Paroki St Gabriel Pulo Gebang: Bedah Rumah, Bangkitkan Peduli

233
Kunjungan umat Paroki Pulo Gebang kepada keluarga bedah rumah. [Dok. Paroki]
4.3/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com Program bedah rumah di Paroki St Gabriel Pulo Gebang memberi pesan untuk saling peduli terhadap sesama khususnya yang menderita.

SEJAK subuh, group whatsapp wilayah dua, Paroki St Gabriel Pulo Gebang, Jakarta Timur sudah ramai. Koordinator dan pengurus wilayah beramai-ramai berbicara tentang salah satu rumah di lingkungan St Agustinus.

Ada informasi dari ketua lingkungan bahwa seorang warganya sangat membutuhkan bantuan umat karena situasi rumah yang tidak layak huni. Ketika ketua lingkungan meng-upload foto rumah warganya di grup, banyak orang berkomentar prihatin.

“Wah turut prihatin. Ayo kita bantu umat kita yang membutuhkan,” komentar seorang warga di grup tersebut. Rasa prihatin ini membuat muncul keinginan umat wilayah dua untuk segera membantu rumah umat mereka yang memprihatinkan itu.

Menurut penuturan Ketua Lingkungan Agustinus, rumah warganya sudah tidak layak huni. Alasan utama karena faktor ekonomi, keluarga dalam keadaan sakit-sakitan dan tidak mungkin bisa mencari nafkah memperbaiki rumah mereka. Situasi ini lalu membuat umat berbondong-bondong berniat untuk merenovasi rumah keluarga miskin tersebut.

Kepala Paroki, Pastor Aloysius Sosilo Wijoyo mengatakan, program bedah rumah di Paroki St Gabriel Pulo Gebang punya maksud tertentu. Pesan utama adalah agar umat mengambil bagian dalam penderitaan sesama.

Dunia zaman ini, kata Pastor Sosilo, rasa saling membantu dan menolong itu makin renggang. Orang mulai membangun egoisme dan usaha untuk mencari aman sendiri. Tidak ada lagi rasa peduli terhadap sesama yang menderita.

Seakan dunia zaman ini memaksa membangun tembok pemisah antara orang miskin dan kaya. Bagi Pastor Susilo, rasa kepedulian ini harusnya menjadi semangat semua orang sebagai ciptaan Tuhan. “Sebagai orang Katolik, tidak ada alasan menolak memberi pertolongan orang lain. Apa yang kami lakukan di paroki menjadi cermin bagaimana umat harus punya rasa peduli terhadap sesama yang menderita,” ujarnya.

Pastor Susilo pun berharap agar pesan utama dari kegiatan bedah rumah ini mampu ditangkap oleh umat paroki dan seluruh orang Katolik. Bahwa orang peduli pada imannya tetapi juga harus peduli pada kebutuhan primer seperti sandang, pangan, dan papan.

Tiga kebutuhan ini menjadi hal pokok yang menunjang secara langsung kehidupan iman orang. “Kita rajin berdoa tanpa makan percuma juga. Kita rajin ke gereja tetapi tidak punya tempat tinggal juga repot,” pungkasnya.

Pastor Susilo mengatakan, kegiatan bedah rumah ini menjadi semacam ungkapan iman umat kepada Tuhan. Sebagaimana pesan Tuhan ketika kita melayani orang miskin dan yang menderita, itu kita lakukan untuk Tuhan sendiri. Sebab wujud Tuhan nampak dalam mereka yang menderita dan masyarakat kecil.

Sementara itu, Ketua PSE Paroki St Gabriel Pulo Gebang, Iwan D mengatakan tugas Komisi PSE adalah membantu karya penggembalaan pastor paroki dalam bidang pelayanan sosial, ekonomi yang teritegrasi dalam seluruh aspek hidup keberimanan umat sehari-hari. Dalam hal ini, Komisi PSE tidak saja mengurusi dialog, pelatihan, pendampingan tetapi juga bantuan-bantuan sosial seperti bedah rumah.

Di Paroki Pulo Gebang, pengembangan dan pelayanan PSE itu intens pada Sabtu dan Minggu dengan meliputi Pelayanan Santo Yusuf, Karitatif Rumah, Karitatif Hidup, bantuan pengobatan Rumah Sakit, bantuan sembako (khusus Natal dan Paskah), dan tanggap darurat bencana.

 

Yusti H. Wuarmanuk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here