Rekonsiliasi Sejati

430
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – RABU ABU. Yl. 2:12-18; Mzm. 51:3-4,5-6a,12-13,14,17; 2Kor. 5:20-6:2; Mat. 6:1-6,16-18

“Berpuasa yang dikehendaki Allah ialah: ‘supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk….’”

HARI Rabu Abu mengawali masa Pra-Paskah, saat rekonsiliasi penuh rahmat. Dan kiranya nasehat St. Paulus dalam bacaan kedua sungguh-sungguh disampaikan kepada kita masing-masing: “supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima. Sebab Allah berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.” (2Kor. 6:1-2).

Rekonsiliasi itu dijelaskan oleh Nabi Yoel dalam bacaan pertama sebagai satu gerakan kehidupan dari dua pelaku utama: Allah dan manusia. Rekonsiliasi itu adalah satu panggilan dan jawaban, di mana bertemu hati manusia yang dikoyak oleh dosa dan hati Allah yang “pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Yl. 2:13).

Logika semangat rekonsiliasi ini perlu dihayati dalam kehidupan sehari-hari yang nyata. Jika tidak demikian, rekonsiliasi akan menjadi satu niat yang semu saja dan tidak teraktualisasikan dalam sejarah kehidupan nyata.

Tiga unsur kehidupan yang harus diwarnai semangat rekonsiliasi ini menurut penginjil Matius adalah amal sedekah, doa, dan puasa yang bukan sekadar ritual yang tampak di luarnya saja baik.

Dalam konteks inilah Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus di tengah-tengah diskusi tentang doa itu (Mat. 6:9-15) dapat dianggap sebagai sintesis setiap rekonsiliasi yang benar dan otentik: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat. 6:14-15).

 

Romo Vitus Rubianto Solichin SX
Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Jakarta, Doktor Teologi Kitab Suci dari Universitas Gregoriana, Roma

HIDUP NO.09 2019, 03 Maret 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here