Nebeng Kontrakan

255
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh rubrik Konsultasi Keluarga yang baik, sudah dua tahun saya menikah. Komitmen awal kami, membangun rumah tangga secara mandiri. Sekarang, saya dan istri tinggal di kontrakan. Kami belum dikaruniai anak. Saat ini, masa kontrak kakak ipar saya akan habis. Mereka mau menumpang di kontrakan kami. Saya keberatan. Sejak sekolah dan kuliah, istri saya sudah mandiri. Ia membiayai kontrakan orangtuanya dan kuliah keponakannya. Istri saya sering mengeluh karena tidak bisa menabung. Bagaimana saya harus bersikap dalam menghadapi mertua dan ipar? Bagaimana saya harus menjelaskan kepada istri mengenai masalah tersebut?

Agustinus Supritanto, Makassar

Salam sejahtera, Bapak Agustinus Supriyanto. Terima kasih Bapak sudah berbagi cerita dan perasaan Bapak saat ini kepada kami. Saat ini tampaknya Bapak merasa bingung atas situasi yang sedang dihadapi dan dialami. Ada dua situasi yang memunculkan perasaan itu saat ini. Pertama, terkait dengan mertua dan kakak ipar Bapak. Kedua, berhubungan dengan area keuangan keluarga Bapak dan istri untuk mendukung dan membantu mertua dan keluarga kakak ipar.

Pada dasarnya, keluarga besar bisa saja memiliki peran baik dalam membantu untuk menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan perkawinan. Mereka biasanya menjadi tempat untuk memeroleh nasihat dan juga bertanya seputar lika liku perkawinan, serta mengajarkan nilai dan kebiasaan positif yang dapat menjadi bekal dalam menciptakan keharmonisan perkawinan. Tetapi, memang rasanya keluarga besar pun bisa juga menjadi sumber stres yang cukup besar.

Area keuangan dalam keluarga, memang menjadi topik diskusi yang sensitif. Namun, sepertinya jalan terbaik yang bisa dilakukan adalah berdiskusi untuk mengelola dan menjalankan keuangan keluarga sesuai dengan pos-pos keuangan yang sudah didiskusikan bersama dengan pasangan. Termasuk kesanggupan dari Bapak dan istri untuk membantu keluarga, baik untuk kebutuhan mertua maupun kebutuhan keluarga kakak ipar Bapak.

Berikut beberapa alternatif cara yang bisa Bapak dan istri pilih. Pertama, bersama dengan istri membicarakan pengelolaan keuangan secara berkala, termasuk pendapatan dan pengeluaran keuangan keluarga. Saling bercerita secara transparan mengenai jumlah pendapatan dan pos-pos keuangan dalam keluarga.

Penentuan pos-pos keuangan pengeluaran keluarga, termasuk prioritas pos dari yang mutlak dipenuhi terlebih dahulu sampai pos yang merupakan kebutuhan tersier (misalnya tabungan untuk kesehatan, keperluan rumah tangga sehari-hari, pos keuangan untuk hiburan), juga pos untuk bantuan kepada keluarga besar, baik dari pihak Bapak maupun untuk keluarga dari pihak istri Bapak, kemudian bicara secara terbuka siapa yang akan mengeluarkan pos-pos keuangan (tentunya dengan pencatatan rinci).

Kedua, jika dimungkinkan, mengajak diskusi dan bekerja sama dengan pihak keluarga yang lain, terutama dari pihak istri, dengan tujuan agar kebutuhan orangtua mereka dapat diketahui bersama dan saling menanggung bersama. Misalnya adanya pembagian atau pergantian setiap bulannya untuk membantu pemenuhan kebutuhan orangtua mereka. Bulan Januari adalah tanggung jawab keluarga Bapak dan istri, lalu bulan Februari menjadi tanggung jawab keluarga B, dan seterusnya. Untuk besaran dana yang akan diberikan bisa disepakati bersama, dan jika ada keluarga yang memang merasa tidak memungkinkan untuk memenuhi sejumlah dana tersebut, bisa saja keluarga lain dapat memberikan bantuan lebih.

Ketiga, mencoba untuk melakukan negosiasi akan bentuk bantuan yang mampu diberikan oleh keluarga Bapak Agustinus dan istri, terutama kepada keluarga kakak ipar Bapak. Bantuan dalam bentuk uang memang sangat bermanfaat bagi yang menerima, tetapi bisa jadi bantuan tersebut menyebabkan pihak penerima menjadi sangat bergantung dan cenderung kurang mau bekerja lebih giat lagi. Bapak sebaiknya berdiskusi langsung dengan istri secara terbuka, kemudian membicarakan dengan kakak ipar secara terbuka dan jujur pula.

Komunikasi yang terbuka ini termasuk kesanggupan Bapak dan istri hanya untuk mendukung keluarga kakak ipar, yaitu dengan membantu biaya kuliah keponakan dari istri Bapak, dan tidak bisa lebih dari bentuk dukungan tersebut. Perlu diusahakan untuk menciptakan situasi yang kondusif saat istri Bapak membicarakan hal ini kepada keluarga kakak ipar Bapak. Walaupun terlihat tidak mudah, silakan untuk tetap mencoba dan berusaha, demi kesejahteraan keluarga kecil Bapak dan istri, dan juga agar tetap dapat berjalan bersama keluarga besar Bapak Agustinus dan juga istri.

Fransisca Rosa Mira Lentari

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here