Hamil Sebelum Menikah

900
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh, kami memiliki seorang putri. Dia kuliah di ibu kota provinsi. Ia sedang mengerjakan skripsinya. Dia anak kami satu-satunya. Kebanggaan saya dan suami. Saya dan suami sama-sama aktif di paroki, sebagai anggota kor, lektor, dan lain-lain. Suami pun tak pernah lelah untuk pelayanan pembangunan gereja paroki kami. Kami percaya dengan putri kami bahwa ia bisa menjaga diri di kota.

Pengasuh, beberapa waktu lalu kami dikagetkan oleh pengakuan putri kami. Bahwasanya ia telah hamil dengan pacarnya, yang usianya lima tahun di atasnya dan bekerja dengan gaji pas-pasan. Janinnya sudah dua bulan, katanya. Rasanya seperti disambar petir. Perih. Dan kami tak tau harus ngomong apa. Sangat malu rasanya dengan teman-teman di lingkungan RT, paroki, rekan kerja, dan lain-lain. Apa yang harus kami lakukan? Terima kasih, pengasuh.

Lirona Priscilla, Sibolga

Ibu Lirona yang baik, terima kasih berkenan membagikan cerita Ibu. Apa yang sedang ibu alami saat ini bersama keluarga tentu terasa sangat berat. Dalam situasi ini, izinkan saya untuk mengajak Ibu berpikir bersama. Pengalaman ini pastilah tidak menyenangkan, baik untuk Ibu dan suami, maupun untuk putri Ibu. Namun, saat ini, ada baiknya kita melihat ke masa depan dan melakukan yang terbaik untuk apa yang akan terjadi nanti.

Dari cerita Ibu, saya bisa merasakan bahwa rasa cinta Ibu dan suami kepada putri Ibu sangatlah besar. Biarlah rasa cinta tersebut yang menggerakkan langkah Ibu dan suami dalam menghadapi tantangan ini. Pada usia yang begitu muda, hamil di luar penikahan pasti bukan hal mudah untuk dilalui oleh putri Ibu. Kekecewaan dan kekalutan yang Ibu alami bersama suami, saya bayangkan terjadi pula pada putri Ibu, ditambah dengan kemungkinan rasa bersalah yang juga tidak kalah besar.

Menanggapi pengalaman ini, Ibu dan suami dapat berdialog dengan putri Ibu. Ibu dan suami dapat mengungkapkan kekecewaan dan perasaan-perasaan lain yang telah muncul, sambil kemudian mendengarkan juga ungkapan perasaan putri Ibu. Saling mendengarkan dan berdialog mengenai perasaan yang dialami masing-masing, niscaya membuat Ibu dan suami serta putri Ibu saling memahami sudut pandang satu sama lain.

Setelah itu, Ibu beserta suami dan putri Ibu dapat membicarakan harapan bersama atas situasi ini. Menyamakan persepsi penting dilakukan untuk meminimalisir terjadinya perpecahan dan konflik di tengah situasi yang cukup menantang ini.

Pendampingan Ibu dan suami sebagai orangtua sangat dibutuhkan oleh anak Ibu. Untuk dapat memberikan pendampingan ini, Ibu dan suami pertama-tama perlu menguatkan diri dan yakin bahwa hal ini dapat dilalui bersama, walau mungkin tidak mudah.

Persiapkan mental untuk membantu putri Ibu menghadapi tanggung jawab yang menantinya. Ajak putri Ibu bicara dari hati ke hati mengenai ketakutan dan kekhawatirannya, dan bantulah ia menghadapi hal tersebut. Ajak pula kekasih dari putri Ibu untuk bicara secara dewasa.

Dalam proses ini, pertengkaran sangat mungkin terjadi, tetapi itu wajar dan perlu dilalui untuk dapat menuju komunikasi yang lebih sehat. Sehingga masing-masing pihak dapat mengetahui harapan satu sama lain dan diskusi dapat tercipta untuk kebaikan bersama.

Selain itu, Ibu, suami, dan putri Ibu juga perlu mempersiapkan diri bila mendengar omongan yang tak enak dari orang sekitar. Semua orang bisa berkata apa saja dan sangat wajar jika mereka mengungkapkan hal tersebut karena heran atau terkejut, tetapi Ibu sekeluarga adalah yang paling tahu kondisi sesungguhnya. Karena itu, dialog dalam keluarga sangat penting untuk dilakukan.

Jika ada orang di luar sana yang bertanya, Ibu, suami dan putri Ibu hanya perlu menjawab seperlunya sesuai yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, kemungkinan salah bicara dan mengeluarkan hal-hal yang sifatnya sangat pribadi ke orang lain dapat diminimalisir. Dengan demikian, perasaan semua pihak juga dapat terjaga secara baik.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Apa yang terjadi, sudah terjadi. Biarlah pengalaman ini menjadi sarana Ibu bersama suami dan putri Ibu tercinta untuk dapat lebih saling menguatkan satu sama lain.

Retha Arjadi

HIDUP NO.52 2018, 30 Desember 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here