red) sebagai imam, sekarang kamu keluar (melalui pintu utama kapel-red)sebagai uskup,” kata Mgr Pioppo sebelum keduanya beranjak dari kapel.

Sesampainya di ruang kerja duta besar, Mgr Pioppo menunjukkan surat penunjukkan Mgr Paulinus sebagai Uskup Tanjung Selor. Nunsius pun mengambil secarik kertas, di atas kertas itu, Nunsius meminta Mgr Paulinus menulis surat ucapan terima kasih kepada Paus Fransiskus atas penunjukannya sebagai Uskup Tanjung Selor.

Sore hari pun tiba saat Mgr Paulinus menyelesaikan surat yang ia tujukan kepada Paus Fransiskus. Pada saat itu, Mgr Pioppo menyampaikan agar hal ini tidak boleh diketahui oleh siapa pun sampai diumumkan pada 22 Februari 2018 pada Pesta Tahta St Petrus. Nunsius juga menyampaikan, dia yang akan menentukan siapa saja yang akan mengumumkan penunjukkan ini.

Beberapa hari menjelang pengumuman, Mgr Paulinus ditelepon oleh Uskup Malang Mgr Henricus Pidyarto Gunawan OCarm. Pada awal percakapan itu, Mgr Pidyarto memanggilnya “monsinyur”. Sebutan yang hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Mgr Paulinus. Namun tak bisa dipungkiri, Mgr Paulinus pun merasa berat. Namun pada saat itu, Mgr Pidyarto tak banyak memberi peneguhan. “Sudah kamu terima saja, saya juga begitu dulu,” ungkap Mgr Pidyarto.

Sore hari, 22 Februari 2018, Mgr Paulinus datang ke Katedral St Perawan Maria dari Gunung Karmel Malang bersama seluruh anggota Komunitas Rumah Pendidikan Misionaris Keluarga Kudus (Congregatio Missionariorum a Sacra Familia/MSF) di Malang, baik imam maupun frater. Sore itu diadakan Ibadat Sore yang diikuti biarawan-biarawati yang berkarya di Keuskupan Malang.

Pada akhir ibadat, waktu menunjukkan pukul 17.55 WIB, lima menit sebelum pukul 18.00 WIB atau pukul 12.00 waktu Roma, Italia. Mgr Pidyarto menyampaikan, ia mengundang semua untuk mendoakan Gereja di Indonesia karena ada beberapa takhta kosong. Salah satu yang kosong adalah Keuskupan Tanjung Selor. Ia lalu mengajak semua yang datang untuk berdoa tiga kali Salam Maria. Sejenak kemudian, Mgr Pidyarto melanjutkan. “Doa kita sudah terkabul, dua tahun lalu kita juga berdoa sore seperti ini saya terpilih jadi Uskup Malang. Saat ini Paus sudah menunjuk pengganti untuk mengisi Keuskupan Tanjung Selor, yaitu Mgr Paulinus Yan Olla MSF.”

Pada hari itu juga, Jenderal MSF Pastor Edmund Jan Michalski MSF pun langsungmenelepon dari Brazil. Pada sela-sela kunjungan ke Provinsi MSF Brazil, Pastor Edmund menyampaikan selamat kepada Mgr Paulinus. “MSF kehilangan satu formator namun mendapat seorang uskup baru dari MSF,” begitu Pastor Edmund.

Bukan Promosi
Siap sedia ditugaskan dimana saja telah menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap imam. Hal yang sama juga dirasakan oleh Mgr Paulinus saat ditunjuk menjadi Uskup Tanjung Selor. Ia sadar, tugas ini amatlah berat, meski begitu ia menerima tugas ini dengan iman. “Ketika menerima itu saya tidak senang, tapi juga tidak susah, biasa saja karena ya memang membingungkan. Banyak hal kita tidak tahu tapi ya ini semacam suatu tugas yang mengandaikan iman.”

Tidak mudah bagi Mgr Paulinus merahasiakan penunjukannya sebagai Uskup tanjung Selor. Rasa campur aduk berkecamuk di dalam dirinya pada hari-hari menjelang pengumuman. “Sebenarnya berat karena setiap orang dalam situasi semacam itu paham bahwa tugasnya akan berat, maka di lain pihak saya tidak panik, tetap tenang.”

Mgr Paulinus mengakui, bahwa ia harus diam dan tidak bereaksi apapun ternyata memberi pengajaran baru. Ia sadar bahwa sebenarnya ada banyak hal yang ia sendiri tidak bisa memutuskan. “Ini tidak bisa dinilai sebagai sebuah promosi jabatan.”

Mgr Henricus Pidyarto Gunawan OCarm
Uskup Malang

“Saya melihat Mgr Paulinus Yan Olla MSF sebagai pribadi yang dewasa, matang, dan mempunyai pengetahuan yang luas. Ia juga seorang yang setia dalam menjalankan tugas tugas yang dipercayakan kepadanya. Ia juga seorang yang rendah hati, ia mau mendengar, dapat bekerjasama, dan kreatif. Ia selalu berusaha mencari terobosan saat berhadapan dengan suatu persoalan. Hal ini terbukti dari kebiasaannya menulis.

Ia adalah seseorang yang menurut saya cocok untuk menjadi seorang gembala. Ia memiliki kualitas pribadi yang mantap dan dasar teologi yang kuat. Saya yakin ia akan mampu bekerja di Tanjung Selor. Saya berharap ia dapat melayani Tanjung Selor dengan baik.”

Pastor Alexander Palino MSC
Vikjen Keuskupan Tanjung Selor

“Meski baru bertemu, saya melihat Mgr Paulinus Yan Olla sebagai seorang yang sabar dan tenang. Saya melihat ia akan mudah menyesuaikan dengan situasi di Tanjung Selor karena ia mudah bergaul dengan siapa saja. Di Tanjung Selor ia akan berhadapan dengan umat yang sebagian besar pendatang. Ide-ide beliau akan membantu pastoral di Keuskupan Tanjung Selor juga saat berhadapan dengan isu-isu imigrasi.”

Pastor Yacobus Lingai Imang MSF
Provinsial MSF Kalimantan

Beliau seorang yang tekun dalam belajar dan bekerja. Suka berbagi yang dipelajari dan dialaminya, serta diwujudkan dalam bentuk karangan dan buku-buku. Beliau perhatian terhadap pada pendidikan, khususnya pendididikan calon imam dan religius.

Pastor Antonius Sad Budianto CM
Dosen Sosiologi di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

“Dalam kebersamaan dengan Mgr Paulinus saya melihatnya sebagai seorang yang sabar dan tenang. Ia orang yang tepat untuk menjadi gembala di Tanjung Selor. Sebagai seorang yang memiliki latar belakang sebagai Doktor Spiritualitas, ia tetap memiliki perhatian pada masalah-masalah sosial. Hal ini terlihat dari tulisan-tulisannya yang dimuat di surat kabar. Dengan kepekaan itu, ia akan memimpin Gereja Tanjung Selor. Dengan ide-idenya akan mampu membantu umat Katolik dan masyarakat luas di sana.”

Frater Marselinus R. Jawa Boruk MSF
Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

“Mgr Paulinus adalah sosok yang tenang dan sabar. Namun begitu, ia adalah seorang yang tegas. Selama bersama dengannya, ia menempatkan diri sebagai sahabat bagi para frater MSF yang sedang menjalankan tugas belajar di STFT Widya Sasana.

Mgr Paulinus seperti bapak atau orangtua bagi kami. Kalau menegur para frater yang melakukan kesalahan ia melakukannya dengan penuh kasih sayang. Saya sadar ia sangat menyayangi kami para frater. Kami yakin ia akan dapat menjalankan tugasnya di Keuskupan Tanjung Selor dengan baik.”

Mgr Paulinus Yan Olla MSF
Lahir : Seoam, Desa Eban, TTU 22 Juni 1963

Orangtua : Ayah; Amatus K. Olla
Ibu; Eresia Naben(+), Pitronela Bisel

Riwayat Pendidikan :
• SMP Xaverius Putri Kefamenanu, NTT tahun Januari 1976 – Juli 1979
• SMA Seminari St Imakulata Lalian, Atambua, September 1979 – Juni 1983
• Novisiat MSF di Salatiga tahun 1983-1984
• Studi Filsafat dan Teologi di Kentungan Yogyakarta, 1984-1994
• Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki Putain, Keuskupan Agung Kupang 1987-1988
• Tahbisan Imam di Yogyakarta, 1992
• Program Pascasarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,1994
• Doktor Teologi Spiritual di Istituto di Spiritualita Teresianum, Roma, Italia, 2004

Antonius E. Sugiyanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here