Uskup Paulinus Ingatkan ISKA

374
Pemotongan tumpeng perayaan Dies Natalis 60 tahun ISKA di Universitas Atma Jaya, Jakarta. [HIDUP/ Felicia Permata Hanggu]
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com Kontribusi ISKA dalam pembangunan nasional akan diwujudkan dalam karakter anggota yang berbudi luhur, berbangsa, dan bernegara. Jangan lagi mikir mayoritas-minoritas tapi bagaimana membangun kebersamaan.

SEMARAK merah putih memenuhi Auditorium Gedung Yustinus Lt.15 Universitas Atma Jaya Jakarta, Rabu, 30/5. Ratusan bendera kecil bertuliskan “Selamat & Sukses Dies Natalis Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA): 60 tahun merawat komitmen kebangsaan” tertata apik pada tiap meja.

Sekitar 100 orang dengan baju pakaian nasional datang dari berbagai kota di Indonesia. ISKA dan kebangsaan keduanya adalah satu kesatuan. Lahirnya ISKA semata menjadi wadah di mana kebangsaan dikembangkan dan digali. Lahir dari rahim Katolik, ISKA ingin menjadi tangan Gereja dalam memberi sumbangan bagi Indonesia.

Warna-warna pakaian peserta sore itu hanyalah sebagian kecil dari wujud cinta ISKA kepada Indonesia. Usia 60 tahun hanyalah satu masa, kelanjutannya ISKA akan ada bagi kemajuan bangsa dan negara.

Kesarjanaan Sejati
Fenomena pengkhianatan intelektual sering kali terjadi dewasa ini. Para intelektual tanpa merasa bersalah melakukan malpraktik. Mereka menjerumuskan banyak orang dalam kesesatan berpikir. Demikian Mgr Paulinus Yan Olla MSF saat menyampaikan khotbah dalam Misa Syukur 60 tahun ISKA.

“Malpraktik yang paling berat dari seorang intelektual adalah kompromi terhadap kebenaran dan kebenaran itu adalah Firman Allah sendiri.” Mgr Paulinus merujuk pada satu kutipan surat Petrus. “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaan-Nya seperti bunga rumput. Rumput menjadi kering dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya” (1 Petrus 1:24-25).

Menurutnya, bacaan ini mengingatkan untuk melihat realitas tidak saja pada esensi, tetapi sampai ke dasar terdalam kehidupan, yakni sabda Tuhan yang tetap untuk selama-lamanya. “Manusia hidup bukan dari gawai yang dipegang, kekuasaaan, harta, atau apapun, tetapi dari Allah yang hidup.”

Tak jarang, para intelektual meninggalkan kebenaran karena kebenaran dianggap terlalu ideal. Mgr Paulinus menjelaskan, di sini pelacuran intelektual pun terjadi, di mana orang diperhamba oleh pragmatisme sempit, untuk mewujudkan ambisi pribadi.

Ia prihatin dengan kondisi bangsa. Ia mencontohkan, fenomena pembelian suara dari lembaga survei sungguh memiris hati nuraninya. Mgr Paulinus menuturkan, kesarjaanaan sejati bagi seorang Kristiani tidak ditentukan oleh gelar akademis.

Gereja memberi gelar “Doktor Gereja” kepada seorang St Katarina dari Siena yang hanya seorang biarawati yang buta huruf. Gelar ini sejajar dengan yang diterima St Thomas Aquinas. Gelar yang diterima St Katarina bukan karena duduk di bangku universitas tetapi karena dia dididik oleh kebenaran yang bersumber dari kebenaran sejati.

Warisan-warisan yang diwariskan St Katarina adalah pengalaman rohani yang ditulis oleh sekretaris-sekretaris St Katerina di dalam doa dan kontemplasi. Dalam setiap ekstase, sekretarisnya menulis setiap kata yang terucap.

Mgr menjelaskan, isi khotbahnya bukan sebauh tindakan anti intelektualisme. Ia menempatkan ingin menempatkan intelektualitas orang Katolik yang harus mempertimbangkan juga iman. “Saya menempatkan intelektualitas seorang Katolik, yang seharusnya mempertimbangkan tidak hanya rasio, tetapi iman yang melengkapi pengetahuan akal budi manusia,” tegas Uskup Tanjung Selor ini.

Menutup homilinya, Mgr Paulinus megingatkan umat yang hadir tentang ensiklik ‘Fides et Ratio’ yang dipromulgasikan St Yohanes Paulus II. Iman dan akal budi bagi orang Kristiani harus saling melengkapi.

Keduanya bagai dua sayap yang menerbangkan jiwa manusia menuju kontemplasi kebenaran. Pada saat yang sama, Allah menaruh di dalam hati manusia, keinginan untuk mengenal kebenaran. “Dengan mengenal Allah dia semakin mencapai kepenuhan kebenaran tentang dirinya sendiri.”

Dalam Misa Ulang Tahun ISKA ke-60 ini Mgr Paulinus didampingi Sekretaris Komisi Kerawam Konferensi Waligereja Indonesia Paulus Christian Siswantoko, Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI Pastor Antonius Haryanto, dan Pastor Antonius Widyarsono SJ.

Energi Berkeadilan
ISKA bagaimanapun juga ada untuk kemajuan bangsa. Segala keprihatinan dan usaha untuk membangun Indonesia menjadi kesatuan yang tak boleh hilang. Ignasius Jonan mengungkapkan, tantangan paling besar Indonesia adalah mewujudkan keadilan sosial.

Ignatius Jonan.
[HIDUP/ Felicia Permata Hanggu]
Usaha ini amat susah direalisasikan tetapi wajib diwujudkan. Keberhasilan usaha ini akan menjadi perekat bangsa. Jonan menyampaikan hal ini dalam orasi kebangsaan yang didakan setelah Misa Syukur 60 tahun ISKA.

Oleh karena itu, Jonan melanjutkan, perannya sebagai seorang menteri menuntut untuk mengejahwantahkan Pancasila ke dalam tindakan konkrit. Keadilan sosial ini diwujudkan dalam pemerataan layanan publik, berupa penyediaan bahan bakar minyak dan listrik.

Ia menceritakan keprihatinannya akan adanya 2519 desa di Indonesia yang belum tersentuh layanan listrik sama sekali. “Target saya ialah memasang layanan listrik kepada 12000 desa,” tuturnya Jonan juga mengajak para kaum intelektual ISKA untuk bersama dengan rakyat memikul kegelisahan ini.

Ia mengajak peserta untuk menghemat listrik dan mengusahakan penggunaan listrik berdaya matahari. “Seharusnya perasaan kita terganggu melihat masyarakat lain belum punya listrik. Apalagi Indonesia sudah 72 tahun merdeka tapi ada orang di pelosok sana belum pernah melihat lampu,” ujarnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dalam Kabinet Kerja ini juga menyinggung tentang pemenuhan energi yang bersumber dari matahari. Usaha ini, ia melanjutkan, dimulai misalnya dengan pemasangan panel surya di 261 pos militer di area perbatasan.

“Menghemat satu kw lebih mudah daripada menghasilkan satu kw. Jadilah Garam dan Terang dengan menumbuhkan rasa keadilan sosial sebab radikalisme timbul dari rasa ketidakadilan,” tandasnya.

Hilangkan Mayoritas-Minoritas
Pembicara kedua dalam orasi kebangsaan Jenderal (Purn) Moeldoko mengapresiasi kiprah ISKA yang menjadi salah satu pilar pembangunan nasional. Ia menuturkan, agama seharusnya bisa memperkuat ideologi dan bukan merapuhkan ideologi.

Moeldoko.
[HIDUP/ Felicia Permata Hanggu]
Ia menyoroti tiga nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yakni nilai filosofis, nilai instrumentalis, dan nilai pragmatis. “Ketiga nilai ini membuktikkan bahwa Pancasila telah teruji,” ungkap Kepala Staf Kepresidenan ini.

Moeldoko memiliki kepercayaan tinggi kepada nasionalisme kaum muda. Ia mengungkapkan, seringkali anak muda dituding memiliki nasionalisme kerdil. Namun, ia yakin anak muda sebenarnya memiliki semangat lebih dari pada yang tua.

Ia mendorong ISKA tetap membentuk anggotanya agar memiliki semangat inklusif dan mampu berbaur dengan sesama. “Organisasi semakin tua semakin kaya dengan pengalaman jadi sepantasnya harus hilangkan politik identitas, hilangkan pemikiran mayoritas dan minoritas jangan lagi dipelihara pemikiran itu,” ucapnya.

Moeldoko berharap agar ISKA selalu mempunyai komitmen tinggi kepada kebangsaan. Kontribusi ISKA dalam pembangunan nasional akan diwujudkan dalam karakter anggota yang berbudi luhur, berbangsa, dan bernegara.

“Pikirkanlah bagaimana membangun sebuah kebersamaan dengan persatuan bangsa agar Indonesia dapat menjadi besar.” Usai orasi, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng Dies Natalis ISKA Ke-60 yang dilakukan oleh Ketua Presidium Pusat ISKA Hargo Mandirahardjo.

Mgr Paulinus Yan Olla MSF menandatangani bunga rampai Merawat Komitmen Kebangsaan.
[HIDUP/ Felicia Permata Hanggu]
Ikut serta dalam seremonial ini Ketua Dewan Pakar PP ISKA Adrianus Sidot, Ketua Dewan Penasehat PP ISKA Muliawan Margadana, Ketua Panitia Dies Natalis ISKA ke 60 Luky Yusgiantoro, Uskup Keuskupan Tanjung Selor Mgr Paulinus Yan Olla MSF, dan Ketua Dewan Kehormatan ISKA Ignasius Jonan. Dalam kesempatan ini juga diluncurkan buku bunga rampai Merawat Komitmen Kebangsaan.

Felicia Permata Hanggu

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here