Formasi Rohani yang Mumpuni

899
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Selain menjadi pelayan liturgi, menjadi Putri Sakristi adalah kesempatan untuk mendapat formasi rohani. Kesempatan untuk mendewasakan iman.

Mereka dikenal dengan sebutan “Putri Sakristi”. Di beberapa paroki di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Putri Sakristi menjadi salah satu bentuk pelayanan liturgi. Karena namanya “sakristi” ini, maka locus pelayanan mereka dikaitkan dengan “sakristi”. Di tempat ini, segala persiapan untuk Misa dilakukan. Di sakristi, imam dan pelayan liturgi, bersama mempersiapkan segala yang dibutuhkan dalam Misa, termasuk mempersiapkan hati.

Putri Sakristi lahir dari kebutuhan umat di masing-masing paroki. Di beberapa paroki KAJ, Putri Sakristi mengambil peran semi Putra Altar. Mereka juga bertugas sebagai penjaga tata tertib. Saat komuni, Putri Sakristi membawa lilin atau lentera untuk menjaga prodiakon. Mereka bertugas memperhatikan umat.

Meski tugasnya beragam, ini tidak dijadikan suatu ukuran. Di setiap paroki, tugas mereka bisa saja berbeda. Selain itu juga dipengaruhi histori yang melatarbelakanginya, salah satunya yaitu budaya dan spiritualitas yang dibawa dari tarekat-tarekat yang berbeda.

Di Sakristi
Banyak yang pernah mendengar istilah Putri Sakristi. Namun, tentu ada juga yang masih bertanya, apa sesungguhnya tugas dan bentuk pelayanan para remaja putri ini di dalam Gereja? Tak hanya sekadar melayani Misa, bergabung dalam Putri Sakristi menjadi kesempatan bagi anggotanya untuk mendapat formasi rohani yang mendewasakan iman.

Pastor Hieronymus Sridanto Aribowo menjelaskan, tugas utama seorang Putri Sakristi adalah membantu pelayanan liturgi di luar altar. Sehingga dalam menjalankan tugas mereka tidak berada di sekitar altar.

Terkait pendidikan Putri Sakristi, Pastor Danto panggilan akrab Pastor Hieronymus Sridanto Ariwibowo, mengungkapkan pentingnya penekanan pada pelatihan dasar spiritualitas. Ia mengingatkan bahwa dalam melayani, seorang Putri Sakristi tidak semata-mata tampil untuk dilihat orang, dipuji, dan lain sebagainya. Tetapi yang paling penting itu adalah melayani Tuhan. “Ini yang sering kali kurang dalam. Ini juga menimbulkan persaingan dalam bertugas. Ada kecenderungan memilih jadwal bertugas mengincar pada saat perayaan-perayaan besar saja,” ujar ketua Komisi Liturgi KAJ.

Pastor Danto mengatakan, sebagi remaja, para putri ini sepantasnya mendapatkan perbekalan yang mumpuni. Hal ini juga bisa disinergikan dengan seksi kepemudaan, yang mungkin memiliki modul bagaimana menghadapi anak remaja, juga dengan seksi keluarga.

Dari segi penampilan Putri Sakristi, Pastor Danto mengemukakan, sejauh seseorang menjadi pelayan liturgi, berhadapan dengan umat, keluar dari sakristi, maka ia harus mengenakan busana liturgi. Sesuai dengan dokumen umum pedoman Roma, bahwa seluruh pelayan liturgi sebaiknya mengunakan busana liturgi. Busana Liturgi yang pantas yaitu mengenakan alba dan singel, yaitu jubah putih dengan tali putih yang digunakan untuk mengikat pinggang.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang Putri Sakristi. Pastor Danto menyebutkan, pertama, mereka harus sudah menerima Sakramen Baptis. Dengan dibaptis, memungkinkan sesorang melakukan pelayanan. Kedua, seharusnya sudah menerima Sakramen Komuni Suci. Tak dirasa cukup sampai di situ, ketiga, idealnya ia juga harus sudah menerima Sakramen Penguatan. Karena sakramen ini adalah yang memampukan sesorang untuk bisa menjadi saksi Kristus dan dewasa secara iman. Sebagai pelayan, Putri Sakristi akan memberikan kesaksian imannya akan pelayanannya. Bukan hanya di dalam gereja, di luar, ia akan menjadi “public figure” yang dilihat orang dengan perilakunya.

Setelah melalui proses perekrutan, pelatihan, pelantikan, dan perutusan, Pastor Danto berharap para Putri Sakristi bisa menjadi pribadi yang berkarakter. Baik iman, pribadi, religius, sosial, emosi dan sebagainya. Ketika masanya, mereka dapat menjadi pemimpin, baik untuk Gereja maupun masyarakat. “Pemimpin yang melayani tentu saja.”

Terus Didampingi
Putri Sakristi dalam melayani tentu saja tetap mendapat pendampingan. Terutama karena para Putri Sakristi ini adalah remaja yang juga sedang mencari jati diri. Pendamping Putri Sakristi Paroki St Arnoldus Janssen Bekasi, Veronica Subini mengatakan, terdapat penurunan secara kuantitas. Antara lain karena domisili yang berpindah, atau sang anak memiliki kegiatan lain di luar Gereja.

Vero harus memutar otak untuk menarik minat dan mengembalikan semangat remaja putri ini. Kegiatan menarik seperti olah raga, berkesenian, dan kor turut ditambahkan demi mengurangi kepenatan anggota. Ia juga menambahkan ada orang tua yang begitu perduli sehingga turut mendampingi para remaja ini dalam bidang musik. “Saya harap Putri Sakristi khususnya menjadi wadah panggilan subur bagi para calon suster. Semakin percaya diri, bermartabat, baik di dalam gereja, di rumah, dan masyarakat,” tutup Vero.

Pendampingan dengan melakukan kegiatan di luar pelayanan juga dilakukan Paroki St Maria Diangkat ke Surga Katedral Jakarta. Anggota Dewan Paroki Harian Paroki Katedral Angeline Sulistianti A. Saputro menjelaskan, untuk menambah wawasan Putri Sakristi, setiap Juni, mereka mengikuti retret atau sekadar pergi wisata. “Kita sering juga mengadakan kegiatan-kegiatan lain, nonton bareng, lari pagi, untuk merangkul mereka dan agar mereka tidak jenuh,” ungkap Sulis.

Putri Sakristi di Paroki Katedral dilatih dan dibimbing agar selalu menghormati dan menjaga sikap terutama saat bertugas. Sulis berharap kebiasaan itu dibawa keluar di kehidupan mereka sehari-hari, di keluarga, lingkungan, serta membawa nilai positif di sekitarnya.

Dukungan Penuh
Kepala Paroki Katedral, Pastor Hani Rudi Hartoko SJ sangat mendukung keberadaan Putri Sakristi. Namun, ia tak menampik jika selama ini pembinaan remaja di Katedral memang agak terabaikan. Paroki tidak memiliki Bina Iman Remaja secara khusus. Putri Sakristi melengkapi wadah pembinaan remaja putri melalui pelayanan mereka.

Pastor Hani menjelaskan, tugas Putri Sakristi di parokinya terkait dalam persiapan Perayaan Ekaristi yaitu mempersiapkan peralatan Misa: menata piala, mengisi sibori-sibori dengan hosti untuk Misa, busana liturgis imam. Tugas pelayanan mereka melengkapi tugas yang tidak diampu oleh Putra Altar selama Perayaan Ekaristi.

Bagi Pastor Hani, yang menarik dalam pembinaan Putra Altar dan Putri Sakristi adalah peran para senior yang mendampingi adik-adiknya untuk dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. “Masa pelayanan mereka sesudah anak Komuni Pertama atau sesudah Krisma, sampai akhir kelas 3 SMA. Sesudah kelas 3 mulai didorong untuk konsentrasi persiapan ujian akhir dan beralih pembinaan ke OMK,” tuturnya.

Pastor Hani menjelaskan, kegiatan pembinaan Putri Sakristi di parokinya akan semakin ditingkatkan dan mengembangkan pula bakat-bakat serta talenta mereka. Oleh karena itu kegiatan tidak melulu seputar sakristi dan tugas. Tetapi ada juga kegiatan olahraga, retret, rekoleksi, rekreasi, dan lainnya. “Kami juga mau mendampingi agar anak-anak bertumbuh pula dalam aspek feminitas yang wajar, maka kami mohon bantuan ibu-ibu pendamping untuk memberi pembinaan tentang hal tersebut.”

Marchella A. Vieba

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here