Beato Teresio Olivelli : Pesan Moral Manusia Kamp

181
Beato Teresio Olivelli.
[La Provincia Pavese]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Olivelli adalah sosok yang dipuji karena kebenaran hidupnya. Ia selalu berada di sisi mereka yang lemah. Ia dibunuh karena menempatkan Injil di atas kepentingan ideologi dan politik.

Tidak ada yang abadi, apalagi kekuasaan. Selihai-lihainya diktator Italia, Benito Mussolini (1883-1945) menancapkan paham fasismenya, tetap saja ia tak bisa melawan takdir. Tepat 25 Juli 1943, kelahiran Predappio, Italia, 29 Juli 1883 itu dijatuhkan oleh Dewan Besar yang ironisnya dibentuk oleh Mussolini sendiri. Keputusan Mussolini untuk menyokong sahabatnya Adolf Hitler dalam Perang Dunia II tidak membawa hasil yang baik. Mussolini dituding bertanggung jawab atas kehancuran Italia pasca perang.

Mussolini nampak sudah kehilangan cengkeramannya. Kehancurannya ini juga didukung oleh berbagai media di Italia. Banyak media menuntut agar kedudukan sang diktator dialihkan ke tangan Raja Italia, Vittorio Emanuele. Di antara semua media itu, sebuah surat kabar yang cukup vokal menentang sang diktator adalah Il Ribelle. Media yang didirikan oleh Teresio Olivelli. Edisi pertama, Il Ribelle yang terbit pada 5 Maret 1944 memuat sajian khusus tentang dua sahabat Olivelli yang dieksekusi Mussolini yaitu Astolfo Lunardi dan Ermanno Margheriti.

Lewat semua rubriknya, Il Ribelle mengangkat topik kemanusiaan dan kehancuran martabat manusia di era Mussolini. Dengan Il Ribelle juga, Olivelli mengritik Mussolini sekaligus mengangkat tema perjuangan. Ia memadukan perjuangan ini dengan pesan-pesan Kristiani.

Olivelli paham, bahwa kehancuran Italia murni karena fasisme yang tidak berakar moral Kristiani. Sayang perjuangan Olivelli berakhir setelah ia ditangkap dan dijebloskan dalam Kamp Hersbruck. Ia dibunuh karena dianggap terlalu dalam mencampuri urusan Mussolini.

Manusia Kamp
Kelahiran Bellagiio, Como, Italia, 7 Januari 1916 ini ditangkap partisan Mussolini karena sikap kritisnya terhadap pemerintahan fasisme. Saat itu usianya 23 tahun, terjadi deportasi besar-besaran orang Yahudi. Ia menentang orang-orang yang menyatakan diri tunduk pada Republik Sosial Italia tahun 1943.

Atas alasan inilah, ia ditahan dan dideportasi ke Innsbruck, Austria pada 9 September 1943. Namun, ia berhasil melarikan diri dan menetap di Milan. Sebentar menghirup kebebasan, ia ditangkap lagi pada 27 April 1944 dan dipenjarakan di San Vitore.

Di sini ia malah menjadi orang yang disegani karena pesan-pesan moral yang disampaikan. Pria yang pernah terjun di Perang Saudara Spanyol tahun 1936 ini dipindahkan ke Fossoli. Pada 11 Juli 1944, namanya masuk dalam daftar 70 tahanan yang akan ditembak mati. Lagi-lagi, ia melarikan diri namun kembali ditangkap dan dipindahkan ke Penjara Bolzano, Agustus 1944.

Di Bolzano, Olivelli dipindahkan karena Bolzano bukan penjara “super maximum security”. Sebulan kemudian ia dipindahkan ke Kamp Konsentrasi Flossenbürg, Jerman. Di kamp ini, ia banyak membantu orang-orang Kristen yang meninggal dalam ketentraman. Ia mendoakan mereka yang sakit dan memeluk mereka hingga akhir hayat.

Sayang Kamp Flossenbürg juga tak bisa menampung tahanan yang makin banyak. Olivelli kemudian dipindahkan bersama lima ribu tahanan ke kamp cabang yaitu Kamp Hersbruck, kota kecil di Franconia, Bavaria, Jerman. Di sini, banyak tahanan menyebut Olivelli “kinder von edlem Herzen”, ‘anak berhati mulia’. Selama rezim Nazi, di Hersbruck terdapat sekitar 10 ribu tahanan dan empat ribu di antaranya meninggal karena kelaparan, penindasan, dan pembunuhan. Mereka hidup dengan menunggu kapan giliran mereka dibunuh. Setiap hari dilalui dengan perjuangan dan siksaan.

Olivelli menyaksikan banyak fasilitas penyiksaan seperti ruang gas, Rumah Krematorium dengan tungku pembakaran mayat, dan alat siksa beraliran listrik. Ribuan mayat ditumpuk tiap hari sehingga orang harus menggunakan tangga untuk meletakkan mayat di bagian teratas. Serdadu Jerman sama sekali tidak mau berbicara dan mukanya kelihatan seram. Jika ada kejadian yang tidak menyenangkan, mereka melampiaskannya pada tawanan. Para tahanan dipaksa kerja bak kuli tanpa bayaran, dengan jeda istirahat yang sangat sedikit. Mereka memasang pagar kawat berduri, mengangkat semen, batu bara, dan lainnya.

Hati putra sulung pasutri Domenico Olivelli dan Clelia Invernizzi ini miris menyaksikan penderitaan para tahanan. Ia kerapkali membagikan jatah makannya untuk tahanan lain yang lemah. Tak ketinggalan, ia merawat luka mereka. Ia menghibur dan menguatkan hati mereka. “Anda di sini bukan keinginan kalian, tetapi rencana Tuhan. Anda berjuang agar tanah airmu tenteram. Anda harus kuat agar pusakamu berkibar,” ujarnya menguatkan.

Saat dipenjara di Hersbruck ini juga, Olivelli bertemu jurnalis Katolik ternama Beato Edoardo Focherini (1907-1944). Edoardo menghibur Olivelli hingga menutup mata. Olivelli meninggal karena cedera yang dideritanya akibat membela seorang tahanan Ukraina dari siksaan tentara Nazi. Dia ditendang di perut dan dipukuli sebanyak 25 kali. Jenazahnya dikremasi di Krematorium Hersbruck. Ia meninggal dalam usia 27 tahun tanggal 17 Januari 1945.

Aktivis Keadilan
Olivelli seorang yang taat pada iman Katolik. Ia belajar dari pamannya, Pastor Rocco Invernizzi, Kepala Paroki Tremezzo, Lombardy, Italia tentang kedisiplinan hidup rohani. Ia sempat mengenyam pendidikan Bahasa Latin dan Jerman di Sekolah Ghislieri Pavia, Italia tahun 1926 tapi kemudian pindah ke Mortara dan Vigevano. Kesalehan hidup kristianinya ini membuat ia tidak pernah melewatkan pengakuan dosa dan menerima Ekaristi di Paroki San Lorenzo, Pavia.

Ketika mahasiswa, Olivelli terlibat dalam organisasi-organisasi seperti Federasi Mahasiswa Katolik Italia (Federazione Universitaria Cattolica Italiana /FUCI). Dalam organisasi ini, ia berkenalan dengan beberapa tokoh ternama seperti Aldo Moro (presiden FUCI, 1939-1942), Giulio Andreotti (1942-1944), Francesco Cossiga (mantan Perdana Menteri dan Presiden Italia 1979-1992), serta Beato Pier Giorgio Frassati (1901-1925).

Selama masa studinya, Olivelli dikenal cerdas. Di saat umurnya masih 20 tahun, ia sudah menjadi asisten dosen bidang Hukum Administrasi di Universitas Turin tahun 1936. Ia menjadi pemenang beberapa kompetisi menulis esai. Terakhir kompetisi di Trieste dalam bidang oratorik dengan esai berjudul Antara Martabat Manusia dan Ras. Ia diminta menjadi penulis hebat terkait isu-isu sosial, politik, hukum. Karya-karyanya ini tak lain memuat pesan moral demi perbaikan martabat warga Italia yang lebih baik.

Proses beatifikasi Olivelli dimulai Keuskupan Vigevano, Italia dan diresmikan oleh Uskup Emeritus Vigevano, Mgr Mario Rossi (1914-1988) tanggal 29 Maret 1987. Proses ini dilanjutkan oleh Mgr Giovanni Locatelli. Kemudian pada 19 Januari 1988, Paus Yohanes Paulus II (1920-2005) secara resmi menerima proses pengesahan beatifikasi Olivelli
dari Komisi Penggelaran Kudus Vatikan. Paus yang sama memvalidasi proses ini pada 27 Maret 1992.

Paus Fransiskus mengonfirmasi proses pengangkatan Olivelli dari venerabilis menjadi beato pada 16 Juni 2017. Ia dibeatifikasi pada 3 Februari 2018 di Sport Hall Vigevano oleh Prefek Komisi Penggelaran Kudus Vatikan, Kardinal Angelo Amato SDB.

Kini sebuah jalan dan taman di Vigevano, Italia diberi nama Beato Teresio Olivelli. Sebelum perayaan beatifikasi relikwi Beato Olivelli dalam bentuk rambut dan beberapa urai jenggotnya dibawa mengelilingi Keuskupan Vigevano oleh Diego dan seorang bekas tahanan di Hersbruck-teman Olivelli, Venanzio Gibillini.

Olivelli adalah sosok yang dipuji karena dari mulutnya keluar kebenaran Tuhan. Ia selalu berada di sisi mereka yang lemah. Ia dibunuh karena menempatkan Injil di atas kepentingan ideologi dan politik.

Yusti H. Wuarmanuk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here