Makna di Balik Busana-Uskup Agung Medan

7165
Uskup Agung Medan (terpilih), Mgr Y.M. Kornelius Sipayung, O.F.M.Cap. [dok.ist.]
4/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Paus Fransiskus telah menunjuk Uskup Agung Metropolitan Medan (Indonesia), Pastor Kornelius Sipayung, OFM Cap., yang saat ini menjabat sebagai Minister Provinsial Medan, pada Sabtu (8/12/2018).

Pastor Kornelius Sipayung, OFM Cap. yang menggantikan Mgr Anicetus Bongsu Antonius Sinaga, OFM Cap., dalam suatu kesempatan sesi foto, telah mengenakan busana uskup dalam beberapa macam.

Baca juga: https://www.hidupkatolik.com/2018/12/08/29930/paus-fransiskus-menunjuk-uskup-agung-metropolitan-medan-yang-baru/

Melalui beberapa foto yang ditampilkan oleh Mgr Kornelius Sipayung, OFM.Cap., kita dapat melihat tradisi busana yang dimiliki gereja Katolik. Sarat makna namun tetap agung dan bersahaja, sebagaimana pesan dari Konstitusi Liturgi Sacrosanctum Concilium.

Dilansir dari laman tradisikatolik (Albert Wibisono), busana uskup dibagi menjadi tiga macam yakni busana liturgis, busana resmi, dan busana sehari-hari.

  1. Jubah Liturgis (Choir Dress-Habitus Choralis)

Busana uskup untuk upacara liturgi gereja, di dalam dan di luar wilayah keuskupannya, adalah jubah ungu setakat mata kaki; sabuk sutera ungu; rochet (jubah) dari linen atau bahan sejenis (warna putih); mozeta (mantol kecil yang menutup pundak, dengan kancing di bagian depan) ungu; salib pektoral (salib dada); dan pileola (topi kecil yang juga dikenal dengan nama solideo) ungu.

Uskup senantiasa mengenakan cincin, simbol kesetiaannya pada dan ikatan sucinya dengan Gereja, pengantinnya.

Uskup Agung Medan (terpilih), Mgr Y.M. Kornelius Sipayung, O.F.M.Cap. mengenakan busana liturgis. [dok.ist.]
Uskup mengenakan busana ini di saat ia bepergian secara resmi ke atau dari suatu gereja, saat ia hadir pada suatu upacara liturgi (termasuk misa kudus dan berbagai pemberkatan) tapi tidak memimpinnya, dan pada saat lain yang ditentukan dalam Caeremoniale Episcoporum.

Saat akan memimpin misa, Uskup yang tiba di gereja dengan busana liturgis di atas akan melepaskan cappa magna (mantol kebesaran, apabila dikenakan), salib pektoral, mozeta dan rochet. 

Kemudian mengenakan amik, alba, singel, salib pektoral dengan tali anyaman warna hijau-emas, stola, dalmatik pontifikal (untuk misa agung) dan kasula serta pallium (khusus untuk metropolitan/uskup agung).

2. Busana Resmi (Untuk Acara Resmi Non-Liturgis)

Busana uskup untuk acara resmi non-liturgis ialah berupa jubah hitam setakat mata kaki dengan berbagai aksen merah (bukan ungu) di bagian tepi kain dan lubang kancing.

Dipadu dengan paliola (mantol kecil yang menutup pundak, terbuka dan tanpa kancing di bagian depan) hitam dengan aksen merah. Mantol ini opsional (boleh dikenakan boleh tidak), dilengkapi sabuk sutera ungu; salib pektoral dengan rantai dan pileola ungu.

Di daerah tropis seperti Indonesia, kita kerap menjumpai jubah dan paliola warna hitam dengan aksen merah ini diganti dengan putih atau krem muda dengan aksen merah.

Pada umumnya, uskup dari negara tropis yang berkunjung ke Roma sebaiknya tidak mengenakan jubah warna putih, yang secara tradisi gereja katolik merupakan privilese paus. Jubah warna hitam polos adalah untuk imam, ungu untuk uskup, merah untuk kardinal, dan putih untuk paus.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here