Belajar Demokratis, Datanglah ke ATMI

793
Diskusi buku Romo Casutt di Kudus, Jawa Tengah pada Rabu (1/8/2018) diadakan dalam rangka menyambut pesta emas Politeknik ATMI Surakarta. Tampil sebagai pembicara, dari kiri, adalah Primadi (Djarum Foundation), Hermawan (Direktur PT ATMI Solo), Sutimin (alumnus ATMI Surakarta), A. Bobby Pr (penulis buku Romo Casutt), dan Fakhrudin (Kepala Sekolah SMK Wisudha Karya). [Dok. Politeknik ATMI Surakarta]
4/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com Waktu itu menjelang sholat Jumat. Sutimin, instruktur Politeknik ATMI Surakarta masih di dalam kampus. Direktur ATMI saat itu, Pastor J. Casutt S, mendekatinya. “Loh, kamu masih di sini? Kenapa belum sholat? Beliau sejak awal sudah tahu saya muslim,” kenang Sutimin mengingat peristiwa pada paruh tahun 1990-an.

Hal itu disampaikan Sutimin dalam diskusi buku berjudul Romo Casutt SJ: Membangun Pendidikan Vokasi dalam Senyap di Kudus, Jawa tengah, Rabu, 1/8/2018.  Selain Sutimin tampil sebagai pembicara adalah Kepala Sekolah SMK Wisuda Karya Fakhrudin, Direktur PT ATMI Solo Hermawan, Djarum Foundation, Primadi, dan penulis buku Romo Casutt, A. Bobby Pr.

Diskusi yang dimoderatori oleh Budi Pras ini dihadiri oleh sekitar 200 peserta dari kalangan industri, guru-guru SMK, dan alumni ATMI. Sebelum di Kudus, buku ini telah didiskusikan di lima kota yaitu di Jakarta, Kediri, Surabaya, Bandung, dan Cikarang.

Buku Romo Casutt ini diterbitkan dalam rangka menyambut pesta emas ATMI Solo, nama lain dari politeknik ini. Pastor kelahiran Swiss ini menjabat sebagai direktur ATMI Surakarta periode 1974-2000. Kemudian mendirikan Politeknik ATMI Cikarang dan menjadi direkturnya pada 2003-2004. Pria yang lahir 30 Oktober 1923 ini wafat pada 24 Agustus 2012 dan dimakamkan di Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah. Di tangan Romo Casutt, ATMI Solo berkembang dengan pesat. Lulusan ATMI selalu menjadi incaran dunia industri.

Lebih lanjut Sutimin mengungkapkan, Romo Casutt sangat perhatian kepada semua yang menjadi tanggung-jawabnya. Baik kepada siswa, instruktur, karyawan, alumni, peralatan, dan mesin-mesin yang ada di ATMI. Dari pengamatan Sutimin, Romo Casutt paling sayang kepada para mahasiswa. “Romo Casutt akan menegur kalau ada tiga instruktur di kantor. Buat Romo kalau instruktur itu harus di bengkel mendampingi mahasiswa dengan intensif. Mahasiswa jangan dibiarkan belajar sendiri. Itu yang saya tangkap dari pengertian optimalisasi sumber daya manusia dari Romo Casutt,” ujar pria yang menjadi instruktur setelah lulus ATMI tahun 1986.

Sutimin juga melihat, Romo Casutt tidak pernah membeda-bedakan mahasiswa atau karyawan berdasarkan agamanya. Semuanya sama. “Romo Casutt itu hadir di ATMI bukan untuk membaptis orang jadi Katolik tapi menjadi pendidik yang baik. Maka kalau mau belajar demokratis, ya, datang ke ATMI. Bukan ke partai politik,” tambahnya.

Sebelum banyak orang bicara mengenai optimalisasi, Romo Casutt tidak bisa melihat ada mesin yang menganggur. Bila terjadi maka dia akan menanyakan penyebabnya. “Kalau mesin rusak maka harus segera dibetulkan. Seorang manajer pun bisa berangkat dengan sepeda motor untuk membeli spare part yang harus diganti tanpa harus menunggu orang lain yang melakukan”.

Menurut Sutimin, Romo Casutt menekankan tiga keterampilan dalam kepemimpinannya. Yaitu terampil di otot, otak, dan hati. Proses ketrampilan ini terbentuk dalam proses kerja mengikir yang dilakukan oleh mahasiswa. Oleh karena itu Sutimin melihat mengikir bukan sekedar memberikan ketrampilan teknik tetapi merupakan proses pembentukan karakter siswa.

Secara khusus uraian Sutimin tentang filosofi mengikir disampaikan dalam bentuk video yang dipresentasikan sebelum sambutannya.

Lima Pilar
Sependapat dengan Sutimin, Bobby mengungkapkan tugas mengikir menjadi sarana pendidikan karakter bagi mahasiswa untuk memiliki nilai-nilai kedisiplinan, kerja keras, tanggung jawab, inovatif dan kejujuran. Pada saat praktik, mahasiswa tingkat awal membentuk logam keras sesuai dengan ketentuan yang diberikan dengan menggunakan kikir.

Proses pengerjaan itu bukan hanya dilakukan satu dua kali tetapi bisa ratusan atau ribuan kali. “Lewat proses inilah, karakter lulusan ATMI memiliki keunggulan untuk masuk ke dunia industri. Hasilnya lulusan ATMI diminati oleh banyak perusahaan,” ujar penulis buku biografi ini.

Sebagian peserta diskusi buku Romo Casutt SJ. Para peserta terdiri dari kalangan industri, guru-guru SMK, dan alumni ATMI. [Dok. Politeknik ATMI Surakarta]
Keunggulan ini diakui oleh Primadi dari Djarum Foundation. Djarum sebagai perusahaan kretek, banyak menyerap lulusan ATMI sebagai tenaga kerjanya. Sistem pendidikan di ATMI kemudian ditiru oleh Djarum Foundation dalam membantu pengembangan pendidikan vokasi “Nah, saya mengakui bahwa saya meng-copy pendidikan di ATMI untuk melakukan pembinaan SMK-SMK,” ujar pria yang menyebut SMK sebagai sekolah mengentaskan kemiskinan.

Sementara Hermawan melihat proses pendidikan di ATMI yang menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, kerja keras, tanggung jawab, inovatif dan kejujuran adalah warisan Romo Casutt yang akan terus dijaga. “Kelima pilar yang disampaikan Romo Casutt ini kita lakukan dalam konteks teori dan praktik sehari-hari”.

 

Misgi Adi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here