Memulai Karya dengan Keheningan

492
Mgr Kornelius Sipayung (tengah) diperkenalkan sebagai Uskup Agung Medan sesaat setelah menerima mitra dan tongkap gembala dari Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Piero Pioppo.
[HIDUP/Willy Matrona]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Umat Keuskupan Agung Medan sangat merindukan kehadiran uskup baru. Di balik kerinduan mereka terbersit harapan akan seorang gembala yang dekat dengan umatnya.

Hampir setengah abad berlalu, umat Keuskupan Agung Medan (KAM) tidak menyaksikan pentahbisan uskup mereka secara langsung. Momen sejarah yang tertoreh 43 tahun silam itu kini terulang kembali. Mereka bisa menyaksikan lebih dekat peralihan tongkat kegembalaan dari Mgr Anicetus Bongsu Sinaga OFMCap kepada Mgr Kornelius Sipayung OFMCap yang berlangsung di Gedung Serbaguna, Jalan Wiliam Iskandar, Medan, Sumatra Utara, Sabtu 2/2.

Sebagai sebuah keuskupan metropolis, KAM memiliki jangkauan yang luas. Keuskupan ini membentang dari Labuhan Batu Selatan hingga Aceh. Dengan demikian, keuskupan ini mencakup Provinsi Sumatera Utara bagian timur dan Aceh. Dengan ditahbiskannya Mgr Kornelius, kini KAM memiliki dua uskup emeritus, yaitu Mgr Anicetus dan Mgr Alfred Gonti Pius Datubara OFMCap.

Mgr Kornelius akan memimpin keuskupan terbesar dan beragam mengingat umat Katolik di wilayah ini tidak saja berasal dari Suku Batak, ada juga Jawa, Tionghoa, dan suku-suku lain. Dalam karya pastoralnya nanti, Mgr Kornelius diharapkan menjadi penuntun umat menemukan kekayaan iman dalam keanekaragaman itu.

Kekayaan Keuskupan
Berbagai predikat telah disabet oleh Kota Medan ini mulai dari predikat buruk hingga predikat yang baik. Meskipun demikian, Medan tetap menjadi suatu tempat yang luar biasa, baik dalam tatanan sipil maupun dalam lingkungan Gereja. Hal ini diungkapkan Uskup Padang, Mgr Martinus Dogma Situmorang OFMCap saat menyampaikan homili dalam Misa pentahbisan.

Mgr Martinus menjelaskan, predikat tersebut sebenarnya tidak menghilangkan hal-hal yang baik yang dimiliki kota ini. Ada begitu banyak kebaikan yang seharusnya disyukuri dan diterima sebagai rahmat Tuhan.

Sisi baik tersebut tercermin di dalam kekayaan yang dimiliki oleh KAM. Mgr Martinus mengatakan, selain wilayah keuskupan yang luas dan jumlah umat yang banyak, kekayaan keuskupan ini juga tercermin dalam komposisi budaya yang beragam. Dalam konteks Gereja, keuskupan ini juga patut berbangga karena panggilan religius bertumbuh subur. “Semuanya merupakan kebaikan yang tidak terhingga. Itulah karya nyata Tuhan yang menunjukkan kebaikan di Kota Medan ini,” ujarnya.

Kehadiran uskup baru akan menambah keindahan KAM. Keindahan tersebut sebenarnya sudah ada sebelumnya. Kebaikan tersebut akan diestafetkan turun-temurun, seturut pewarisan tongkat kegembalaan. Mgr Martinus menegaskan, segala sesuatu yang telah baik dan indah di kesukupan ini, telah dikerjakan dan dilayani dengan penuh pengorbanan gembala terdahulu. “Uskup dipanggil Tuhan dan diurapi dengan roh-Nya untuk mewartakan kabar gembira kepada mereka yang miskin, terbelenggu, pengharapan kepada yang putus asa,” ujarnya.

Sebagai seorang Kapusin, Mgr Kornelius diutus Tuhan untuk menjadi gembala yang baik. Mgr Martinus melihat, bahwa Mgr Kornelius akan mampu mengenal domba-dombanya dan menyerahkan nyawanya demi domba-domba itu. Lambang penggembalaan Mgr Kornelius bukanlah sekadar lambang. Ini merupakan rangkuman dan master plan. Itulah yang akan menjadi kompas untuk mengarahkan keuskupan ini akan dibawa ke mana. “Deus Meus et Omnia! Bahwa melalui penyerahan diri, inkarnasi, wafat, hadir dalam Ekaristi hingga dalam Kitab Suci. keyakinan dan kesadaran yang kudus dan murni Allah dan segalaku, Allah dalam segala-galahnya,” kata dia.

Mgr Martinus mengajak umat beriman untuk meneladan Deus Meus et Omnia, Allah memberi diri seluruhnya untuk menjadi hidup manusia. Hal itu dapat dilaksanakan dan dipraktik dalam kehidupan sehari-hari di mana pun berada.

Kehadiran Kristus
Momen tahbisan ini merupakan rahmat yang luar biasa bagi KAM secara khusus tetapi juga bagi semua umat beriman. Duta Besar Vatikan Untuk Indonesia, Mgr Piero Piopo mengungkapkan, konsekrasi uskup baru merupakan momen berahmat. Peristiwa ini harus dirayakan dengan penuh syukur dan doa yang tidak ada hentinya.

“Saya merasa bersyukur kepada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Rahim, Tuhan kita Yesus Kristus Pemberi Roh Kudus. Ia ingin menyatakan diri-Nya kepada semua manusia sebagai terang yang menerangi bangsa-bangsa dan kemuliaan umat-Nya seperti yang telah kita doakan dalam pristiwa Yesus dipersembahkan di dalam bait Allah hari ini,” jelas Mgr Pioppo.

Nunsius mengatakan, Tuhan hadir di tengah-tengah umat yang melalui Gereja-Nya yang bertahun-tahun telah melalui berbagi suka dan duka, kesulitan dan harapan. Tuhan yang ingin berjalan bersama membawa damai dan rekonsiliasi serta persekutuan bagi semua orang. “Hari ini, Ia telah memberikan kita tanda yang kelihatan, akan kasih dan kesetiaan-Nya yang tak terhingga. Ia memberikan kelanjutan bagi kehadiran Gereja yang melayani kita,”

Dalam kesempatan tersebut Mgr Pioppo juga berterima kasih kepada dua pendahulu Mgr Kornelius yang telah melayani KAM, Mgr Datubara dan Mgr Anicetus. Kedunya, tegas Mgr Pioppo, merupakan pendahulu yang telah mewariskan pelayanan kepada uskup baru. “Keduanya merupakan gembala yang patut diteladani mengingat mereka telah menunjukkan pelayanan yang baik sebagai gembala yang dengan sepenuh hati melayani KAM di waktu-waktu sebelumnya.”

Mgr Pioppo mengungkapkan, agar semua umat bersama-sama menyambut kehadiran uskup baru sebagai pewaris pelayanan di KAM. Ia melihat Mgr Kornelius sebagai seorang uskup yang masi muda dan energik. Mgr Kornelius juga sebagai seorang uskup putra daerah yang sangat mencintai siapapun yang digembalakannya. Ia menilai, Mgr Kornelius merupakan seorang Kapusin yang telah memperoleh banyak pengalaman pastoral untuk melayani umatnya. “Dari pengalamannya tersebut ia mampu menunjukkan kompotensi dirinya dengan murah hati. Ia seorang pelayan altar yang pantas dan bersama semua imam diosesan dan religius akan menjadi animator bagi tiap komunitas kita.”

Mgr Pioppo juga meminta kepada segenap umat KAM, agar menerima gembala yang baru sebagai ayah dan saudara. “Terimalah dia sebagai seorang ayah dan saudara. Kasihilah dan hormatilah dia dan akuilah di dalam dirinya sang gembala yang baik, dengarkanlah ia dengan kepatuhan, jangan lelah berjalan bersamanya,” pesan Mgr Pioppo.

Penuh Pengorbanan
Setelah menyerahkan kepemimpinan KAM kepada uskup baru, Mgr Anicetus juga menungkapkan kegembiraannya. Pristiwa tersebut harus disyukuri oleh semua umat beriman di KAM karena kebaikan Allah yang telah mengirimkan seorang gembala yang rendah hati kepada umat-Nya. “Setelah saya mengundurkan diri, dengan cara-Nya Tuhan mengirimkan seorang gembala yang baru, dengan demikian karya keselamatan tetap dijalankan di KAM ini.”

Ini merupakan pertanda, bahwa rahmat Allah selalu bekerja dari waktu ke waktu. Meski tidak lagi aktif memimpin KAM, Mgr Anicetus akan selalu menjadikan KAM sebagai tempat yang istimewa di hatinya. Menurutnya, pentahbisan ini mengingatkan dirinya akan perjalanan dari keuskupan Agung Medan dari waktu ke waktu.

Senada dengan itu, sesaat setelah ditahbiskan, Mgr Kornelius lalu menjelaskan moto tahbisannya. “Penyerahan total” yang terungkap dalam moto tersebut,akan diwujudkan dalam tindakan nyata, terutama ia akan berusaha menjadi gembala yang lebih dekat dengan umat. “Deus Meus et Omnia” merupakan ungkapan yang melandasi penyerahan total terhadap Allah. “Ini akan terwujud melalui pelayanan dan pemberian diri terhadap umat Allah.”

Ada sesuatu yang berbeda terjadi dalam pristiwa pentahbisan ini. Antusiasme umat begitu tinggi, mereka datang dari berbagai paroki. Bahkan, ada sebagian umat yang kecewa karena tidak bisa menyaksikan secara langsung upacara pentahbisan. “Kapasitas ruangan yang disediakan tidak mampu menampung semua orang yang merindukan acara pentahbisan ini,” ujar Mgr Kornelius.

Tanggapan umat yang luar biasa akan menjadi kenangan tersendiri bagi Mgr Kornelius. Menurutnya, dengan melihat reaksi umat tersebut membuat dirinya merasa diterima. Tidak hanya umat, tetapi juga Nunsius, para uskup yang hadir, dan juga pemerintah. Ia melihat, umat KAM sangat menantikan dan merindukan seorang gembala yang baik. “Di balik sambutan mereka yang hangat, memuat harapan umat Allah yang menginginkan seorang gembala yang dekat dengan umatnya,” ujarnya.

Mgr Kornelius mengungkapkan, umat Allah tidak mengharapkan seorang gembala yang suka memberi jarak, tidak merakyat, dan tidak peduli. Mereka menginginkan seorang gembala yang mampu merangkul dan menyapa mereka. Ia melanjutkan, umat merindukan gembala yang memberikan hati dan dirinya dengan banyak orang. “Saya merasa didukung dan diterima untuk berbuat sesuatu di Keuskupan ini. Saya dikuatkan untuk bisa memberi diri, dekat dengan orang kecil, menyapa, secara langsung umat Allah.”

Dalam menjalankan pelayananya di KAM, Mgr Kornelius mengakui, sejauh ini ia belum memiliki program yang khusus untuk KAM. Menurutnya, apa yang telah berjalan di KAM akan tetap dilanjutkan. Ia mengatakan, untuk memulai sebuah karya perlu ketenangan dan keheningan. Dalam keheningan, adalah kesempatan untuk mendengarkan suara Tuhan. “Perlu diingatkan bahwa yang membuat keuskupan ini berjalan bukan karena karya uskupnya, melainkan karya Roh Kudus,” ujar Uskup KAM.

Willy Matrona

HIDUP NO.07 2019, 17 Februari 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here