Mencari dan Menyediakan Santapan Sejati

152
Renungan Mingguan_edisi-29. [Dok.HIDUP]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com Minggu 22 Juli 2018, Hari Minggu Biasa XVI Yer 23:1-6;Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6; Ef 2:13-18; Mrk 6:30-34

Masih adakah dalam hati manusia modern sekarang ini kerinduan, kehausan, kelaparan
akan santapan rohani yang diberikan oleh Yesus?

KETIGA bacaan Kitab Suci hari ini mengarahkan perhatian kita kepada pengertian tentang domba dan gembala. Khususnya Injil Markus berbicara tentang “domba yang tidak mempunyai gembala”.

Dalam bahasa Alkitabiah (PL maupun PB) tugas kepemimpinan dilukiskan sebagai penggembalaan, atau tugas seorang gembala. Allah sendiri dilihat sebagai gembala: “Tuhan adalah gembalaku” (Mz 23:1). Umat berdoa kepada Allah sebagai “Gembala Israel” (Mz 80:1). Yesus sendiri pun dalam Injil Yohanes menyebut diri-Nya: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”
(Yoh 10:11).

Menurut cerita Injil, murid-murid Yesus pulang kepada Yesus sesudah melaksanakan perutusan mereka, untuk memberi laporan tentang apa yang telah mereka ajarkan dan lakukan kepada orang banyak. Mereka diajak Yesus pergi ke tempat sunyi untuk menyendiri.

Mereka naik perahu, supaya jangan diikuti orang banyak itu. Ternyata orang banyak itu mengikuti Yesus dan murid-murid-Nya lewat dataran. Mereka ini datang di tempat tujuan lebih cepat. Yesus dan murid-murid-Nya sebelum sempat untuk makan pun sudah menghadapi mereka lagi.

Di balik cerita yang sangat sederhana tetapi juga mengharukan itu, terungkaplah sebenarnya pesan, yang mau disampaikan oleh Markus kepada pembaca-pembaca Injilnya. Pesan itu apa?

Yesus mengajak murid-murid-Nya istirahat dan memenuhi kebutuhan makan minum sehabis melaksanakan tugas mereka. Tetapi bukan hanya itu. Ternyata orang banyak yang sudah mendengarkan ajaran Yesus, yang telah disampaikan oleh murid-murid-Nya, masih ingin mendengarkannya dari Yesus sendiri, yang telah mengutus mereka!

Mereka ini, orang-orang sederhana, ternyata haus dan lapar akan sabda Yesus sendiri, bukan hanya haus dan lapar akan makanan materiil sebagai keperluan jasmani.

Melihat kehausan dan kelaparan rohani orang banyak itu, dalam Injil dikatakan, bahwa “tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala”. Yesus memiliki “compassio” ’rasa belas kasihan’ bukan hanya kepada orang yang haus dan lapar akan makanan untuk menjaga kesehatan badan atau tubuh, melainkan juga bahkan lebih untuk kesehatan batin atau rohani setiap orang.

Manusia membutuhkan santapan rohani yang murni. Dalam salah satu pelajaran katakese, yang diberikan seminggu sekali oleh Paus Benediktus XVI ditegaskan bahwa pada awal abad XXII sekarang ini, manusia modern sangat membutuhkan santapan rohani.

Dewasa ini, orang merasa makin membutuhkan santapan materiil dengan berbagai tawaran iklan menggiurkan yang terpampang di media sosial. Melihat ini, masih adakah dalam hati manusia-manusia modern kerinduan, kehausan, kelaparan akan santapan rohani yang diberikan oleh Yesus?

Walaupun lelah, “mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka” yang lapar akan ajaran-Nya bagaikan jaminan hidup mereka. Pesan Injil hari ini antara lain mengingatkan pentingnya hidup rohani. Pada akhirnya kehidupan rohani kitalah yang akan menentukan hidup abadi kita kelak.

Selain itu, urgensi kehadiran gembala rohani menjadi suatu tuntutan yang harus dipenuhi. Bila umat mengharapkan adanya gembala rohani yang baik, maka melalui Gereja kita harus ikut dan rela menyediakan dan mempersembahkan kepada Kristus, calon-calon gembala.

Karena itu setiap keluarga sebagai pengikut Kristus sebagai Gembala juga harus memiliki kesadaran dan keinginan besar. Semacam “compassio”, untuk menyediakan dari keluarga masing-masing calon-calon gembala, yaitu calon-calon imam, untuk memberikan makanan rohani kepada domba-domba Kristus, yaitu umat Allah.

 

Mgr FX Hadisumarta OCarm
Uskup Emeritus Manokwari-Sorong

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here