Merayakan Kebhinnekaan dalam Misa Inkulturasi Batak di MBK

807
Peserta paduan suara dalam persiapan misa inkulturasi Batak yang akan berlangsung pada Minggu, 15/7 di Paroki Tomang, Gereja Maria Bunda Karmel. [Dok.pribadi]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com Sebagai wujud semangat kebhinnekaan ditengah mayoritas umat Paroki Tomang Gereja Maria Bunda Karmel (MBK) yang beretnis Tionghoa, akan merayakan pesta Nama Pelindungnya dengan Misa Inkulturasi Batak pada Minggu, 15/7, pukul 16.00-18.30 WIB.

Ketua Panitia, Titho A Situmorang mengungkapkan, sejarah dan latar belakang Gereja Katolik turut berdiri untuk semua suku bangsa. “Misa inkulturasi juga dilatar-belakangi bahwa budaya suku-suku bangsa seperti Batak adalah kekayaan yang harus dilestarikan untuk kemuliaan Tuhan, sehingga tema kita juga ‘inkulturasi meneguhkan iman’.”

Kelompok Paduan Suara dalam persiapan misa inkulturasi Batak di Paroki Tomang, Gereja MBK.

Misa akan dimeriahkan dengan tarian Karo dan Simalungun yang mengiringi perarakan, dengan kemeriahan musik tradisional berupa gondang bolon yang terdiri dari taganing(drum), serunai, ogung, dan uning-uningan seperti kecapi dan seruling.

Kelompok penari mempersembahkan tarian Simalungun dalam acara misa inkulturasi Batak di Paroki Tomang, Gereja MBK pada Minggu, 15/7 pukul 16.00 WIB.

Lebih lanjut Titho berharap supaya inkulturasi budaya semakin menyatu dengan gereja, walau diakuinya saat ini Gereja Katolik telah mengakomodir budaya bangsa Indonesia.

Ketua Panitia, Titho bersama paduan suara berlatih mempersiapkan misa inkulturasi Batak, dengan alat musik khas Batak berupa gondang bolon dan uning-uningan

Menyinggung tentang suku Batak, Titho mengatakan, “sebenarnya ada 7 suku, tetapi kita fokus terlibat enam saja, Batak Toba,Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola/Sipirok, dan Nias. Komposisi misa akan didominasi Toba, Karo, Simalungun.”

Panitia misa inkulturasi terdiri dari Ketua, Titho A. Situmorang; Wakil Ketua, Tiurlan Sihombing; Sekretaris, Julianita Pandiangan; Seksi Acara, Asima Rohani Manurung; dan Seksi Liturgi, Suriana Veronika Ginting. Mereka berasal dari Wilayah I Lingkungan St.Thomas, Wilayah II, Lingkungan Zakeus, Sanjaya,Benedictus; Wilayah X, Lingkungan Antonius I-V, Christophorus.

Sehubungan dengan kebhinekaan tersebut, Titho menambahkan, misa inkulturasi sebenarnya sudah lazim dilakukan untuk acara tertentu di Parokinya. “Misa inkulturasi Batak terakhir dirayakan pada 2004. Memang benar, suku Batak adalah minoritas ditengah saudara kita Tionghoa, tetapi dalam pelayanan gereja, sekecil apapun atau sedikit jumlah umatnya, diharapkan dapat memberi warna pewartaan dan pelayanan gereja yang semakin indah,” pungkasnya dalam persiapan acara tersebut.

 

A.Bilandoro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here