Orangtua Mengapresiasi Festival Mainan Tradisional Indonesia

220
Seorang ibu menemani anaknya bermain congklak di Festival Mainan Tradisional Indonesia, Car Free Day Alam Sutera, Minggu (7/10). [HIDUP/Elisabeth Chrisandra J.T.D.]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com “Kapan terakhir kita ngelihat anak di rumah main congklak?” tanya Bambang Gunadi, Ketua Panitia Festival Mainan Tradisional Indonesia yang digelar di Car Free Day Alam Sutera, Minggu pagi (7/10). Bambang berkata tujuan menggelar festival ini adalah untuk memperkenalkan permainan tradisional Indonesia, “supaya dia juga punya pilihan bermain,” tambahnya.

Festival ini pun mendapat banyak sambutan dan apresiasi dari para orangtua. Sylvie, ibu dari Valerie (3) juga memandang positif festival ini. Ia tak menampik bahwa anak zaman sekarang bersentuhan dekat dengan gawai. “Dengan diadain acara ini, mereka bisa kenal permainan dulu-dulu sebelum ada gadget,” imbuhnya.

“Seru kegiatannya. Acaranya bagus, menarik juga. Untung diadain pas Car Free Day,” puji Elzie, warga Gereja Santa Monika, yang memboyong anaknya Lizbeth (5) ikut serta. Ia pun mengusulkan agar acara semacam ini lebih sering diadakan.

Erdiyanta warga Paroki Santo Laurensius mengajak istri dan kedua anaknya ke festival ini. “Meriah,” ia berkomentar. Erdiyanta juga menyarankan agar acara ini bisa dikemas secara lebih besar lagi ke depannya.

Adapun acara ini adalah hasil kerjasama Forum Komsos Dekenat Tangerang dengan Gudang Dolanan Indonesia, sebuah komunitas yang diprakarsai oleh Endi Aras dengan maksud mendokumentasikan serta melestarikan permainan (dolanan) tradisional Indonesia. “Pak Endi Aras punya koleksi permainan tradisional luar biasa banyak. Dia mau keluarkan gudangnya untuk kita pakai,” jelas Bambang.

 

Elisabeth Chrisandra J.T.D.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here