Provinsi NTT Terpilih Menjadi Tuan Rumah Pesparani Nasional Kedua 2020

4747
Penurunan Bendara Merah Putih saat Misa Penutupan Pesparani I [HIDUP/Yusti H. Wuarmanuk]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com Perhelatan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Nasional perdana telah berlangsung pada 27 Oktober – 2 November 2018 silam, bertempat di Ambon, Maluku.

Penentuan tuan rumah Pesparani kedua, sesuai dengan hasil keputusan dalam Musyarawah Nasional (Munas) LP3KN, dikonsultasikan bersama dengan otoritas Gereja Katolik yakni Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan keuskupan terkait , serta sesuai keputusan dari Kementerian Agama (Kemenag), menetapkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai tuan rumah Pesparani II.

Ketua Umum LP3KN Adrianus Eliasta Meliala, kepada Hidupkatolik.com menyampaikan, alasan utama adalah soal kesediaan dari Pemerintah Daerah (Pemda) untuk menjadi tuan rumah.

Tawaran menjadi tuan rumah telah disampaikan olehnya sejak lama. Adrianus mengungkapkan bahwa ada beberapa provinsi yang ia bidik seperti Sumut (Sumatra Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua.

“Hingga saat Munas kemarin, hanya dua Provinsi yang membawa surat dari Gubernur masing-masing. Untuk NTT, malah ada surat dari DPRD dan surat dari Uskup Kupang (Mgr Petrus Turang, Uskup Agung Kupang-red.),” ungkap Adrianus.

Menyinggung tentang pelaksanaan Pesparani yang semula direncanakan per tiga tahun menjadi dua tahun, Adrianus menerangkan, semata-mata agar tahun pelaksanaan Pesparani dapat berbeda dengan Pesparawi.

Begitu pula dalam penyelenggaraan Pesparawi, Gereja-gereja Kristen juga menyampaikan permohonan yang sama melalui Pemda. “Pemda yang kondisinya tidak kaya, mengeluh. Maka, dengan dipercepat 2020, kita tidak rebutan dengan panitia Pesparawi,” jelas Adrianus. Selain itu diharapkan, animo dari umat yang saat ini sedang tinggi-tingginya dapat tetap tersalurkan.

Banyak pelajaran yang dapat dipetik oleh Provinsi NTT dalam pelaksanaan Pesparani selanjutnya. “Pesparani I Maluku telah menetapkan benchmark (patokan-red.) yang cukup tinggi. Tentu ada kelemahan, meskipun Pesparani pertama sudah amat baik. Hal itulah yang harus dilampaui oleh NTT,” kata Adrianus.

Untuk itu, dukungan pembiayaan dari pemerintah diharapkan lebih besar. Adrianus menambahkan, “Sekarang hanya Rp 12,3 M. Dengan perencanaan yang dapat dimulai sejak dari sekarang, kesuksesan pelaksanaan Pesparani kedua bisa saja terjadi,” pungkas Adrianus.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here