Antara Orangtua dan Pacar

229
4.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Kami berpacaran dengan Jos, sejak 2006. Dia beragama Katolik. Awalnya kami berpacaran jarak jauh, sekarang dekat. Dia sering mengajak saya berdoa di gerejanya. Dia bukan berasal dari keluarga berada, dan selama ini saya banyak membantu materi untuk mendukung bisnisnya. Ketika dia punya uang iapun mengembalikannya.

Saya sadar, saya suka curiga dan cemburu. Sudah berulang kali saya mencoba memperbaiki. Kami jarang pergi bersama dan komunikasi kami sangat buruk. Orangtua saya tidak setuju karena alasan suku.

Dia berusaha untuk tidak mengeluh. Tapi jika emosinya terpancing semua keluhannya keluar. Jika ia mau memperbaiki cara berkomunikasi, saya ingin melanjutkan hubungan ini. Saya sadar ini sulit karena orangtua saya tentu tidak setuju, dan bisa jadi ada pertengkaran di antara kami. Apakah cinta saya ini buta? Apa yang harus saya lakukan?

JJ, Bandung

Saudari JJ yang terkasih, salam sejahtera dan salam kenal. Saudari JJ, apapun yang terjadi dalam diri Anda, pertama dan utama diri Andalah yang bertanggung jawab. Apalagi Anda, individu dewasa, yang tentunya sudah lebih mampu menghadapi segala hal. Namun, bila dipendam sendiri padahal belum terselesaikan, masalah bisa menimbulkan kecemasan, stres dan depresi.

Berdasar masalah yang Anda ceritakan, coba kita mengintrospeksi terlebih dulu, apakah jalan yang Anda tempuh sudah benar. Kita awali dari keluarga. Nampaknya orangtua belum menyetujui, sedangkan Anda tetap berpacaran dengannya sejak 2006. Berarti sudah sekitar tujuh tahun Anda backstreet. Padahal hubungan Anda pun tidak selalu mulus, banyak rintangan dan kerikil-kerikil. Apalagi terkait dengan komunikasi yang merupakan hal vital dalam hubungan dengan orang lain. Anda juga tidak bisa mengemukakan masalah ini ke orangtua.

Memang, secara umum sikap Anda dalam berpacaran kurang tepat, karena restu orangtua adalah hal yang penting. Restu orangtua merupakan kunci untuk ketenangan, kedamaian dan keteguhan dalam menjalankan hubungan ‘pacaran’. Maka, inilah yang utama harus Anda pikirkan. Anda bisa berbicara baik-baik dengan orangtua. Dan, yang terpenting menunjukkan bahwa hubungan Anda dengan pacar juga baik. Berikan gambaran kepada orangtua bahwa kehidupan Anda juga akan baik bila bersama dengannya. Tentu, Anda sendiri harus memperbaiki hubungan Anda dengan pacar. Untuk itu, ada tujuh langkah yang dapat dilakukan:

Pertama, Anda perlu instrospeksi untuk dapat memahami hal baik atau sifat buruk pacar Anda, sehingga Anda pun bisa berpikir dengan kepala jernih. Ini menjadi pertimbangan untuk melanjutkan masa pacaran atau tidak. Intropeksilah berdasar pengalaman Anda.

Kedua, jika tetap melanjutkan pacaran, Anda harus berpendapat bahwa komunikasi merupakan kunci utama dalam hubungan. Pasti, Anda sudah memahami kebiasaan-kebiasaan pacar Anda. Cari waktu yang tepat untuk dapat mengkomunikasikan segala hal dengan enak tanpa saling curiga.

Ketiga, jika komunikasi sudah lebih lancar, cobalah saling menguatkan dan mendewasakan pribadi, untuk lebih berpikir dewasa dan mengarah ke masa depan. Bukan hanya pacaran, hubungan Anda harus sudah diarahkan untuk membentuk keluarga seumur hidup.

Keempat, saling percaya dengan pasangan, lebih menguatkan kepercayaan diri pasangan, saling mengasihi tidak hanya mencintai. Sehingga, bisa saling berbagi dan tidak merasa dimanfaatkan oleh pasangan dan juga harus ada usaha untuk mengembangkan diri.

Kelima, hargailah usaha apapun yang sudah dilakukan pasangan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri, baik yang berkaitan dengan materi atau non materi.

Keenam, saling menghormati sifat masing-masing. Bukan memaksakan keinginan kepada pasangan, namun saling menyesuaikan diri dan melengkapi. Maka berkomunikasi dengan lancar, saling terbuka dan saling percaya akan memperlancar mencari solusi.

Ketujuh, serahkan semua kepada Tuhan. Demikian Saudari JJ, semoga saran saya dapat menjadi solusi dalam tindakan penyelesaian masalah Anda. Pesan saya adalah: Jangan tinggalkan orangtua Anda pada tindakan yang akan anda lakukan! Semoga, Tuhan selalu menyertai usaha Anda.

Emiliana Primastuti

HIDUP NO.22, 1 Juni 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here