St Markus: Paus Pertama Peletak Keistimewaan Ostia

730
St Markus.
[skepticism.org.jpg]
1/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Sebagai Paus, ia bertakhta sangat singkat. Namun, Paus rendah hati ini menjadi Paus pertama yang menganugerahkan previlese bagi Uskup Ostia untuk mentahbiskan Uskup Roma

Pada awal abad IV, Gereja sudah tidak mengalami penganiayaan oleh penguasa Roma. Masa penganiayaan Gereja zaman Kaisar Diocletianus (244-312) dan Kaisar Maximianus (250-310) berakhir tahun 305. Namun, persekusi terhadap Gereja sempat muncul sekitar tahun 312 pada masa Kaisar Maxentius (278-312) sebelum akhirnya dikalahkan oleh Kaisar Konstantinus Agung (272-337). Kondisi Gereja yang relatif tenang ini tidak menurunkan semangat kerohanian Paus Markus dalam memimpin umat Allah. Meskipun segala urusan Gereja tidak mengalami kesulitan, hal itu tidak menumbuhkan kemanjaan dalam dirinya. Dia justru semakin giat menggalakkan pelayanan Gereja sejak masa Paus Silvester I (†335).

Kala itu, Gereja dipimpin oleh Paus Markus, putra Priscus. Dia dipilih menjadi Uskup Roma menggantikan Paus Silvester. Ketika dipilih, Markus adalah seorang klerus Roma sejak masa Paus Miltiades (†314). Namun, tidak ada keterangan lebih detail apakah dia seorang diakon atau imam.

Paus Markus ditahbiskan Uskup Roma pada 18 Januari 336. Di kalangan klerus Roma, Markus dikenal sebagai pribadi yang rendah hati. Menurut kisah yang ditulis oleh Paus Damasus (304-384), Paus Markus adalah figur pemimpin yang memiliki semangat kerohanian yang sangat mendalam. Paus Markus selalu menyadari bahwa dirinya tidak sempurna sehingga menghayati cara hidup asketis dan menghidupi kesalehan kristiani secara total. Ia senang berderma karena
mudah tersentuh oleh penderitaan sesama.

Lawan Bidaah
Konon, namanya sempat disebut dalam salah satu surat Kaisar Konstantinus Agung kepada Paus Miltiades ketika sang kaisar meminta Paus untuk menggelar sinode guna memerangi bidaah Donatisme. Donatisme adalah ajaran yang disebarkan oleh Mgr Donatus (†355), Uskup Kartago, sekitar abad IV. Bidaah ini mengajarkan bahwa Gereja hanya terdiri dari kumpulan orang-orang suci. Umat beriman dianggap tidak sah menerima sakramen jika klerus yang menerimakan pernah berdosa. Oleh karena itu, harus diadakan upacara penerimaan ulang sakramen. Padahal, ajaran Gereja Katolik menegaskan bahwa sakramen yang diterimakan tetap sah meskipun klerus yang melayani dalam keberdosaan, karena keabsahan sakramen tidak tergantung dari kesucian pelayannya, tetapi tergantung dari rahmat Allah sendiri.

Meskipun masa kepausannya sangat pendek (18 Januari-7 Oktober 336), konon, Paus Markus juga meninggalkan sebuah tulisan indah, yang berupa sajak-sajak mazmur pujian. Peninggalannya ini sempat digunakan oleh komunitas umat beriman pada beberapa waktu setelah wafatnya, sekitar akhir abad IV. Selain itu, Paus Markus juga dikaitkan dengan dua konstitusi yang berisi tentang perlawanan terhadap bidaah Aria nisme di Gereja Timur. Perlawanan terhadap Arianisme ini pun memakan korban, yaitu pelengseran St Athanasius Agung (296-373) dari Takhta Kepatriarkan Aleksandria.

Arianisme diajarkan oleh Arius (250-336), seorang imam Aleksandria, Mesir; dan berkembang di seantero dunia kekristenan. Bidaah ini mengajarkan bahwa Yesus Kristus ada karena diperanakkan oleh Allah. Yesus dianggap ciptaan pertama, “yang sulung” (Rm 8:29; Kol 1:15-20). Arti nya, Dia tidak kekal karena pernah tidak ada dan baru ada setelah diciptakan Allah. Gereja mengutuk bidaah ini karena menyimpang dari doktrin Gereja mengenai Trinitas dan Kristologi. Ajaran Arius ini dikutuk dan dinyatakan sebagai bidaah dalam Konsili Nicea (kini Iznik, Turki) tahun 325. Gereja menegaskan bahwa Yesus sungguh Allah, sungguh manusia; sehakikat dengan Allah Bapa dan Roh Kudus. Dia tidak diciptakan karena Dialah Allah yang sungguh kekal.

Palium Ostia
Paus Markus adalah Paus pertama yang menganugerahi pallium untuk Takhta Keuskupan Ostia. Pallium adalah kain tenun dari bulu domba, berbentuk lingkaran berwarna putih, yang memiliki dua juntai warna hitam pada ujungnya, bersulamkan ornamen enam salib yang berwarna hitam. Kain ini dikenakan melingkar di leher, yang diberikan kepada Uskup baru Roma (Paus) pada saat inagurasinya. Dalam sejarah Gereja, pallium juga diberikan oleh Paus kepada para Uskup Metropolit sebagai tanda kesatuan dengan Paus sejak abad VIII. Hingga kini, upacara menganugerahan pallium kepada para Uskup Metropolit ini digelar pada Pesta Santo Petrus dan Paulus, 29 Juni.

Paus berdarah Roma ini juga menetapkan bahwa Uskup Ostia punya hak istimewa untuk mentahbiskan Uskup Roma, jika yang terpilih belum mengampu martabat episkopal. Dalam sejarah, sejak akhir abad IV, Uskup Ostia memiliki peran yang sangat penting dan menjadi Uskup Pentahbis Utama bagi Uskup baru Roma yang belum menerima tahbisan uskup.

Keuskupan Ostia merupakan salah satu dari Keuskupan Suburbikaris, yang berada di sekitar kota Roma. Keuskupan Suburbikaris lainnya adalah Albano, Porto-Santa Rufina, Sabina-Poggio Mirteto, Velletri-Segni, Frascati, dan Palestrina. Gereja Suburbikaris tersebut dipakai menjadi gelar bagi Kardinal-Uskup, yaitu gelar bagi tingkatan tertinggi dalam Kolegium Kardinal karena keuskupan-keuskupan tersebut begitu penting dan besar pengaruhnya dalam perjalanan sejarah Gereja. Keuskupan Ostia didirikan pada abad III sebagai Keuskupan Suburbikaris Roma. Sejak awal didirikan, Gereja Suburbikaris Ostia ini menjadi gelar tituler bagi seseorang yang diangkat menjadi Kardinal oleh Paus.

Tahun 1150, Keuskupan Suburbikaris Ostia ini digabung dengan Keuskupan Velletri (kini Keuskupan Suburbikaris Velletri-Segni). Secara khusus, sejak penggabungan tersebut, Takhta Suburbikaris Ostia diperuntukkan bagi gelar Dekan Kolegium Kardinal bersama dengan gelar tituler Kardinal yang sudah diterimanya.

Namun, sejak 5 Mei 1914, Keuskupan Ostia dipisahkan lagi dengan Keuskupan Velletri; tetapi masih menjadi gelar Kardinal-Uskup, bahkan secara khusus bagi Dekan Kolegium Kardinal. Hingga abad XI, peran para Uskup Suburbikaris tersebut sangat besar. Bahkan, mereka seperti menjadi Uskup Auksilier Roma, yang ikut membantu reksa kegembalaan Gereja secara lebih luas. Masing-masing punya residensi di sekitar Vatikan. Salah satunya adalah warisan Paus Markus, yang memberikan hak mentahbiskan Paus baru kepada Uskup Ostia. Penganugerahan pallium kepada Uskup Ostia oleh Paus Markus memang masih menjadi pertanyaan karena praktik tersebut baru terekam sejarah antara abad V-VI.

Sangat mungkin bahwa Paus Markus memberikan previlese tersebut kepada Uskup Ostia dengan sebuah konstitusi atau dekrit karena pada masa sebelumnya, tidak ada praktik mengenai hak istimewa bagi Uskup Ostia untuk menjadi Uskup Pentahbis Utama bagi Uskup baru Roma.

Warisan Markus
Paus Markus juga dianggap sebagai cikal bakal pendirian dua gereja di Roma. Pertama, sebuah gereja di daerah “juxta Pallacinis”, yang kini dikenal dengan nama Gereja San Marco. Pada abad V, gereja ini telah disebut “Gereja San Marco” karena diba ngun pada masa Paus Markus. Meskipun dilihat dari bentuk dan corak bangunannya, gereja ini pasti telah mengalami beberapa kali restorasi pada masa-masa sesudah nya. Beberapa Paus yang melakukan renovasi gereja ini antara lain Paus Adrianus I (†795), Paus Gregorius IV (†844), dan Paus Paulus II (1417-1471). Bahkan, Paus Paulus II membangun sebuah istana untuk singgah para Paus pada musim panas, yang digunakan hingga masa Paus Sixtus V (1521-1590). Kedua, gereja yang dibangun di atas makam St Balbina (†130)–perawan dan martir berdarah Roma–yang terletak di antara Via Ardeatina dan Via Appia, tidak jauh dari makam Paus Calixtus I (†222).

Konon, pembangunan dua gereja tersebut dapat terlaksana karena jasa Kaisar Konstantinus Agung. Tanahnya merupakan hadiah dari sang kaisar. Dia memberikan izin untuk mendirikan dua gereja tersebut di dua lokasi di Roma. Bahkan, interiornya juga disediakan oleh Kaisar Konstantinus Agung, yang dengan giat mendukung pertumbuhan Gereja selama masa pemerintahannya.

Paus Markus hanya bertakhta selama delapan bulan lebih 20 hari. Paus saleh ini wafat pada 7 Oktober 336. Jenazahnya dimakamkan di Katakombe St Balbina, di dalam gereja yang telah ia bangun. Beberapa waktu setelah wafatnya, Paus Markus dihormati sebagai seorang kudus. Namun, keterangan mengenai makamnya baru dibuat sekitar abad VII. Relikuinya dipindahkan oleh Paus Gregorius VII (1020-1085) ke Gereja San Marco. Gereja memperingatinya tiap 7 Oktober, sesuai dengan tanggal wafatnya.

R.B.E Agung Nugroho

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here