Paroki St Lukas Temindung Samarinda: Bukan Kor Biasa

1004
Gereja St Lukas Temindung Samarinda dalam sebuah Perayaan Liturgi. [Dok. Pribadi]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com Kegiatan kor menjaga mereka untuk tetap saling memiliki.

SAYUP-sayup terdengar alunan musik dari balik tembok putih gereja St Lukas Temindung Samarinda. Warna-warni suara bertalu-talu di dinding gereja. Kumpulan wajah dari Sabang sampai Merauke tercermin dalam tiap-tiap kelompok kor di gereja ini.

Sepulang kerja dan sekolah umat tanpa menyiratkan letih datang mengikuti latihan rutin. Hanya wajah penuh gairah sambil memegang teks lagu misa di kedua tangan yang ditemukan pada malam itu. Lembar demi lembar partitur lagu di sapu habis oleh tim kor yang bertugas untuk Misa Minggu itu.

Malam itu, mereka pulang dengan hati riang. Fajar pun menyingsing di ufuk timur. Tim anggota kor sudah bersiap sedia sebelum cahaya mentari pagi menyambangi kaca rumah mereka. Setibanya di gereja, beberapa orang sibuk mengecek pelantang suara yang akan digunakan.

Beberapa orang lagi menyiapkan teks lagu yang akan digunakan. Hanya beberapa jam semenjak berpisah dengan tempat koor ini, bangku sudah penuh terisi kembali. Gurat lelah tak tampak dalam wajah mereka, hanya tersungging senyum sehangat mentari.

Setiap Minggu pagi pada Misa pukul 06.00 pagi suara indah kor dari berbagai lingkungan selalu mengiringi Misa Kudus. Tidak pernah Misa pagi dilangsungkan tanpa nyanyian dari kor. Suara merdu mereka selalu memecah keheningan pagi dan meninggalkan syahdu dalam hati tiap umat.

Pastor Paroki St Lukas, Pastor Petrus Prillion Ibardabouth Binseng MSF mengungkapkan, semangat inilah yang tidak dimiliki paroki lain. Seluruh lingkungan bertanggung jawab dan semua latihan di gereja tiap malam.

Pastor yang akrab disapa Pastor Ion ini pun bercerita bahwa kegiatan kor tidak hanya berhenti di paroki, tetapi juga merambah sampai ke tujuh stasi yang diasuh Paroki St Lukas. Pelayanan misa di tiap stasi hanya dilayani oleh pastor satu kali dalam sebulan.

Tiga minggu lainnya dilayani oleh prodiakon. Tidak berhenti hanya pada pelayanan Misa semata, Pastor Ion selalu mendorong umat paroki untuk sering berkunjung ke stasi. Menjalin keakraban di sana. Kebijakan barunya juga meminta tiap lingkungan untuk mengadakan syukuran ulang tahun lingkungan di stasi.

“Jadi mereka bawa makanan semua di stasi. Mereka kor di sana,” tuturnya. Tujuannya tidak lain adalah untuk membina keakraban dan merawat persaudaraan hingga mampu terjalin komunikasi yang baik. Pastor Ion melanjutkan, “Tidak ada gap lagi di antara mereka.”

Percikan semangat kor umat Paroki St Lukas juga dapat betul dirasakan saat gereja yang diresmikan pada tanggal 15 Mei 1985 ini diterpa banjir. Selama enam tahun bertugas di paroki ini, Pastor Ion telah mengalami empat kali banjir.

Salah satu peristiwa banjir yang paling berkesan terjadi tepat di peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2017. Air bewarna coklat setinggi mata kaki menggenangi halaman gereja. Walaupun banjir menghadang, tak menyurutkan langkah umat menghadiri Upacara dan Misa syukur 17’an di gereja.

Tim kor yang telah jauh-jauh hari mempersiapakan juga tak patah arang. Hadirnya tantangan kecil ini justru membakar semangat mereka untuk bertugas. Suara mereka tetap merdu membahana walaupun kaki digenangi air.

“Peristiwa ini sangat menyenangkan karena kebersamaan sangat terasa ditengah musibah itu,” kata putra Dayak asal Kalimantan Tengah itu.

Ia berharap, paroki yang telah menjadi miniatur kecil Indonesia di mana umatnya beragam ini tetap menjaga kebersamaan karena kekuatan itu terletak pada kebersamaan. “Kegiatan kor menjaga mereka untuk tetap saling memiliki,” tandasnya.

 

Felicia Permata Hanggu
Laporan: Marchella A Vieba

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here