Pastor Joseph Ferry Susanto : Kitab Suci itu Asyik!

1088
Pastor Joseph Ferry Susanto.
[NN/Dok.Pribadi]
4.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – “Datanglah, jangan takut, belajarlah Kitab Suci bersama di bawah bimbingan Roh Kudus!”

Satu hal yang patut disyukuri di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) adalah semakin bertumbuhnya kecintaan dan ketertarikan umat terhadap Kitab Suci akhir-akhir ini. Daya pertumbuhan itu terasa sudah mulai berkembang bahkan berbuah baik. Hal itu ditandai dengan semakin banyaknya gerakan-gerakan membaca Kitab Suci dalam berbagai macam media, termasuk pewartaan Kitab Suci melalui media sosial seperti Gerakan Ayo Baca Alkitab (ABA), Komunitas Verbum Domini (KVD), Ayo Perdalam Alkitab (APA), Fresh Juice, Woman Gospel, munculnya aneka Pendalaman Al kitab, seminar-seminar Kitab Suci, dan masih banyak lagi. Di samping itu, hal lain yang juga membanggakan adalah dibukanya Kursus Pendidikan Kitab Suci (KPKS) cabang Tangerang-BSD untuk melengkapi KPKS Santo Paulus di Tebet, Jakarta Selatan.

Firman Allah yang telah ditabur itu kini bergerak secara dinamis di hati umat seiring dengan gerak hidup menggereja di KAJ. Sudah banyak umat yang mengalami hidupnya terbantu setelah memberanikan diri membaca dan menghayati Kitab Suci secara pribadi maupun secara kelompok. Dengan kata lain, bersama Kitab Suci iman umat semakin bertumbuh, berkembang, dan berkualitas karena ditemani dan dibimbing oleh Terang Firman Tuhan, sebagaimana yang tertuang dalam Kitab Suci.

Gerakan Bersama
Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) yang diadakan setiap Bulan September adalah sebuah kesempatan bagi umat Katolik di Indonesia untuk secara bersama-sama membaca Kitab Suci mulai dari usia anak-anak, remaja, sampai lansia. Menumbuhkan kebiasaan membaca Kitab Suci di tengah umat Katolik memang bukan perkara mudah.

Ada sejumlah alasan yang bisa disebutkan yang perlu dicarikan jalan keluar yang strategis, inovatif, serta berdampak pastoral yang baik. Kesulitan demi kesulitan akan bisa diatasi dengan baik bila kita lakukan secara bersama-sama. Inilah yang disebut sebagai menciptakan sebuah gerakan atau Gereja yang bergerak bersama. Dalam kebersamaan akan tercipta semangat saling membantu, saling mengingatkan, saling mendukung, sehingga terbangunlah sebuah komunitas umat beriman yang mempunyai habitus yang baik dalam membaca Kitab Suci.

Belajar dari BKS KAJ tahun 2017, yang dinilai baik dan menarik oleh sebagian besar umat, maka dalam memilih tema, sub-tema, bahan, serta cara (metode/pendekatan) membaca Kitab Suci di BKS KAJ tahun 2018 ini, kami pun tertantang untuk mencari sesuatu yang sederhana namun bermutu dan aktual untuk umat di Keuskupan Agung Jakarta. Prinsip dasarnya adalah sederhana tetapi tidak “kacangan”, berbobot tetapi tidak “sulit”.

Cara Asyik
Ada 4 (empat) elemen yang menunjang keberhasilan sebuah gerakan dalam membaca Kitab Suci menjadi asyik di KAJ: Pertama, tujuan yang mau dicapai bersama jelas dan dapat dipahami. Sasaran yang ingin kita tuju bersama agar umat KAJ semakin mempunyai habitus (baca:kebiasaan) membaca dan mencintai Kitab Suci. Maka dari itu umat perlu diperkenalkan terlebih dahulu bahwa membaca Kitab Suci itu asyik dan menarik. Setelah itu umat baru bisa diajak untuk mengenal kisah-kisah dalam Kitab Suci, lalu memahaminya dengan lebih baik pula. Setelah itu diharapkan muncullah rasa penasaran sehingga terciptalah dengan sendirinya sebuah habitus untuk mau membaca Kitab Suci, baik sendiri maupun dalam kelompok, lebih dari sebelumnya.

Kedua, pendekatan yang sederhana namun tetap berbobot. Ada begitu banyak cara dalam membaca dan mempelajari Kitab Suci. Namun dalam konteks BKS di tengah umat, diperlukan sebuah pendekatan yang paling sederhana namun tidak murahan atau asal-asalan. Sebuah metode bisa dikatakan sederhana bila mudah dipahami oleh sebagian besar umat yang ikut serta dalam gerakan ini, bahkan oleh umat pemula dan remaja awal yang belum pernah mengikuti kursus Kitab Suci sekalipun. Tantangan dalam hal ini adalah bagaimana kita dapat menyerderhanakan bahan-bahan yang oleh banyak orang dikatakan sulit bahkan tidak menarik, dengan membahasakannya secara sederhana namun asyik.

Ketiga, tema-tema Menarik dan aktual. Perlu disadari bahwa Gereja Katolik yang satu, kudus dan apostolik itu memiliki “garis komando” yang jelas. Dimulai dari diri kita pribadi, keluarga, lingkungan, wilayah, paroki, dekenat, keuskupan sampai ke Gereja universal. Maka dari itu gerakan membaca Kitab Suci entah dalam level apapun harus mendukung gerakan Gereja lokal yang disebut Gereja Keuskupan.

Gereja Keuskupan Agung Jakarta telah mencanangkan tahun 2018 ini sebagai Tahun Persatuan dengan tema tahunan: Amalkan Pancasila: Kita Bhineka, Kita Indonesia. Dalam Arah Dasar KAJ tahun 2016-2020, Bunda Gereja mengajak seluruh umat di KAJ untuk mengamalkan Pancasila sebagai dasar yang mengikat seluruh bangsa Indonesia. Di sini sangat tampak perjuangan Gereja Katolik KAJ untuk semakin terlibat dan berperan aktif dalam menopang perjuangan berbangsa secara positif dan arif. Suka cita, perjuangan, keprihatinan Bangsa Indonesia juga termasuk suka cita, perjuangan dan keprihatinan kita umat Katolik KAJ, sebagai bagian dari kehidupan berbangsa.

Maka sebagaimana yang telah direncanakan dan dicanangkan oleh KAJ, kita akan menggali dan memaknai Sila Ketiga Pancasila: Persatuan Indonesia. Komisi Kerasulan Kitab Suci, sebagai salah satu tonggak kehidupan menggereja di KAJ bermaksud untuk ikut dalam arus gerakan KAJ. Persatuan bisa tercipta bila setiap pribadi mampu menyadari perbedaan-perbedaan yang ada antara dirinya, keluarganya, kelompoknya, sukunya golongannya, agamanya, dengan orang-orang di sekitarnya. Lawan dari persatuan adalah sikap memecah belah, saling membenci, curiga, acuh tak acuh dengan orang atau kelompok yang dianggap berbeda. Konflik yang terjadi di dalam rumah tangga, persahabatan, antar tetangga, dalam pelayanan, dalam gerak paroki sampai dalam tataran kehidupan berbangsa akhir-akhir ini dirasakan semakin meruncing dan memanas. Dibutuhkan sebuah oase yang mendamaikan, yang membuat kepala kita menjadi dingin dan hati kita menjadi bijak.

Keempat, mudah diterapkan. Pendekatan narasi adalah salah satu pendekatan atau metode membaca Kitab Suci yang paling digemari saat ini. Pendekatan narasi mengajak pembaca Kitab Suci untuk menikmati apa yang dibaca, menangkap suara Tuhan dan pesan moral yang hendak disampaikan oleh cerita-cerita dalam Kitab Suci. Biasanya pendekatan narasi berfokus pada tokoh (karakter), entah relasinya, konfliknya, serta penyelesaian konfliknya yang tercipta dalam setiap cerita.

Pembaca diajak untuk melihat transformasi dari setiap tokoh, sejak tokoh itu diperkenalkan di awal sampai bagaimana tokoh itu digambarkan di akhir cerita. Diharapkan setelah bulan Kitab Suci Nasional selesai, setiap umat dapat mencontoh dan membaca sendiri kisah-kisah teks Kitab Suci yang berbentuk narasi dan dapat menikmatinya.

Daya transformasi yang dialami oleh tokoh-tokoh Kitab Suci sungguhlah dahsyat. Ada suara Allah, rencana dan campur tangan Allah yang bekerja secara tersembunyi di balik kisah-kisah Kitab Suci. Diharapkan para pembaca Kitab Suci dapat terinspirasi dalam arus transformasi itu, mengikuti arahan Firman Tuhan dan menemukan hidup mereka menjadi lebih baik dari pada sebelumnya, khususnya dalam menjaga semangat persatuan dan persaudaraan sejati.

Maka dari itu, kami mengundang semua umat khususnya anak-anak muda dan remaja, untuk ikut menyemarakkan pertemuan-pertemuan di lingkungan-lingkungan. Datanglah, jangan takut, belajarlah bersama di bawah bimbingan Roh Kudus. Semoga Tuhan memberi kita hati yang baru yang mau mengampuni, dan menjadi pejuang-pejuang rekonsiliasi di tengah dunia.

HIDUP NO.35 2018, 2 September 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here